Jauh
kepalaku memandang dunia, yang nampak sebongkah kesombongan yang menghantui
diri, kulepas jaket bertulis "creatif
minority" ini dan kuhempaskan tubuh diatas pasir putih bertabur
mutiara kenangan. anganku tak jua temukan siapakah aku dan apa yang aku
inginkan dalam hidup ini, aku tak bisa menjawab desir angin dan juga deru
ombak, aku membisu didalam kehampaan kebodohanku. yah memang aku bodoh
kan????begitu jawab tubuh congkak ini.
Dalam
dunia yang telah aku lalui selama ini, tak banyak yang dapat aku perbuat,
setelah kejadian itu, aku bagaikan seekor katak yang terperangkap dalam
tempurung. menutup diri dan tak jua berani menatap fajar cinta.
"Aku
harus pergi darimu mas, aku tak bisa menahan kehendak orang tuaku"
kata-kata itu yang selama ini membuat aku menjadi putra malu akan cinta, entah
trauma, ataukah hanya hati yang belum siap untuk menjalani cerita lagi, yang
jelas bukan karna sindrome phobiatis. karena aku tahu diri ini tak
pernah bisa hidup tanpa cinta.
Lima
tahun sudah kujalani hidup seperti ini, saat air mata harus jatuh tak berdosa
melihat kau duduk bersanding dengannya, pria pilihan ayahmu. jika kuingat
sebuah lagu lama yang menyanyikan alunan suara hati berkumandang, aku jadi
sangat sedih, apalagi jika aku seperti ini, duduk di tempat dimana kita dulu
bermadu kasih dengan indahnya cinta,hingga burung-burung camar malu dan pergi
meninggalkan kita berdua, seolah tak mau mengganggu, penyu kecil berlari kelaut
meninggalkan dua insan yang dimabuk asmara.
Alunan
suara hatiku berkumandang, teriring suara petasan dibunyikan dari
rumahmu,terpaksa diriku hanyut dalam khayal, dan hanya terkias senyummu diakhir
perjumpaan. kutatap dirimu terdiam dan menganggap aku tak ada, padahal aku
disini bersama isak tangis dihati melihat kau bersanding dengan orang lain
disana, dan bukan denganku. seperti yang telah kita janjikan dulu...kutatap
matamu penuh dengan perasaan haru, lalu kusempatkan untuk menemuimu didalam
gelapnya hati, kukecup keningmu sebagai tanda aku tetap mencintaimu, aku sama
sekali tak membencimu. namun semua itu penuh dengan rasa haru, serasa baru
kemarin kau masih disampingku.
Aku
berjalan meninggalkan semua ini, kutinggalkan kau bersama kekasih lain.
kupaksakan aku untuk bertahan, walaupun berat beban yang aku rasakan, aku tak
kuasa menahan semua ini , hingga air mataku berlinang, menjatuhi pipi. aku tak
tahu apakah kau juga seperti ku, menangis dalam kesedihan, menangis kerna
perpisahan ini, namun yang aku tahu dan sadari bahawa kita tak mungkin bersama
lagi. namun dalam hatiku berharap, dalam setiap tidurku kuberdoa, datanglah kau
walau sejenak, walau didalam mimipiku...kan kujadikan pembuluh rinduku.
Angin
sepoi membangunkanku dalam lamunan masa lalu, ia meraba dan membuatku tersadar
akan saat ini, ketika hati seseorang masih menggantung tak menentu menunggu jawabku, dan aku
akan sangat berdosa jika membiarkan itu semua bertahan hingga nafas berakhir,
hanya karna sebuah kenagan???jahat sekali aku........kucoba beranikan diri tatap
mentari itu, aku pandangi ia dalam-dalam,dan kutemukan sebuah arti disana,
bahwa ia benar-benar ingin bersamaku..
"Aku
juga mencintaimu, mari kita mulai hidup ini bersama" ujarku
Ia
tersenyum dan memeluk tubuhku erat.
0 komentar:
Posting Komentar