Senin, 14 Mei 2012

Denias Dan Realita Pendidikan Indonesia


Lagi ga ada kegiatan, iseng iseng buka laptop dan nonton film. Dalam folder film ada banyak sekali film yang dapat kulihat. Tapi entah kenapa aku kangen banget sama film Denias. Tahu kan film Denias? Tu lho film yang mengisahkan seorang anak kecil dari pedalaman Papua yang mencoba menggapai asa dan cita citanya..yakni ingin sekolah.
Setelah menonton film itu, aku miris sendiri. Walaupun sudah lebih dari satu kali aku menonton film Denias, namun baru kali ini aku mencoba mengikat makna dari film itu. Makna yang kudapat banyak sekali, dan akhirnya kucoba mengaitkannya dalam untaian kata. Berikut hasil mengikat makna yang dulu pernah diajarkan oleh beliau bapak Hernowo (Pustaka Mizan). Thanks pak…
Begini hasil mengikat makna saya tentang film dimana Seorang bocah kecil yang hidup jauh dari sederhana mencoba memimpikan cita cita setinggi langit. Dengan bantuan seorang guru didesanya, ia dan beberapa teman lainnya mencari apa yang dinamakan ilmu pengetahuan. Namun bukanlah sekolah yang lengkap dengan fasilitas keren, hanya sebuah gubuk yang pantasnya disebut kandang kambing. Keadaan ini semakin memburuk tatkala sang guru harus meninggalkan sekolah karena dipindahkan ke sekolah lain.
Denias tak pernah putus asa untuk sekolah, lewat bimbingan pak Leo, seorang tentara yang tugas disana, Denias dan teman temannya kembali merajut asa untuk sekolah. Walau ditentang oleh orang tua Denias, namun ia tetap bersikeras untuk sekolah. Karena sekolah adalah pesan ibunya sebelum meninggal kepadanya. Yah,,,peristiwa yang semakin membuat penderitaan Denias benar benar sempurna.
Singkat cerita, Denias melakukan perjalanan jauh hingga ke pusat kota papua. Betapa terkejutnya ia, dihadapannya terpampang sebuah bangunan yang megah, dengan tiang bendera di tengah halaman. Di sana sini hlilir mudik anak anak berseragam mondar mandir dihadapannya. Dalam benaknya “inikah sekolah?”.
Keinginan sekolahnya semakin meninggi, hingga ia bertemu dengan bu komala, seorang guru muda yang menurutku pantas untuk dijadikan panutan bagi guru guru di seluruh Indonesia. Sebenarnya topic utama dalam mengikat makna terletak pada perjuangan bu guru Komala dalam memasukkan Denias ke sekolah. Mengenai cerita Denias selanjutnya, bagaimana perjuangan yang ia lakukan, itu juga sangat berarti. Namun disini saya hanya akan menyinggung permasalahan yang sangat sederhana..yakni pentingnya pendidikan.
Ada permasalahan yang dihadapi dan diperdebatkan oleh guru guru disana, tentang status Denias yang katanya bukan anak kepala suku. Bukan anak siapa siapa, hanya seorang anak yang tidak sengaja ditemukan. Namun dengan lantang bu komala mengatakan bahwa banyak anak seperti Denias bukanlah tidak sengaja ditemukan, namun sengaja dibuang.
Wah…wah…mari kita renungkan pernyataan diatas, betapa pendidikan di Indonesia ini masih tebang pilih. Ia bukanlah hadir untuk semua golongan, hanya orang orang yang berhak yang pantas mendapat pendidikan yang layak. Banyak berkembang pernyataan bahwa “yang kaya, yang sekolah” menjadi symbol kerasnya pendidikan di negeri ini. Makna suci undang undang 1945 yang mengatakan bahwa setiap warga Negara berhak memperoleh pendidikan yang layak hanya menjadi isapan jempol belaka.
Padahal Negara dapat disebut sebagai Negara besar apabila pendidikan dapat dilaksanakan dengan sebaik baiknya. Karena dengan pendidikan itu, maka generasi penerus bangsa akan dapat melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan negeri ini. Banyak sekali Denias Denias diluar sana. Bahkan tidak hanya ratusan, ribuan atau mungkin jutaan. Angka yang fantastis disebut dalam sebuah Negara yang merdeka selam lebih dari setengah abad ini.
Mereka yang sekolah sangat menginginkan sekolah, sampai apapun dilakukan agar dapat sekolah. Namun apa boleh buat, himpitan ekonomi memaksa mereka mengubur dalam dalam hayalan itu. Yang ada adalah bagaimana mereka menjalani hidup, membantu orang tua mencari rizki. Padahal mereka anak anak penerus bangsa yang benar benar tulus ingin sekolah.
Dilain sisi, mereka yang kaya raya, dapat menyekolahkan anaknya kemanapun, seperti sudah bangga dan selesai. Padahal, mereka lupa bahwa sebenarnya masih banyak orang orang yang harus ditolong untuk memperoleh seperti yang anak mereka peroleh. Ketidak pedulian orang kaya terhadap sesame, juga berimbas kepada ketidak pedulian mereka terhadap perkembangan anak anaknya. Akibatnya, karena selalu saja dimanja denga harta, anak anak mereka berperilaku konsumtif, sehingga tidak sedikit yang terjerumus kedalam lembah pergaulan bebas.
Yah,,,akhirnya mungkin film Denias atau film film yang lain yang menceritakan pentingnya pendidikan haruslah ditonton oleh seluruh bangsa ini. Tidak hanya menonton, namun dapat mencoba mengikat makna dan mencoba melirik realitas dari film itu. Walaupun kebanyakan hanya cerita fiksi, namun hal itu sering terjadi dalam kehidupan nyata. Yang harus diingat adalah, bahwa pendidikan adalah hak bagi anak anak di seluruh Indonesia dan dunia, jadi, merupakan kewajiban kita untuk mengabulkan hak itu bagaimanapun caranya. Hidup Anak Indonesia, Hidup Generasi Bangsa…..

0 komentar:

Posting Komentar