“ Sedang apa
kau Drun?”, suara didalam mobil mewah itu mengagetkan ku, kuhentikan kayuhan
serpeda tuaku, dan pandanganku tertuju kedalam mobil. Pintu yang terbuka
separuh menampakkan sesosok pria berkacamata hitam, kumis tebal, pakaian necis,
sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana..hatiku bertanya.
“ Kau lupa
padaku Drun?” ia bertanya lagi, dan akupun semakin bingung dibuatnya.
“ Masa sama sahabat
seperjuangan kau lupa?”
Aku masih dibuat bingung
olehnya. pertama, ia kenal namaku, lalu ia mengaku sahabatku, tapi sepertinya
aku tak punya sahabat seperti dia. Belum aku sadar dari plin-planku ia beranjak
dari mobilnya dan keluar mendekatiku. Tiba-tiba ia berdiri dan mengacungkan
kedua tangannya keatas, kemudian ia berteriak
“ Mari kita
lawan bersama sahabat!!” serunya menggebu-gebu
Anganku tiba-tiba mengenal suara
itu, gaya itu dan semuanya persis dengan seorang pria kurus dengan kepala yang
diikat merah putih, sepuluh tahun yang lalu ketika menyerbu kantor DPR/MPR
untuk menggulingkan rezim orde baru.
“ Anton!!kaukah
itu?”teriakku gembira
“ Ha ha ha
rupanya kau masih ingat dengan gayaku Drun”
Kemudian kami berpeluk erat,
erat sekali. kami menangis dalam bahagia. Pertemuan itu tak bisa diduga, sejak
kejadian itu, kami tak pernah bertemu lagi, dan aku sendiri tak bisa berharap
akan bertemu dengannya, kejadian itu membuat aku berpikir bahwa Anton telah
menjadi tumbal dari rezim otoriter di negeri ini
“ Kau selamat,
Ton?” tanyaku heran
“ Kau lihat
sendiri, aku masih hidup kan?, artinya aku selamat. Apa kau kira seorang Anton
bisa ditangkap??aku seorang sprinter pren” kesombongannya tak berubah
dari dulu. Kesombongan seorang pemuda desa yang mencoba ingin menjadi politikus
dengan selalu menjadi orator dalam setiap aksi kami. Tak ayal jika namanya
sangat familiar dikalangan mahasiswa waktu itu.
“ Rupanya kau
jadi guru sekarang, persis dengan cita-citamu dulu” Anton membuka obrolan
“ Ia Ton, aku
sekarang menjadi bapak dari ratusan anak didikku, aku bangga dengan profesi
ini, karena aku memang ingin mengabdikan sisa hidupku pada Negara” ujarku
“ Kau sendiri
sekarang, apa aktivitasmu Ton?”
“ Kau lihat
sendirilah, aku sekarang jadi pejabat negara ini, sama sepertimu, namun yang
jelas pangkatku lebih tinggi, apalagi gajinya,,uhhh jauh berbeda. Aku sekarang
menjadi anggota dewan”
“ Wah…hebat
banget Ton,,aku kagum denganmu”
“
Ngomong-ngomong, apa kau merasa sudah cukup hanya menjadi guru, apakah kau tak
ingin menjadi anggota dewan sama sepertiku, hidup mewah, mau pake mobil
tinggal pake, tabungan berlimpah, rumah mewah, cari wanita tinggal
pilih, keluar negeri seminggu sekali, apa kau tak ingin sepertiku Drun”
Kata kata itu
membuat aku terdiam tanpa kata, anganku terbayang akan kehidupanku sekarang,
memang kehidupan kami sekarang jauh berbeda, Anton tampak berwibawa, rapih,
bersih, ditambah mobil yang ia tunggangi sangat mewah. Sementara aku
kebalikannya, aku kumuh, miskin, bahkan hanya sepeda tua ini barang mewah yang
aku punyai. Padahal dulu semasa kuliah. Aku dan Anton bukanlah orang punya,
kami kuliah sambil bekerja. Pagi kuliah, malam bekerja, kami melakukan itu demi
perut dan rokok. Anton sendiri, bisa kuliah adalah anugrah yang terbesar bagi
hidupnya, bagaimana tidak, anak seorang kuli pasar dengan penghasilan sangat
kurang namun ia bisa buktikan bahwa pendidikan itu bukan hanya milik kaum
borjuis
“ Kau kaya
sekarang, sepertinya kau sudah makmur, tak perlu lagi mengais tempat sampah
untuk mencari makan, seperti dulu?”
“ Sekarang aku
menjadi pejabat, jadi sudah sewajarnya aku kaya”
“ Aku heran
dengan pejabat sekarang, banyak diantara mereka yang memanfaatkan jabatannya
ntuk memperkaya diri sendiri, namun yang membuat ku sedih mengapa mahasiswa
sekarang hanya diam saja melihat pemimpin mereka bertindak seenak perutnya. Apa
nyali mereka ciut setelah diiming-imingi beasiswa?” keluhku
“ Kau masih
memikirkan itu Drun, aneh..kau bukan mahasiswa lagi, namun darah mudamu masih
terlihat” Anton terheran
“ Tapi Ton,,
yang pasti kamu bukan diantara mereka kan? Lalu bagaimana kau bisa kaya
mendadak seperti ini?” Tanyaku curiga
Anton terdiam, kemudian ia
menjawab. “ Aku kaya karena sama seperti yang kau omongkan Drun, aku
memanfaatkan jabatanku”
“ Apa!!jangan
bilang kalau kau korupsi Ton!!!” aku semakin curiga, lalu dengan tersenyum
Anton menjawab,
“ Hari gini
jarang sekali pejabat yang tidak korup Drun, hampir 80% mereka sama sepertiku,
malah ada yang lebih parah. kalo ga ikut nanti aku ga kebagian” jawabnya PD
Keterkejutanku memuncak
mendengar pernyataan itu, aku tak menyangka seorang Anton sahabatku, yang dulu
selalu berada di garda terdepan dalam setiap aksi pemberantasan tikus-tikus
kantor berdasi itu, kini terperangkap kedalam koloninya sendiri. Ia kini tak
berbeda dengan mereka, penjilat dari neraka. Ahhhh,,,dunia memang sungguh cepat
berubah, baru kemarin berjanji, sekarang sudah ingkar janji, mungkin itulah
watak bangsa ini, atau malah sudah menjadi budaya?entahlah..Namun dalam hati
aku berkata,
“ Inilah tugasku, aku sebagai
seorang pendidik, akan aku didik generasi penerusku dengan baik, agar mereka
bisa menjadi baik nantinya, karna aku yakin, diantara mereka ada yang akan
memimpin negeri ini”
Dibawah beringin, sudut kampus.
0 komentar:
Posting Komentar