Lagi ga
ada kegiatan, iseng iseng buka laptop dan nonton film. Dalam folder film ada
banyak sekali film yang dapat kulihat. Tapi entah kenapa aku kangen banget sama
film Denias. Tahu kan film Denias? Tu lho film yang mengisahkan seorang anak
kecil dari pedalaman Papua yang mencoba menggapai asa dan cita citanya..yakni
ingin sekolah.
Setelah
menonton film itu, aku miris sendiri. Walaupun sudah lebih dari satu kali aku
menonton film Denias, namun baru kali ini aku mencoba mengikat makna dari film
itu. Makna yang kudapat banyak sekali, dan akhirnya kucoba mengaitkannya dalam
untaian kata. Berikut hasil mengikat makna yang dulu pernah diajarkan oleh
beliau bapak Hernowo (Pustaka Mizan). Thanks pak…
Begini
hasil mengikat makna saya tentang film dimana Seorang bocah kecil yang hidup
jauh dari sederhana mencoba memimpikan cita cita setinggi langit. Dengan
bantuan seorang guru didesanya, ia dan beberapa teman lainnya mencari apa yang
dinamakan ilmu pengetahuan. Namun bukanlah sekolah yang lengkap dengan
fasilitas keren, hanya sebuah gubuk yang pantasnya disebut kandang kambing.
Keadaan ini semakin memburuk tatkala sang guru harus meninggalkan sekolah
karena dipindahkan ke sekolah lain.
Denias tak
pernah putus asa untuk sekolah, lewat bimbingan pak Leo, seorang tentara yang
tugas disana, Denias dan teman temannya kembali merajut asa untuk sekolah. Walau
ditentang oleh orang tua Denias, namun ia tetap bersikeras untuk sekolah.
Karena sekolah adalah pesan ibunya sebelum meninggal kepadanya. Yah,,,peristiwa
yang semakin membuat penderitaan Denias benar benar sempurna.
Singkat
cerita, Denias melakukan perjalanan jauh hingga ke pusat kota papua. Betapa
terkejutnya ia, dihadapannya terpampang sebuah bangunan yang megah, dengan
tiang bendera di tengah halaman. Di sana sini hlilir mudik anak anak berseragam
mondar mandir dihadapannya. Dalam benaknya “inikah sekolah?”.
Keinginan
sekolahnya semakin meninggi, hingga ia bertemu dengan bu komala, seorang guru
muda yang menurutku pantas untuk dijadikan panutan bagi guru guru di seluruh
Indonesia. Sebenarnya topic utama dalam mengikat makna terletak pada perjuangan
bu guru Komala dalam memasukkan Denias ke sekolah. Mengenai cerita Denias
selanjutnya, bagaimana perjuangan yang ia lakukan, itu juga sangat berarti.
Namun disini saya hanya akan menyinggung permasalahan yang sangat sederhana..yakni
pentingnya pendidikan.
Ada permasalahan
yang dihadapi dan diperdebatkan oleh guru guru disana, tentang status Denias
yang katanya bukan anak kepala suku. Bukan anak siapa siapa, hanya seorang anak
yang tidak sengaja ditemukan. Namun dengan lantang bu komala mengatakan bahwa
banyak anak seperti Denias bukanlah tidak sengaja ditemukan, namun sengaja
dibuang.
Wah…wah…mari
kita renungkan pernyataan diatas, betapa pendidikan di Indonesia ini masih
tebang pilih. Ia bukanlah hadir untuk semua golongan, hanya orang orang yang
berhak yang pantas mendapat pendidikan yang layak. Banyak berkembang pernyataan
bahwa “yang kaya, yang sekolah” menjadi symbol kerasnya pendidikan di negeri
ini. Makna suci undang undang 1945 yang mengatakan bahwa setiap warga Negara
berhak memperoleh pendidikan yang layak hanya menjadi isapan jempol belaka.
Padahal
Negara dapat disebut sebagai Negara besar apabila pendidikan dapat dilaksanakan
dengan sebaik baiknya. Karena dengan pendidikan itu, maka generasi penerus
bangsa akan dapat melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan negeri ini. Banyak
sekali Denias Denias diluar sana. Bahkan tidak hanya ratusan, ribuan atau
mungkin jutaan. Angka yang fantastis disebut dalam sebuah Negara yang merdeka
selam lebih dari setengah abad ini.
Mereka
yang sekolah sangat menginginkan sekolah, sampai apapun dilakukan agar dapat
sekolah. Namun apa boleh buat, himpitan ekonomi memaksa mereka mengubur dalam
dalam hayalan itu. Yang ada adalah bagaimana mereka menjalani hidup, membantu
orang tua mencari rizki. Padahal mereka anak anak penerus bangsa yang benar
benar tulus ingin sekolah.
Dilain
sisi, mereka yang kaya raya, dapat menyekolahkan anaknya kemanapun, seperti
sudah bangga dan selesai. Padahal, mereka lupa bahwa sebenarnya masih banyak
orang orang yang harus ditolong untuk memperoleh seperti yang anak mereka
peroleh. Ketidak pedulian orang kaya terhadap sesame, juga berimbas kepada
ketidak pedulian mereka terhadap perkembangan anak anaknya. Akibatnya, karena
selalu saja dimanja denga harta, anak anak mereka berperilaku konsumtif,
sehingga tidak sedikit yang terjerumus kedalam lembah pergaulan bebas.
Yah,,,akhirnya
mungkin film Denias atau film film yang lain yang menceritakan pentingnya
pendidikan haruslah ditonton oleh seluruh bangsa ini. Tidak hanya menonton,
namun dapat mencoba mengikat makna dan mencoba melirik realitas dari film itu.
Walaupun kebanyakan hanya cerita fiksi, namun hal itu sering terjadi dalam
kehidupan nyata. Yang harus diingat adalah, bahwa pendidikan adalah hak bagi
anak anak di seluruh Indonesia dan dunia, jadi, merupakan kewajiban kita untuk
mengabulkan hak itu bagaimanapun caranya. Hidup Anak Indonesia, Hidup Generasi
Bangsa…..
0 komentar:
Posting Komentar