Jumat, 11 Mei 2012

Seputih Pasir

Jauh kepalaku memandang dunia, yang nampak sebongkah kesombongan yang menghantui diri, kulepas jaket bertulis "creatif minority" ini dan kuhempaskan tubuh diatas pasir putih bertabur mutiara kenangan. anganku tak jua temukan siapakah aku dan apa yang aku inginkan dalam hidup ini, aku tak bisa menjawab desir angin dan juga deru ombak, aku membisu didalam kehampaan kebodohanku. yah memang aku bodoh kan????begitu jawab tubuh congkak ini.
Dalam dunia yang telah aku lalui selama ini, tak banyak yang dapat aku perbuat, setelah kejadian itu, aku bagaikan seekor katak yang terperangkap dalam tempurung. menutup diri dan tak jua berani menatap fajar cinta.
"Aku harus pergi darimu mas, aku tak bisa menahan kehendak orang tuaku" kata-kata itu yang selama ini membuat aku menjadi putra malu akan cinta, entah trauma, ataukah hanya hati yang belum siap untuk menjalani cerita lagi, yang jelas bukan karna sindrome phobiatis. karena aku tahu diri ini tak pernah bisa hidup tanpa cinta.
Lima tahun sudah kujalani hidup seperti ini, saat air mata harus jatuh tak berdosa melihat kau duduk bersanding dengannya, pria pilihan ayahmu. jika kuingat sebuah lagu lama yang menyanyikan alunan suara hati berkumandang, aku jadi sangat sedih, apalagi jika aku seperti ini, duduk di tempat dimana kita dulu bermadu kasih dengan indahnya cinta,hingga burung-burung camar malu dan pergi meninggalkan kita berdua, seolah tak mau mengganggu, penyu kecil berlari kelaut meninggalkan dua insan yang dimabuk asmara.
Alunan suara hatiku berkumandang, teriring suara petasan dibunyikan dari rumahmu,terpaksa diriku hanyut dalam khayal, dan hanya terkias senyummu diakhir perjumpaan. kutatap dirimu terdiam dan menganggap aku tak ada, padahal aku disini bersama isak tangis dihati melihat kau bersanding dengan orang lain disana, dan bukan denganku. seperti yang telah kita janjikan dulu...kutatap matamu penuh dengan perasaan haru, lalu kusempatkan untuk menemuimu didalam gelapnya hati, kukecup keningmu sebagai tanda aku tetap mencintaimu, aku sama sekali tak membencimu. namun semua itu penuh dengan rasa haru, serasa baru kemarin kau masih disampingku.
Aku berjalan meninggalkan semua ini, kutinggalkan kau bersama kekasih lain. kupaksakan aku untuk bertahan, walaupun berat beban yang aku rasakan, aku tak kuasa menahan semua ini , hingga air mataku berlinang, menjatuhi pipi. aku tak tahu apakah kau juga seperti ku, menangis dalam kesedihan, menangis kerna perpisahan ini, namun yang aku tahu dan sadari bahawa kita tak mungkin bersama lagi. namun dalam hatiku berharap, dalam setiap tidurku kuberdoa, datanglah kau walau sejenak, walau didalam mimipiku...kan kujadikan pembuluh rinduku.
Angin sepoi membangunkanku dalam lamunan masa lalu, ia meraba dan membuatku tersadar akan saat ini, ketika hati seseorang masih menggantung tak menentu menunggu jawabku, dan aku akan sangat berdosa jika membiarkan itu semua bertahan hingga nafas berakhir, hanya karna sebuah kenagan???jahat sekali aku........kucoba beranikan diri tatap mentari itu, aku pandangi ia dalam-dalam,dan kutemukan sebuah arti disana, bahwa ia benar-benar ingin bersamaku..
"Aku juga mencintaimu, mari kita mulai hidup ini bersama" ujarku
Ia tersenyum dan memeluk tubuhku erat.

0 komentar:

Posting Komentar