Selasa, 29 Mei 2012

Dakwah dan Komunikasi Lintas Budaya


Ketika kita membicarakan dakwah dan komunikasi lintas budaya, kita harus bekerja keras untuk menemukan mengapa kita penting untuk mempelajari hal itu. Dan juga apa hubungannya dakwah dan komunikasi lintas budaya, sehingga kita harus mempelajarinya. Selain itu, jika ditinjau dari segi makna, seolah sekilas tidak ada sinkronnya. Keduanya adalah kata yang memiliki arti dan definisi sendiri yang kuat. Lalu dimanakah letak kesinkronannya dari kedua pembahasan diatas?.
Ada tiga kata kunci untuk mengurai permasalahan diatas, yakni dakwah, komunikasi dan lintas budaya. Ketiganya memiliki fungsi dan peran tersendiri. Disini perlu adanya penguraian yang lebih mendalam.
Awalnya, dakwah lintas budaya adalah suatu mata kuliah yang terinspirasi oleh komunikasi lintas budaya. Namun karena inkluvisme di fakultas dakwah, maka diganti dengan dakwah lintas budaya. Disini terjadi sedikit pergolakan, terutama bagi mereka insane komunikasi. Sedikit sekali buku yang membahas total tentang dakwah lintas budaya ini. Sehingga dalam pengajarannyapun masih menggunakan buku komunikasi lintas budaya. Banyak sekali literature yang menyediakan pembahasan buku ini.
Merupakan suatu keharusan mempelajari komunikasi lintas budaya, karena itu adalah tiket untuk dapat beradaptasi di manapun kita berada. Kita tahu di negeri ini, berapa banyak suku dan budaya. Akan terjadi konflik berkepanjangan jika seseorang tidak memahami perbedaan itu dengan kacamata komunikasi lintas budaya. Karena dengan mempelajari komunikasi lintas budaya, kita akan mengerti dan juga memahami perbedaan itu dan dapat bersikap netral ataupun moderat. Sehingga konflik akibat pertempuran masing masing suku yang berbeda budaya tersebut tidak akan terjadi.
Sebuah contoh saja. Dalam penggunaan bahasa, sering sekali terjadi kesalah pahaman antara komunikator dengan komunikan. Bahasa yang digunakan oleh budaya komunikator sepertinya baik, karena kebiasaan mereka menggunakan bahasa atau kata itu baik, tapi dianggap melecehkan oleh pihak komunikan karena memang kata kata itu kotor. Seperti contoh penggunaan kata “bajingan” bila dikatakan di komunitas orang jawa yang notabene mengerti akan arti itu tidak akan apa-apa.  Karena memang artinya adalah pengendara gerobak atau sopir gerobak. Namun jika orang Jakarta mengatakan itu, artinya menjadi lain. Karena berarti sangat jelek.
Disinilah kita diharuskan mempelajari dakwah lintas budaya, karena akan membuat kita semakin hati hati dalam melangkah dan juga melakukan komunikasi terhadap budaya yang berbeda. Demikian juga dengan dakwah. Kita harus bisa memahami tempat, budaya, kebiasaan, sedikit bahasa penduduk tempat kita akan berdakwah, karena itu menunjang keberhasilan dakwah kita.
Sebelum kita membahas dimana letak kesinkronisasi antara dua pembahasan diatas, mari kita buat suatu penghantar. Pertama dengan definisi dakwah sendiri. Apa itu dakwah?. Kata dakwah seiring diungkapkan dalam al quran secara langsung oleh allah dalam ayat ayat alquran. Ini membuktikan bahwa al quran adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan menusia. Tidak salah jika M.Iqbal, seorang pembaru dari Pakistan berkata “ sesuatu yang paling berpengaruh dalam kehidupan saya adalah nesehat ayah yang menatakan ; anakku, bacalah al quran seakan akan ia diturunkan padamu”. [1]
Dakwah menurut bahasa berasal dari kata دعا- يدعو- دعوه , yang berarti panggilan, seruan dan ajakan.[2] Sedangkan menurut istilah, banyak sekali definisi dakwah. Menurut saifudin azhari, dakwah adalah segala aktivitas yang mengubah suatu situasi lain yang lebih baik menurut ajaran islam. Tetapi juga berupa usaha usaha menerukan dan menyampaikan kepada peroraorangn dan umat. Konsepsi islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia dan akhirat ini yang meliputi amar ma’ruf nahi mungkar, dengan berbagai media dan cara yang diperbolehkan akhlak yang membimbing pengalamannya dalam kehidupan perseorangan berumah tangga tangga, bermasyarakat, bernegara.[3] Dakwah secara normatif yakni mengajak manusia kepada jalan kebaikan dan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.[4]        
Setelah kita mendefinisikan dakwah, mari kita coba untuk mendefinisikan komunikasi lintas budaya, lebih kecil lagi komunikasi dan budaya. Komunikasi merupakan hal yang berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia lainnya. Setiap orang membutuhkan hubungan social dengan orang lainnya dan kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang tanpa komunikasi akan terisolasi.
 Dalam bukunya, Abraham laswell mengatakan bahwa komunikasi adalah who says what to whom in this channel with what effect ( siapa berbicara apa dengan media apa yang menghasilkan efek). Efek disini merupakan sikap dan tingkah laku dari hasil berkomunikasi tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran pesan dari komunikator dan komunikan yang menghasilkan efek.
Disini jika kita runtut, kebanyakan para ahli mendefiniskan komunikasi dari unsure unsurnya. Adapun unsure unsure komunikasi adalah : komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek.
Untuk memahami interaksi antarbudaya, terlebih dulu kita harus memahami komunikasi manusia. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangusng, mengapa itu terjadi, apa  yang dapat terjadi, akibat dari apa yang terjadi, danb akhirnya apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil hasil dari kenjadian tersebut.
Adapun komunikasi lintas budaya adalah, komunikasi yang dilakukan untuk segala macam budaya. Kita tahu bahwa di dunia ini banyak sekali ragam budaya. Kita ambil contoh Indonesia saja. Di negri ini, beratus ratus macam budaya berbeda.  Kebanyakan kegagalan berkomunikasi adalah akibat factor ketidak pahaman akan budaya. Merupakan noise yang paling berpengaruh dalam proses komunikasi adalah budaya. Komunikasi lintas budaya mencoba untuk melakukan pendekatan pendekatan dengan berbagai cara, seperti psikologis, sosiologi, kritik budaya, dialog budaya dan lain lain. Disini komunikasi lintas budaya mencoba untuk memberikan pemahaman bersama dan mencoba untuk mengerti akan keragaman budaya di Indonesia. Dari sini akan terbentuk suatu pengertian bersama akan adanya perbedaan budaya. Komunikasi lintas budaya mencoba untuk memahami akan keragaman tersebut. Sehingga benturan benturan kebudayaan atau disintregasi social tidak akan terjadi.[5]
Dakwah pada hakikatnya adalah proses atau aktivitas mengajak kepada jalan allah. Disini yang harus digaris bawahi adalah aktivitas atau proses. Dari sini kita akan mengetahui sinkronisasi dari dakwah dan komunikasi lintas budaya.  Keduanya merupakan aktivitas atau proses yang dijalankan oleh seseorang dengan unsure unuser tertentu. Dakwah merupakan bagian dari  komunikasi, namun ia lebih spesifik hal yang dilakukan oleh umat islam untuk mengajak kepada jalan kebaikan yang dilakukan dengan berbagai cara, baik secara lisan ataupun tulisan.
Dalam dakwah, unsure dakwah meliputi dai, mad’u, wasilah, isi, media. Dan dalam komunikasi, unsurnya dalah komunikator, komunikan, pesan, media, dan effect. Keduanya hamper sama maknanya, hanya saja dalam unsure dakwah, effect tidak dicantumkan. Namun pasti setiap komunikasi baik dilakukan dengan kemasan dakwah, akan tetap meberikan effect tersendiri.
Seorang da’i, dituntut untuk bisa memberikan wasilah kepada mad’u secara gamblang dan dapat diterima oleh mad’u. ini merupakan keharusan. Karena seorang da’i dianggap berhasil apabila ia telah mampu memahamkan mad’unya. Dalam komunikasi, hal ini disebut komunikasi efektif. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, seorang dai harus bisa memahami kondisi mad’u. Disinilah letak pentingnya komunikasi lintas budaya, karena dengan memahami budaya yang ada, maka dakwah dapat dilaksanakan dengan baik.
Salah satu metode yang digunakan dalam berdakwah adalah dakwah bil hikmah, dakwah bil hikmah dilakukan dengan cara yang arif dan bijaksana, yaitu melalui pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan, mapun konflik. Inilah yang bisa diterapkan dalam konsep dakwah lintas budaya.
Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya. Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi kita dengan orang lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar budaya, karena kita akan selalu berada pada “budaya” yang berbeda dengan orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu.
Perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman itu banyak kita temui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar etnis.     
Komunikasi dan dakwah tidak bisa dipisahkan. Karena dakwah adalah aktifitas berkomunikasi. Namun lebih khusus komunikasi tentang agama islam, penyebaran islam, dan juga anjuran baik dan buruk. Disini dakwah dan komunikasi lintas budaya diperlukan. Mengingat majemuknya budaya di Indonesia menuntut seorang dai untuk bisa menjadi dai yang professional. Penggunaan metode dakwah yang benar adalah keharusan.


[1] Abdul basit M.Ag, Wacana Dakwah Kontemporer,STAIN Purwokerto Press, Pustaka Pelajar, 2006. Hal.26
[2] Wafiah, Awaludin Pimay, Sejarah Dakwah, Semarang, Rosail,2005. Hal.3
[3] Saifudin Anshari, Pokok Pokok Pikiran Tentang iSlam, Bandung, pelajar,1969. Hal.87
[4] Syeh ali Mahfud, Hidayah Al-Mursyidik terj. Yogyakarta, Usaha Penerbit Tiga A,1970. Hal.27.
[5] Dedy mulyana, Jalaludin rachmat, Komunikasi Antar Budaya,Bandung, Rosdakarya, 2001 hal 12.

0 komentar:

Posting Komentar