tag:blogger.com,1999:blog-41731052825639675922024-03-13T04:31:20.841-07:00Kenthip PujakesumaKenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.comBlogger70125tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-80151276487512811232014-08-05T01:37:00.000-07:002014-08-05T01:37:47.208-07:00Siapapun Kita, Pasti Merindukan Ramadhan Tahun DepanLama sekali tidak membuka blog ini. Rasanya sudah banyak sampah yang harus kubersihkan agar blog yang sederhana ini kembali elok dan pantas untuk dilihat.<br />
<br />
Dalam kesempatan ini, admin ingin sekali mengajak kita untuk merenungi bulan yang baru saja pergi meninggalkan kita. Yah...dialah Ramadhan. <br />
<br />
Ramadhan telah pergi meninggalkan kita. Tak ada lagi hari-hari dimana setiap amal baik kita dilipatgandakan pahalanya oleh Tuhan. Sebab, bulan yang penuh ampunan, penuh berkah dan bulan dimana diturunkannya kitab suci umat Islam itu kini telah tiada.<br />
<br />
Bagi sekelompok orang, banyak yang bahagia dengan berakhirnya bulan Ramadhan. Sebab, mereka tidak perlu harus bersusah payah menahan lapar dan dahaga di siang hari selama satu bulan penuh. Selain itu, mereka juga tidak diwajibkan untuk melakukan berbagai kegiatan peribadatan yang dirasa sangat "mengganggu".<br />
<br />
Namun itu hanya bagi orang yang memiliki keimanan kurang dan tidak memahami betapa mulianya Ramadhan. Bagi orang yang sadar akan hal itu, mereka akan sangat bersedih melepas kepergian Ramadhan itu. Sebab, mereka tidak tahu lagi apakah usianya akan mampu menjumpai Ramadhan tahun depan untuk berlomba melakukan taubat dan mencari berkah dari Tuhan.<br />
<br />
Entah dikelompok pertama atau kedua kita saat ini. Yang jelas, semua orang pasti berharap akan bertemu dengan Ramadhan di tahun depan. Semoga kita bisa menjumpainya bersama-sama, sehingga bagi kelompok pertama akan mampu memperbaiki keimanannya, sementara kelompok kedua akan dapat mempertebal keimanannya. Itu sudah!Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-44087796324866384142013-02-20T00:22:00.000-08:002013-02-20T00:26:41.368-08:00Selamatkan Industri Batik Dalam Negeri!<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-QYI7YOpRA_Q/USSHTq1d5pI/AAAAAAAAAO8/aF6pE15indQ/s1600/index.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="261" src="http://3.bp.blogspot.com/-QYI7YOpRA_Q/USSHTq1d5pI/AAAAAAAAAO8/aF6pE15indQ/s320/index.jpeg" width="320" /></a></div>
<i><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kota batik di Pekalongan, </span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bukan Jogja eh Bukan Solo..</span></i><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Salah satu bait dari lagu Slank Berjudul “SBY (Sosial Betawi Yoi)” ini menggambarkan Pekalongan sebagai Icon batik di Nusantara. Bukan hanya Pekalongan, kota lain seperti Solo, Yogya, Cirebon, Indramayu, Garut, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis, Lasem, Madura, Jambi,Tuban, Banyumas, Palembang, Trenggalek, dan kota lainnya juga tempat industry batik. Untuk alas an itulah, tidak salah jika Batik terkenal salah satu kebudayaan asli Indonesia. Hal ini lebih dikuatkan dengan ditetapkan oleh UNESCO (United nations educational, scientific and cultural organization) bahwa batik sebagai Warisan Budaya milik Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Untuk melestarikan batik sebagai budaya bangsa, masyarakat berduyun-duyun membeli dan memakai batik. Kesan batik yang kuno, kini mulai terkikis dengan seringnya batik digunakan oleh masyarakat. Tidak hanya dalam acara resmi seperti pernikahan atau acara sacral lainnya, batik kini menjadi fashion dan trend di Nusantara.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pelestarian Batik sebagai budaya bangsa, tentu menjadi angin segar bagi pengrajin batik. Secara signifikan, omzet mereka dipastikan meningkat. Permintaan pasar akan produk batik pasti melonjak. Dan hal ini akan berimbas pada peningkatan pendapatan masyarakat terutama pengrajin dan pembisnis batik.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun, industry batik yang seharusnya maju, harus dihadapkan dengan permasalahan pelik yang selalu saja mencekik produk dalam negeri. Permasalahan yang sejak dulu menjadi musuh bagi pengusaha dan pengrajin kelas menengah kecil, impor. Sudah sejak lama komoditas asli negeri ini, harus kalah saing dengan barang impor. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kini, batik yang menghadapi permasalahan itu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikFinance, Rabu (20/2/2013), tercatat sebanyak 1.037 ton produk batik yang masuk dari China ke Indonesia dengan nilai US$ 30 juta, atau sekitar Rp 285 miliar sepanjang 2012 lalu. Impor terbesar adalah untuk jenis kain tenun dicetak batik yaitu sebanyak 677,4 ton dengan nilai US$ 23,3 juta, dan kain tenun yang dicetak dengan proses batik sebanyak 199,2 ton dengan nilai US$ 1,8 juta pada 2012 lalu.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">lagi, impor dari negeri tirai bambu menjamur di negeri ini. Setelah barang elektronik, buah-buahan, aneka mainan anak-anak, kini merambah ke dunia tekstil. Pepatah bahwa tidak ada barang di negeri ini yang lolos dari gempuran produk China sepertinya bukan gurauan. Buktinya, produk impor dari China begitu merajai di Indonesia dan membunuh pengusaha dan pengrajin kelas menengah ke bawah. Akibatnya, tidak ada kata lain selain gulung tikar.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dari data yang dikutip detik.com, masuknya impor produk batik ini terbesar terjadi pada Juli 2012 yaitu sebanyak 106,7 ton dengan nilai US$ 3,6 juta, dan pada Desember 2012 sebanyak 87,4 ton dengan nilai US$ 3 juta. Selain jenis kain batik, ada juga beberapa bentuk barang jadi seperti jaket, blazer, celana, baju untuk perempuan dan laki-laki, serta sapu tangan, syal, scarve, dan dasi dari proses batik. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tentu masuknya impor batik dari China ini harus segera di evaluasi. Pemerintah dengan regulasi yang mengatur tentang ekspor impor harus segera bertindak. Tujuannya hanya untuk melindungi dan menyelamatkan pengusaha dan pengrajin dalam negeri. Jangan sampai, karena kalah modal, banyak pengusaha dan pengrajin gulung tikar. Akibat terburuknya, batik hanya akan tinggal sejarah karena tidak ada orang lagi yang berminat membuat batik atau memproduksinya. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bukan rahasia lagi, jika barang impor dari China tak kalah kualitasnya dari barang local. Selain itu, harga yang ditawarkan batik impor dari China cukup mengerikan. Harga batik China jauh lebih murah bila dibandingkan dengan batik produksi lokal Pekalongan. Selisih harga antara keduanya bisa mencapai Rp 20-30 ribu/helai.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Masyarakat menengah ke bawah, tentu akan mengejar produk-produk impor dari China tersebut, dibanding membeli buatan asli Indonesia. Selain harganya relative murah, kualitasnya pun dapat dipastikan tidak kalah saing dengan produk lokal. Bahkan ada beberapa barang yang kualitasnya lebih bagus daripada batik local. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sudah saatnya pemerintah mengambil sikap. Jika dibiarkan berlarut, barang-barang tekstil dari China membanjiri Nusantara. Hal ini akan berakibat fatal terhadap kelangsungan produksi batik dalam negeri. Jangan sampai, tragedy pengrajin mainan Indonesia yang harus berhenti berproduksi hanya karena kalah saing dengan produk mainan dari China terjadi juga terhadap produksi batik. Kita tidak menginginkan, industry batik kelas menengah kebawah kolep, kemudian banyak karyawan yang harus diberhentikan. Akibatnya, angka pengangguran negeri ini semakin bertambah.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tentu ada cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan batik dari kehancuran akibat impor dari China tersebut. Seperti pembatasan impor, pengenaan bea cukai yang tinggi, sampai pelarangan impor demi memajukan industry perbatikan dalam negeri. Atau dengan memberikan bantuan agar usaha batik menengah ke bawah mampu bersaing dalam pertarungan pasar global. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Rasanya aneh, jika kita mengaku bangga dengan batik sebagai warisan budaya nusantara, namun membeli batik buatan China hanya karena pertimbangan harga. Selain itu, tidak lucu juga apabila para pengrajin batik dan pengusaha batik kelas menengah ke bawah, harus bangkrut ditengah kemajuan batik dalam negeri. Maraknya peminat batik, seharusnya menjadi ajang bagi pengrajin batik dan pengusaha batik tanah air untuk meningkatkan taraf hidupnya yang lebih baik. Selain itu, batik yang telah menjadi budaya khas Indonesia, harus dijaga kemurniannya, jangan sampai orang mengira, bahwa batik adalah hasil budaya China. Mari bersama-sama kita selamatkan batik dalam negeri, sebagai perjuangan mempertahankan budaya luhur bangsa ini.</span>Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-31392418353601753142013-02-14T00:52:00.003-08:002013-02-14T01:01:41.595-08:00Happy Valentine Days, Putri<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-U5qnXSfYGSI/URyfdg0AOaI/AAAAAAAAAOg/j2a4JNMHG4E/s1600/Valentine.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://1.bp.blogspot.com/-U5qnXSfYGSI/URyfdg0AOaI/AAAAAAAAAOg/j2a4JNMHG4E/s320/Valentine.jpg" width="320" /></a>Happy Valentine Putri,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Hari ini,14 Februari 2013</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Ingin ku ungkapkan sesuatu yang mesti kau tahu</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Tentang perasaanku padamu.. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Hari ini, </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Meski ku tak dapat memberikanmu sebatang Coklat yang manis</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Juga sekuntum bunga mawar merah</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
nan elok merekah</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Namun sayangku padamu tak pernah berkurang... </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Meski raga kita jauh,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Langit dan bumi jadi saksi</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Betapa mereka iri melihat kemesraan kita berdua</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Cinta kita bukan seperti sebatang coklat,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Yang manis hanya sesaat,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Lalu hilang tak berasa.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Juga bukan sekuntum mawar,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Yang suatu saat akan layu</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Kemudian gugur tak berharga </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Cinta kita bukan angin, </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bukan langit, <br />
Bukan Bumi,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Apalagi api,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Cinta kita adalah cinta sejati</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Tak ada yang serupa dengannya.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Aku mencintaimu,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Saat ini, dan sampai kapanpun!</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Hingga nyawa ini pergi, </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Saat itu pun, aku tetap mencintaimu...</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Akan ku pegang erat tanganmu,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Dan bisikkan kata mesra untukmu,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bahwa aku akan menantimu</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
di Surga..</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Happy Valentine kasih,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Dunia tahu bahwa aku mencintaimu</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Itu sudah.. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<i>Semarang, 14 Februari 2013.</i></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<i>Untuk putriku yang jauh disana</i></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<i>Yang tak dapat merayakan Valentine bersamaku... </i></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-64162497981553300592013-02-12T21:54:00.002-08:002013-02-12T22:58:07.988-08:00Ironi Pecinan Semarang<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-5Y8myMmsnv4/URs5OeNEEhI/AAAAAAAAAOQ/uuOS5f7MEQI/s1600/buku.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/-5Y8myMmsnv4/URs5OeNEEhI/AAAAAAAAAOQ/uuOS5f7MEQI/s200/buku.jpg" width="125" /></a>Judul : Pecinan Semarang dan Dar-Der-Dor Kota<br />
Penulis : Tubagus P.Svarajati<br />
Penerbit : Suka Buku<br />
Tahun Terbit : Oktober 2012<br />
Tebal Halaman : 250 Halaman<br />
Harga : -<br />
Resentator : Kenthip Pujakesuma<br />
<br />
Berbicara tentang keindahan wisata budaya di Semarang, pasti akan berbicara tentang daerah Pecinan. Sebuah kawasan di Semarang ini, kerap dijadikan objek wisata para pelancong untuk menyaksikan keindahan serta keunikan budaya di sana. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Di kawasan Pecinan, kita dapat menikmati aneka jajanan khas penduduk Tionghoa pada tiga hari di akhir pekan. Selain itu di tahun baru Imlek, kawasan ini ramai dipadati pengunjung. Sebuah acara bernama Pasar Imlek Semawis di gelar. Dalam acara Pasar Imlek Semawis itu, akan ditontonkan beraneka ragam kesenian khas masyarakat Tionghoa, makanan khas, aneka kerajinan pecah belah, kaligrafi dan tari barongsai dan juga tari naga.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Namun, dari keramaian dan kemegahan itu, ada sebuah ironi yang bergelayut di sana. Keindahan dan kemegahan yang ditampilkan bukan untuk menunjukkan bahwa inilah kawasan Pecinan, kota dengan sejuta sejarah. Tubagus P.Svarajati, adalah sesosok yang berani menguak ironi demi ironi tentang permasalahan yang dihadapi Pecinan Semarang. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Melalui buku berjudul “Pecinan Semarang dan Dar-Der-Dor kota” ini, Tubagus P.Svarajati mencoba menguak persoalan yang dihadapi Pecinan Semarang dalam bahasa kolom yang indah. Dalam buku ini, Tubagus mencoba untuk menggiring kita ke dalam sebuah permasalahan dengan cara pandang yang berbeda. Melihat dari hal-hal yang kecil yang tak tampak oleh mata, mengenai hal mikro dari permasalahan makro yang dihadapi oleh masyarakat Pecinan Semarang.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Banyak hal yang disoroti oleh Tubagus dalam buku ini. Mengenai pelaksanaan kampong semawis misalnya, Tubagus menilai bahwa bukan revitalisasi yang terjadi seperti yang digaungkan oleh pegiat kampong semawis, melainkan hanya sebuah klangenan. Mereka seakan bergiat, padahal tidak berinteraksi atau mengakar kepada kebutuhan masyarakat yang hendak dilayani. Adanya konsep turisme di wilayah Pecinan menurut Tubagus, seharusnya berdampak pada kehidupan social masyarakatnya, bukan malah menjadikan mereka sebagai penonton.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Menurut Tubagus, premis “memajukan atau menghidupkan” (revitalisasi?) lagi kawasan Pecinan tidak berguna manakala dalam praktik malah kontraproduktif. Oleh karena itu, Kopi Semawis wajib melakukan riset komprehensif atas wilayah Pecinan sebelum menggelembungkan ide “revitalisasi”. (hlm 77).</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Sejak Reformasi 1998 bergulir, kawasan Pecinan dijadikan sebagai salah satu lokasi wisata di Semarang. Namun Pecinan dirasa hanya dijadikan sebagai sumber komoditas (barang dagangan) untuk mengeruk keuntungan financial bagi segelintir elite yang terlibat. Sementara kekumuhan, kemiskinan, kesemerawutan serta soal kemacetan tak pernah diperhatikan. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Di titik-titik itulah tubagus menggugat. Melalui 48 esay yang terkumpul dalam buku ini, Tubagus mencoba untuk memberikan kritikan bahwa sebenarnya, ia tidak begitu setuju Pecinan dijadikan wilayah turisme. Ia ingin mengembalikan Pecinan sebagai tempat eksotis yang selama ini seakan-akan sekedar menjadi objek tatapan (object of the gaze) dari kalangan turis. Tubagus ingin mengembalikan anggapan bahwa Pecinan tidak boleh dipandang sebagai identitas yang bersifat statis. Ia berharap bahwa kawasan Pecinan harus berubah sesuai dinamika kehidupan yang ada. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Tidak hanya di bidang social dan tata kota saja yang menjadi bidikan Tubagus dalam buku setebal 250 halaman ini. Di bidang seni misalnya, Tubagus memandang seni bukan sekedar sebagai luapan estetika untuk membuktikan keahlian manusia mempraktikkan rasa keindahan. Ia menanggap bahwa kesenian sebagai kekuatan yang harus terlibat secara social. Untuk itu, ia selalu menggembar gemborkan tentang kehadiran mural untuk memperindah kota. Terutama diwilayah Pecinan, Tubagus sangat menekankan adanya kesenian mural sebagai tanda yang menunjukkan autentitas masyarakat Pecinan. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Di lain sisi, Tubagus sangat mengkritik keras upaya berkesenian yang sekedar menjiplak atau bergenit ria mengintimidasi kota lain yang memiliki akademi seni. Ia berkeinginan untuk menampik mitos yang telah dianggap mapan, bahwa Semarang adalah “kuburan bagi kesenian dan seniman”. Ia mengharapkan, bahwa Semarang dapat bangkit dan menjadi Kota yang memiliki nilai kesenian tinggi seperti masa lalu. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Sejarah keemasan kesenian Semarang, Ia sajikan dengan menuliskan kisah tiga orang tokoh seniman yang berasal dari Semarang, yakni Jongki Tio, Kok Poo, dan A.S Kurnia. Mereka yang dianggap Tubagus sebagai orang yang berjasa terhadap kesenian yang ada di Semarang. Namun, namanya kini tak pernah terdengar disebut lagi oleh generasi muda saat ini.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Secara keseluruhan, buku karya Tubagus P.Svarajati ini begitu mempesona. Kritik yang ia sampaikan tidak hanya kritik kosong tanpa solusi. Meski kadang, ia termasuk orang yang cenderung “pemarah” dalam menyampaikan kritiknya tersebut. Namun, secara keseluruhan, membaca tulisan-tulisan Tubagus, membuat kita enjoy dan begitu menikmati alur demi alur yang disajikan. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Terlepas dari kekurangan Tubagus, kumpulan esay yang dikumpulkan menjadi buku hebat ini, Tubagus membuat kita sadar tentang berbagai permasalahan yang terjadi di depan mata kita, juga solusi untuk mengembangkan kawasan Pecinan khususnya, dan Semarang pada umumnya untuk menjadi lebih baik. Benar yang dikatakan Gunawan Budi Susanto dalam endorsement buku ini, bahwa jika ada pertanyaan siapa yang mesti diajak bicara, sebagai pemangku kepentingan, tentang penanganan suatu kawasan dari segenap aspek di Kota Semarang, terutama kawasan Pecinan, jawabannya adalah Tubagus P.Svarajati!.</div>
Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-3491992994626903552013-02-07T00:15:00.000-08:002013-02-07T00:22:03.941-08:00Agama dalam Dekapan Politik Busuk<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Menarik jika membaca sebuah tulisan Ahmad Syafii Maarif dalam Rubrik Opini di Surat Kabar Harian Kompas (6/2/13). Tulisan berjudul “Politik dan Uang” tersebut begitu menggelitik. Pendiri Maarif Institute tersebut dengan gamblang menyoroti kasus perpolitikan negeri ini. Titik permasalahannya sekali lagi tak lepas dari permasalahan yang kini masih saja menjadi momok negeri ini. Korupsi!.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Tulisan ini dimulai Syafii dengan menggambarkan tentang perdebatan panjang kurun waktu 1930 an antara kaum santri nasionalis dan nasionalis non santri. Perdebatan tersebut tidak lain tentang permasalahan politik itu kotor atau tidak.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Dalam perdebatan tersebut, kaum non santri menegaskan bahwa politik itu sampai kapanpun tetap kotor, sehingga agama yang suci jangan sampai terkontaminasi dengan membawanya kedalam kotornya politik tersebut. Sementara itu, kaum santri mengganggap, justru karena politik itu kotor, maka harus dibersihkan dengan kesucian agama.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Dari pandangan kedua belah pihak, sebenarnya keduanya mengakui bahwa politik itu benar-benar kotor. Perbedaannya adalah, kaum non santri ingin memisahkan agama agar tidak bercampur dengan kotornya politik. Di sisi lain, kaum santri bersikukuh bahwa agar politik itu tidak menjadi kotor, maka politik jangan sampai dipisahkan dari agama.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<b>Kekhawatiran itu Benar Terjadi</b></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Ada kesamaan perdebatan kaum santri dan non santri yang terjadi sekitar 1930 an itu, dengan kasus yang terjadi saat ini. Kasus di Gunturkannya Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq oleh KPK dalam kasus impor daging sapi dapat menjadi alas an mengapa kaum non santri menginginkan politik dipisahkan dari agama. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Bukan rahasia lagi, jika Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah salah satu partai yang dengan berani mengatakan partai beridiologi islam. “Bersih, agamais dan professional” yang menjadi slogan partai dakwah ini dipertanyakan kebenarannya setelah presiden mereka menjadi tersangka dalam kasus Impor daging sapi. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Tidak hanya PKS yang menjadi sorotan dalam kasus ini, mau tidak mau, Islam pun menjadi “tersangka”. Serangan kaum lain yang selama ini selalu menjelek-jelekkan Islam akan terdengar begitu nyaring. Dengan kejadian ini, mereka akan semakin tertawa dan mengejek Islam. Seolah menemukan momennya, kasus tersebut membuka ruang untuk mereka untuk menyebarkan kebenciannya.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Disinilah mengapa gagasan Nur Kholis Madjid tentang “Islam Yes, Partai Islam No” patut dipertimbangkan. Pemikiran yang kemudian dikenal dengan sebutan “Sekularisasi” ini, seharusnya menjadi acuan dalam perpolitikan Indonesia saat ini. Membedakan antara mana ranah agama dengan partai politik, tentu hal yang harus segera dilakukan. Hal ini untuk menghindari terseretnya kesucian agama lebih masuk ke dalam busuknya politik dewasa ini.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Gagasan Cak Nur tersebut sepertinya mendesak dilakukan saat ini. Dikala cita-cita luhur para kaum santri yang dahulu mencoba membersikan kebusukan politik, dengan mengikutkan agama dalam perpolitikan Nasional, sudah berubah haluan. Mereka para tokoh santri terdahulu yang terjun ke dunia politik, dengan kokoh menjaga martabat dirinya agar tidak terkontaminasi dengan kotornya politik. Namun sekarang, sebagian tokoh santri yang juga mencoba meneruskan cita-cita luhur itu, justru bangga berkubang dalam luapan lumpur kotor politik.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Agama yang notabene adalah suci, harus ikut terlibat dalam kotor dan busuknya oknum yang bergelut di dunia politik. Serangan massif media massa, semakin membuat agama yang “di dzolimi” itu tercoreng. Ungkapan “Kiainya saja korupsi, bagaimana santrinya?” atau “Presiden partai yang katanya partai Dakwah saja di Gunturkan, bagaimana pengikutnya?” dan yang lebih parah lagi “Apakah agama mereka tidak mengajarkan pelajaran moral, bahwa mencuri uang rakyat itu termasuk perbuatan dosa?”.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Ungkapan dan pertanyaan itu mau tidak mau akan membuat kita penganut agama menjadi malu. Agama yang berarti “A”<i> tidak</i> dan “Gama” yang berarti <i>rusak</i>, malah dibuat tameng untuk menimbulkan kerusakan. Hal ini harus segera ditindak lanjuti, demi kesucian dan keluhuran agama.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<b>Tentukan Jenis Kelamin</b></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Tidak semua partai dengan symbol agama atau yang dengan tegas menyatakan bahwa landasan idiologis partainya adalah agama, kemudian tersandung masalah moral. Sejarah perpolitikan Indonesia mencatat, dua partai besar berlandaskan agama yang sukses menjadikan agama sebagai landasan dan ajaran moral yang wajib dipedomani dalam mengawal perilaku politik anggotanya. Sebut saja Masyumi dan Partai Katolik. Meski keduanya memiliki landasan agama yang berbeda, namun para tokohnya sangat ketat mengawal moralitas anggotanya.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Para tokoh kedua partai moralis tersebut percaya, bahwa tanpa moralitas yang baik, politik pasti merusak (deskruktif). Lalu bagaimana dengan kondisi yang sekarang terjadi dalam perpolitikan kita?. Pertanyaan yang cerdas. Dalam kondisi politik yang sudah rusak ini, sudah selayaknya kita mencoba melakukan apa yang kaum non santri pada era 1930-an dan juga tentang mandat Cak Nur dengan memisahkan keterlibatan agama dalam politik.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Sudah saatnya partai politik juga para politisi di Negeri ini menentukan jenis kelamin mereka. Jika masih ingin mengaku sebagai partai atau politisi yang beridiologi agama, maka harus membuktikannya dengan memberikan manfaat kepada orang banyak. Karena sebaik-baiknya manusia, adalah yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Namun, jika memang tidak dapat melakukan hal tersebut, sudah buang saja simbol-simbol agama yang selama ini dipaksakan melekat. Jangan kepalang tanggung, langsung saja berendam dan menyelam dalam samudra politik yang kotor dan busuk itu. Bergabung dengan para politisi lain yang “seiman”.<br />
<br />
<i>Sumber Kompas edisi Rabu 6/2/2013 dan berbagai sumber terkait. </i><br />
<br /></div>
Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-24756690920142745082013-01-30T00:34:00.001-08:002013-01-30T00:40:03.792-08:00Di Tepi Danau Ini, Aku Duduk dan Menangis<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-GkCeKGeh7Bk/UQjcJm6MhBI/AAAAAAAAAOA/m94IJWll4eo/s1600/index.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="238" src="http://2.bp.blogspot.com/-GkCeKGeh7Bk/UQjcJm6MhBI/AAAAAAAAAOA/m94IJWll4eo/s320/index.jpeg" width="320" /></a></div>
Aku merindukanmu<br />
Di tepi danau ini, aku duduk dan menangis<br />
<br />
Pancaran cahya mentari pagi ini,<br />
Tak jua menghangatkan tubuhku<br />
Batu kecil di dasar danau ini,<br />
Adalah bulir air mata kerinduanku<br />
Yang telah mengeras<br />
<br />
Mencintamu adalah siksa bagiku,<br />
Meski siksa itu terasa indah, <br />
Sungguh,<br />
Percayalah,<br />
Siksa itu sangatlah indah!<br />
<br />
Aku rela terluka<br />
Menahan rindu yang selama ini menyayat dada<br />
Karena aku memang pantas<br />
Mendapatkan siksa, <br />
Demi cintamu<br />
<br />
Aku merindukanmu<br />
Di tepi danau ini, aku duduk dan menangis<br />
<br />
Saat kau datang dengan cinta ini,<br />
Tak sedikitpun aku melihat sisi gelap darinya<br />
Cintamu telah menuntunku lalui kegelapan<br />
Cintamu telah menyelamatkanku<br />
Dan membawaku kembali ke mimpiku<br />
<br />
Aku ingin menjadi orang bijak<br />
Bijak karena mencintaimu<br />
Aku tak ingin menjadi orang yang bodoh<br />
Bodoh karena aku mengira <br />
Bisa memahami cintamu<br />
<br />
Seberapapun aku berusaha<br />
Aku tak dapat memahaminya<br />
Yang ku bisa<br />
Hanya merasakannya….<br />
<br />
Sungguh,<br />
Betapa kuat dan besar cinta<br />
Yang kau berikan padaku….<br />
Sekali lagi,<br />
Aku merindukanmu kasih,<br />
<br />
Di tepi danau ini, aku duduk dan menangis<br />
<br />
<br />
<br />
*(<i>Semarang, 30 Januari 2013)<br />Nyanyian rindu yang teramat sangat, teruntuk kekasihku....<br />Bersama angin, sambutlah kerinduanku ini.....</i></div>
Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-14924257420666791282013-01-27T23:13:00.002-08:002013-01-27T23:23:31.423-08:00Kisah Burung CamarInilah kisahku sebagai seekor burung Camar<br />Terbang ditengah derunya angin<br />Berkelana mengintai dunia<br />Arungi luas samudera<br />Tak bertepi,<br />
<br />Kudapati seonggok tubuh di tengah gelombang samudra<br />Ku ikuti kemana ia akan berlabuh<br />Terombang-ambing bak seonggok kotoran tak berharga<br />Pasrah tak tahu arah<br />Menghantam karang setinggi semeru<br />Kemudian sampai ke tepian<br />Sudah hancur tak berarti<br />
<br />Aku tahu,<br />Dulu Tubuh ini tegap<br />Dengan dada yang membusung<br />Kini,<br />Hanya tinggal tulang belulang yang tersisa<br />dililit selaput kulit tipis tak berharga<br />
<br />Apakah ia seorang tentara,<br />Presiden,<br />Menteri,<br />Atau hanya gembel yang mati mengenaskan<br />Dengan cara bunuh diri?<br />Hanya tubuh itu yang dapat menjawab pertanyaanku<br />
<br />Inilah kisahku sebagai burung Camar<br />Yang mendapati sebuah pelajaran hidup sederhana<br />Bahwa sebenarnya tubuh indah<br />Tak akan berguna<br />Saat nyawa telah lepas tinggalkan raga<br />
<br />Untuk apa kau bersolek<br />Untuk siapa kau berhias<br />Jika hanya untuk mempercantik tubuhmu<br />
<br />Padahal,<br />Tubuhmu tak akan abadi<br />
<br />Soleklah hatimu<br />Hiaslah perilakumu<br />Maka kau akan menemukan keabadian darinya.<br />Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-46531671006414773532013-01-08T23:01:00.003-08:002013-01-08T23:22:11.336-08:00Ngangkang, Lebih Enak Lho!<a href="http://2.bp.blogspot.com/-_zZWJFfol98/UO0afRy-3rI/AAAAAAAAANY/Ekd7AHik1co/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="219" src="http://2.bp.blogspot.com/-_zZWJFfol98/UO0afRy-3rI/AAAAAAAAANY/Ekd7AHik1co/s320/images.jpeg" width="320" /></a><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Gaung genderang gender yang diteriakkan oleh tokoh Feminisme sekaliber Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet, tak jua terasa di bumi Kartini. Pandangan sebelah mata terhadap perempuan masih saja dijumpai di negeri ini. Banyak kebijakan-kebijakan publik yang dinilai melukai semangat persamaan gender. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Banyak kasus ketidaksetaraan gender terjadi di negeri ini menimpa kau hawa. Ironisnya, tak sedikit yang menilai bahwa kasus yang menimpa wanita disebabkan oleh tingkah lakunya sendiri. Bagai jatuh tertimpa tangga. Wanita di negeri ini selalu disalahkan atas setiap peristiwa yang menimpanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Masih ingatkah tentang kasus pemerkosaan di angkutan umum yang terjadi di salah satu kota besar di Indonesia?. Apa yang terjadi saat itu, dikala si wanita korban tindakan asusila meminta perlindungan dan penegakan hukum setinggi-tingginya kepada pemerintah, ia malah disalahkan. Dengan enteng sang gubernur waktu itu mengatakan bahwa penggunaan rok mini oleh perempuan dalam angkutan umum menjadi penyebab awal keinginan sejumlah oknum untuk melakukan tindakan asusila.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Begitulah wanita, sosok yang selalu didiskriminasi. Mulai sosoknya yang dijadikan objek iklan, kemolekan dan lekuk tubuhnya dipampang di ruang public, hingga kasus wanita yang selalu saja kalah bila berhadapan dengan laki-laki. Ada keluarga yang bercerai, yang disalahkan pasti perempuan. Tidak punya keturunan, wanita yang menjadi korban. Begitu dan selalu begitu yang terjadi.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Kasus terbaru adalah surat edaran walikota Lhokseumawe, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Suaidi Yahya, tentang pelarangan perempuan mengangkang saat di bonceng. Surat edaran tersebut diberlakukan pada seluruh perempuan di Lhoksumawe tak pandang bulu. Dari anak-anak, remaja putri, hingga ibu serta nenek di Lhoksumawe dilarang ngangkang saat di bonceng.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Alih-alih menjaga kesopanan dan harkat martabat wanita seperti yang menjadi tujuan dari peraturan itu, kebijakan ini mendapat cemooh dan menimbulkan pro kontra. Banyak kalangan yang menilai penerapan kebijakan ini terlalu premature. Kebijakan yang terlalu dipaksakan tanpa melihat efek yang akan ditimbulkan.</span><br />
<b><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Melupakan hak dasar</span></b><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Salah satu hak dasar manusia adalah hak untuk mendapatkan keselamatan dan kenyamanan. Pemaksaan kebijakan wanita tidak boleh ngangkang saat dibonceng tentu menafikkan hak dasar tentang keselamatan sekaligus kenyamanan. Menurut beberapa pakar transportasi, membonceng wanita dengan posisi miring, akan menjadikan kendaraan terutama sepeda motor menjadi tidak seimbang. Kelebihan berat di sebelah sisi kendaraan, mengakibatkan sepeda motor mudah oleng, dan mengalami kecelakaan. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Kita bayangkan saja, jika seluruh wanita harus dibonceng dengan posisi miring, berapa korban yang akan ditimbulkan akibat kecelakaan di jalan?. Tidak jarang seseorang yang dibonceng, mengantuk. Dengan posisi miring, seseorang akan mudah terjatuh karena tidak memiliki keseimbangan yang baik. Dan ketika seseorang jatuh di jalan yang padat kendaraan, pasti menimbulkan kecelakaan karambol yang akan menimbulkan korban lainnya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Selain factor keselamatan, factor kenyamanan juga harus diperhatikan. Selain wanita yang dibonceng, para pria atau siapapun pengendara akan lebih nyaman bila yang dibonceng mengangkang. Kendaraan akan lebih stabil apabila yang dibonceng mengangkang, dibanding yang dibonceng duduk miring. Bagi wanita, dibonceng dengan posisi mengangkang pasti lebih enak dan nyaman. Selain tumpuan kaki yang lebih kuat karena menggunakan dua buah kaki, keseimbangan juga akan terjaga.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Kebijakan larangan ngangkang saat dibonceng bagi wanita tentu menafikkan factor kenyamanan dan keselamatan wanita sendiri. Berdalih demi melindungi marwah perempuan, mewujudkan kesopanan, dan juga sebagai representasi dari budaya aceh yang berlatar belakang Syariat Islam, larangan ngangkang saat dibonceng bagi wanita telah menciderai hak dasar bagi manusia itu sendiri.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<b><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Bukan syariat Islam</span></b><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Amidhan, mengatakan, dalam Syariat Islam, tidak ada aturan yang secara jelas membahas perempuan duduk ngangkang. Prinsip dasar Syariat Islam adalah membawa kemasalahatan atau membawa kesejahteraan bagi masyarakat, bukan sebaliknya membawa keresahan. Jika wanita dibonceng dengan posisi miring dapat menimbulkan banyak terjadi kecelakaan, hal itu berarti larangan membonceng ngangkang menimbulkan keresahan. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Inilah yang harus dibenahi jika pemerintah Lhoksumawe mengeluarkan larangan itu berdasarkan ingin menegakkan Syariat Islam. Syariat islam tidak pernah membebani umatnya. Jika peraturan itu didasari adat istiadat serta budaya di Aceh, bisa dimaklumi.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Namun, dalam mengeluarkan sebuah peraturan, tentu tidak akan melepaskan dari sisi historis dan juga sosiologis masyarakatnya. Mari kita mencoba mengenang sejarah, baik dalam Islam maupun sejarah Aceh. Dalam Islam, diceritakan bahwa Siti Aisyah r.a (Istri Nabi Muhammad SAW), dan perempuan lainnya waktu menunggang kuda ataupun onta saat berperang, pasti duduk dengan mengangkang. Mereka tidak mungkin duduk miring, jika duduk dengan posisi miring, mereka tidak akan bisa mengendalikan kuda ataupun onta yang ditungganginya. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Dari sisi sosiologis dan juga historis Aceh, kita mengenal dan mengerti bahwa Cut Nyak Dhien, Cut Mutia dan beberapa pahlawan perempuan Aceh dahulu, menunggang kuda saat berperang juga pasti duduk dengan posisi mengangkang. Kita bayangkan saja, apabila pahlawan Nasional Aceh tersebut menunggang kuda dengan cara duduk miring saat berperang, tentu akan menjadi lucu dan tidak berwibawa. Selain itu, hal sebodoh itu pasti tidak akan terjadi.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Lalu, apakah duduknya Siti Aisyah, Cut Nyak Dhien dan Cut Mutia yang mengangkang saat menunggang kuda dianggap tidak sopan? Dari sisi mana peraturan tersebut di buat, karena dari sisi historis dan juga sosiologis tidak nyambung?.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Disinilah letak permasalahan tentang larangan duduk ngangkang yang akan diterapkan di Lhoksumawe. Sopan itu relative. Perempuan memang tidak sopan, jika duduk ngangkang saat dibonceng sepeda motor, dengan celana atau rok mini, sehingga auratnya terlihat. Selain itu, perempuan juga dianggap tidak sopan apabila ia mengangkang dan memeluk pria yang memboncengnya dengan erat, padahal mereka belum muhrim.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Mengangkang akan dirasa sangat sopan, bila duduk dengan sewajarnya. Perempuan yang membawa barang atau anak kecil, akan lebih nyaman duduk mengangkang daripada miring. Selain itu, bagi yang sudah muhrim, tentu tidak ada masalah bagi mereka untuk duduk ngangkang. Karena diyakini atau tidak, dibonceng dengan posisi ngangkang, akan lebih enak dan nyaman, baik bagi pengemudi maupun penumpang. Tak percaya? Tanya saja pada mereka.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-46795198437819098742013-01-06T22:01:00.000-08:002013-01-06T22:05:01.646-08:00Bola Salju Pelelangan Selaput Dara<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Adalah Catarina Migliorini, gadis berusia 20 tahun asal Brasil yang menjadi bahan pembicaraan di tahun baru 2013 ini. Ia menggemparkan dunia dengan melelang keperawanannya seharga US$ 780 ribu (atau sekitar Rp 7,4 miliar). Anehya, seorang pria asal jepang bernama Natsu bersedia membeli keperawanan Catarina tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Menurut beberapa sumber, upaya Catarina Migliorini menjual keperawanannya untuk membangun rumah bagi keluarga-keluarga miskin di negara bagian Santa Catarina, Brasil. Missi itu ia lakukan karena Catarina telah berkecimpung dalam proyek ini selama kurang lebih 2 tahun. Dalam waktu sekejap saja, Catarina telah menjadi wanita dengan uang berlimpah.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Kemudahan Catarina mendapatkan uang dengan cara instan ini, diikuti pula oleh seorang gadis brasil lain bernama Rebbeca Bernardo. Gadis cantik asal Kota Sapeacu, Negara Bagian Bahia, Brasil ini mengikuti jejak seniornya, Catarina Migliorini untuk menjual keperawanannya. Dengan media internet, Rebecca menawarkan keperawanannya kepada laki-laki yang mampu memberikannya uang banyak. Diketahui sudah ada penawaran sekitar Rp. 337 juta, namun bukan tidak mungkin, angka itu akan bertambah mengingat Rebecca memiliki paras yang menawan.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Berbeda dengan Catarina, gadis cantik berusia 18 Tahun ini mengaku menjual selaput daranya untuk mengobati sang ibu yang sedang tergolek sakit. Ibu Rebecca diberitakan menderita penyakit sroke yang parah. Namun alasan ini segera dapat ditampik, karena ada pihak yang mengaku siap memberikan biaya pengobatan ibu Rebecca, namun ditolak. Ia mengatakan bahwa ia juga sebenarnya membutuhkan uang untuk hidupnya ke depan.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /><b>Sebuah Keputus-asaan</b></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Ada peristiwa yang patut kita cermati dari kasus penjualan keperawanan ini. Kasus ini ditakutkan akan menjadi bola salju, yang akan menggelinding ke bawah dan semakin besar. Akan banyak gadis-gadis yang terinspirasi dari “kesuksesan” Catarina dan Rebecca. Alih-alih kebutuhan ekonomi, mereka akan dengan mudah menjual dan menjajakan keperawanan mereka ke orang lain.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Factor ekonomi menjadi alasan klasik. Meski kadang, globalisasi lah yang menjadi momok yang menyeramkan. Seperti yang dikatakan oleh M.Waters, bahwa globalisasi akan memperkecil halangan – halangan yang bersifat geografis pada tatanan sosial dan budaya dan setiap orang semakin sadar bahwa mereka semakin dekat satu sama lain. Dari kedekatan itulah, timbul kesamaan dan keserataan pola hidup dan budaya yang membuat seseorang akan mudah meniru gaya hidup orang lain. </span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Dari globalisasi akan muncul sebuah sikap hidup konsumerisme dan mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara. Seseorang akan mudah melakukan apa saja untuk menjadi seperti idola mereka. Bergaya hidup mewah, meski bukan dari keluarga punya. Inilah yang menjadi penyebab seseorang melakukan pelbagai hal untuk mendapatkan keinginannya, termasuk harus melelang selaput dara.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Ditengah kehidupan yang semakin sulit, orang akan mudah sekali mengalami keputus-asaan. Bisa jadi, apa yang dilakukan dua gadis Brasil ini, merupakan sebuah keputusasaan. Putus asa karena terhimpit kemiskinan, putus asa karena terpuruk oleh system yang salah, sehingga hidup yang lebih baik tak jua di dapat.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Kasus Catarina da Rebecca besar sekali peluangnya terjadi di Indonesia. Sebetulnya sudah banyak sekali kasus yang sama terjadi di Indonesia, meski dalam bentuk yang sedikit berbeda. Bukan secara terang-terangan melelang keperawanannya kepada public via Youtube, di Indonesia kasus seperti ini dilakukan di bawah tangan. Berembel-embel nikah sirri, atau kawin kontrak, gadis cantik di negeri ini menjual keperawanan mereka. Bukan rahasia umum lagi, bahwa orang yang mau dinikah sirri oleh pejabat atau orang berduit, hanya mengincar kemegahan hidup dengan harta yang berlimpah. </span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Banyak artis, perempuan cantik bahkan anak-anak dibawah umur yang rela di nikah secara sirri ataupun kontrak oleh pejabat dan orang kaya di negeri ini. Tujuan mereka hanya satu, memperolah uang banyak sehingga dapat hidup dengan gaya hidup mewah. Semua dilakukan meski harus menjadi budak dari laki-laki berduit. Dari kasus ini, adakah perbedaan dengan kasus penjualan keperawanan oleh Catarina dan Rebecca?. </span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Kasus yang dilakukan Catarina dan Rebecca serta kasus lain yang serupa harus segera diantisipasi. Bukan hanya uang dan hidup mewah yang akan didapat oleh mereka yang senang mengambil jalan pintas, termasuk menjual keperawanan. Banyak bahaya yang akan diderita. Selain secara sosiologis terhadap masyarakat yang akan menurunkan citra dirinya, secara kesehatanpun bahaya akan datang mengancam. Penyebaran penyakit kelamin seperti HIV/AIDS, sipilis, raja singa, dan penyakit lainnya pun menjadi resiko yang suatu saat dapat menjangkitinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Pencegahan terhadap praktik-praktik tindakan amoral seperti ini harus dicegah sedini mungkin. Mulai dari keluarga kecil, yang meliputi anak-anak. Penanaman nilai-nilai agama yang selama ini dianggap efektif, semakin ditekankan. Juga penanaman moral dengan pancasila dan norma hidup lainnya juga penting ditekankan. Jangan sampai, ada saudara kita yang melakukan hal-hal yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma, yang akan menjadikan nama baik keluarga tercoreng. </span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br />Selain itu, sudah sepantasnya kita mencegah perbuatan mungkar yang terjadi di dunia ini. Meskipun tidak bisa dengan kekuatan, bisa dengan kata-kata bijak kita. Jika dengan kata-kata pun kita tidak bisa,dapat juga dilakukan dengan hati. Artinya kita meneguhkan kepada hati kita untuk tidak melakukan kemungkaran itu. <br /></span>Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-12430349416815102692012-12-12T21:13:00.000-08:002012-12-12T21:16:45.913-08:00Bumi Diambang Perang Dunia ke-3<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-hPBt1H5HZEE/UMljLIj_udI/AAAAAAAAAMY/Gg-gyqLcdwA/s1600/unha+3+lagi.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="http://2.bp.blogspot.com/-hPBt1H5HZEE/UMljLIj_udI/AAAAAAAAAMY/Gg-gyqLcdwA/s320/unha+3+lagi.jpeg" width="320" /></a><span style="font-size: large;">M</span>asih segar di benak kita, tentang kengerian kehancuran kota Hiroshima dan Nagasaki akibat Bom Atom yang diluncurkan oleh sekutu pada perang dunia ke-2. Entah kita sebagai generasi pada waktu itu atau hanya sebatas pelajar yang mempelajari sejarah, yang jelas kengerian peristiwa yang menandai berakhirnya perang dunia ke-2 itu masih saja terasa.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima di Jepang akibat senjata nuklir “Little Boy” pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 ini, bukan menjadi akhir dari perang yang terjadi di bumi ini. Bayang-bayang perang dunia ke-3 yang kini menghantui bumi mulai terasa.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Seperti diberitakan beberapa media internasional termasuk di Indonesia, pada Rabu (12/12) Korea Utara meluncurkan Roket Unha-3 yang sukses membawa satelit Kwangmyongsong-3 ke Orbit luar angkasa pada pukul 10.00 waktu setempat. Roket diluncurkan dari pusat Antariksa Sohae di Tongchang-ri sebelah barat latu Pyongpyang. Keberhasilan peluncuran roket ini, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Negara Kim Jong-Un itu. Rakyat Korut menyambut gembira keberhasilan peluncuran roket Unha-3 dengan menggelar pesta di berbagai pusat kota dan jalan raya.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Namun, kegembiraan Korut tersebut berbanding terbalik dengan kengerian dan kegelisahan seluruh masyarakat di dunia. Dunia mengecam keras upaya Korut yang telah meluncurkan Unha-3 ini. Korea Utara dinilai telah melanggar Resolusi yang telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB No.1695 tahun 2006, resolusi No.1874 tahun 2009, dan resolusi 1718 tahun 2006. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Resolusi itu yang dikeluarkan yang salah satu isinya menuntut Korut agar menghancurkan semua senjata nuklir, senjata pemusnah masal, dan rudal-rudal balistik itu, serta resolusi yang dikeluarkan pada tahun 2009 itu yang isinya memperkeras sanksi bagi Korut atas tindakan negara tersebut melakukan uji coba nuklir pada 25 Mei 2009. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Namun bukan Korut namanya jika takut terhadap gertakan dunia. Buktinya, pada 2 Juli 2009, Korut melakukan uji coba peluncurkan rudal jarak dekat atau pendek berjarak tempuh 100 km dengan Nama KN-1. Dan beberapa hari setelah peluncuran itu, rudal jarak menengah Scud-B dan rudal antarbenua, Rodong-1 dengan daya jelajah 1.300 km, juga akan diujicobakan. Peluncuran rudal jarak menengah itu dilaksanakan pada Sabtu, 5 Juli 2009 dari Pangkalan Gitdaeryong, tidak jauh dari Distrik Wonsan, Provinsi Gangwon (lihat http://forum.kompas.com/internasional/33448-ada-china-di-semenanjung-korea.html).</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<b>Kehancuran Bumi</b></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Dengan ketakutan dan kengerian yang diciptakan oleh Korut dengan upaya uji coba peluncuran Roket Unha-3 tersebut, tidak terlalu hiperbola jika kita membayangkan akan meletusnya perang dunia ke-3. Perang nuklir yang akan terjadi entah kapan itu, pasti akan lebih mengerikan dan memakan korban yang tak terhitungkan. Karena satu saja nuklir yang dijatuhkan, akan mampu meluluhlantahkan kota-kota besar di dunia. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Sudah seharusnya dunia melalui PBB melakukan tindakan antisipasi akan terjadinya perang dunia ke-3 itu. Memanasnya hubungan di Negara Asia Pasifik telah membuktikan bahwa perang itu sudah di depan mata. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Mari coba kita bayangkan, jika memang perang dunia ke-3 benar tarjadi. Perang yang tidak lagi menggunakan ribuan bahkan jutaan tentara dengan senapan di tangan, melainkan perang dengan ribuan roket yang melayang di angkasa membawa bahan ledak berbahaya bernama Nuklir. Perang kali ini bukan lagi perang dengan seberapa besar Negara atau seberapa banyak tentara yang dimiliki, melainkan seberapa canggih alat yang dimiliki Negara. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Dengan Nuklir yang beterbangan bagai kapas randu dan berjatuhan seperti hujan ini, bumi dipastikan akan menemui ajalnya. Kehancuran bumi akibat tekhnologi penghancur yang diciptakan manusia bernama Nuklir tidak dapat ditawar lagi. Entah seperti apa jadinya bumi ini. Gersang, udara busuk, radiasi, dan segala keburukan yang akan di timbulkannya akan dialami oleh bumi. Sementara penghuni bumi yang masih hidup, pasti mengalami gangguan dan bermacam penyakit mematikan dan akhirnya punah. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Maka yang ada hanya kenangan, bahwa kita pernah tinggal di sebuah planet yang dulunya indah bernama Bumi.<br />
<br /></div>
Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-5539602575432362782012-12-12T02:14:00.002-08:002012-12-12T02:14:46.481-08:00Garuda Benar-Benar Sekarat!<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Indonesia itu anjing,,</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Indonesia itu anjing</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Indonesia, Indonesia,</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Indonesia itu anjing……..</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bait dari lagu ejekan ini terlontar oleh supporter Malaysia pada gelaran piala AFF 2012 yang berlangsung beberapa waktu lalu. Ribuan Supporter yang akrab disebut Ultras Malaya ini dengan kompak menyanyikan lagu tersebut saat pemain Indonesia sedang berjuang membela Merah Putih. Dari video yang diunggah di You tube itu, dapat terlihat dan terdengar jelas ejekan Ultras kepada Indonesia. </span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai bangsa Indonesia yang mencintai tanah air ini, tentu saja saya marah. Namun lagi, saya seolah tak berdaya melampiaskan kemarahan saya. Mungkin, dalam benak saya dan juga mungkin dalam benak masyarakat Indonesia, telah menjadi sebuah mainstream bahwa bangsa ini memang pantas di ejek oleh negeri tetangga itu. Sudah berapa kasus yang menjadi bukti bahwa bangsa ini lemah, bahkan tidak hanya di ejek, melainkan di injak-injak dan diludahi.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai orang awam yang tidak dapat berbuat apa-apa, saya hanya berdoa, semoga pada pertandingan penyisihan groub B, Indonesia dapat membungkam Malaysia. Namun pada kenyataannya, Tim Garuda tercabik cabik dan kalah dari terkaman Harimau Malaya dengan skor 2-0. Dengan hasil itu, semakin membuktikan bahwa garuda tidak dapat berbuat apa-apa. Kembali tertunduk dan menyimpan malu.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kasus demi kasus yang membuktikan bahwa garuda tak berdaya menghadapi terkaman harimau Malaya adalah gambaran bahwa lemahnya negeri ini. Kasus TKI yang setiap tahun menjadi sorotan, juga sampai sekarang masih terjadi. Bahkan baru-baru ini, ada peristiwa penjualan TKI yang terkenal disebut 'TKI on Sale' di Malaysia. Bukan hanya itu saja, berapa jiwa TKI kita yang melayang di Malaysia? Berapa korban pemerkosaan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum disana?. Rasanya sudah tidak terhitung lagi jumlahnya.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kasus demi kasus pun terjadi. Selain kasus penghinaan terhadap bangsa ini yang dilakukan oleh Ultras Malaya dan juga kasus yang menimpa saudara-saudara kita para TKI, baru-baru ini terjadi lagi kasus penghinaan yang ditujukan pada mantan pemimpin bangsa. Adalah presiden ke 3 kita, BJ Habibie yang kini menjadi objek ejekan oleh Mantan Menteri Penerangan Malaysia, Zainuddin Maidin. </span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pada rubrik RENCANA di koran Utusan Malaysia edisi Senin, 10 Desember 2012, mantan Menteri Penerangan Malaysia Zainuddin Maidin menulis dengan judul "Persamaan BJ Habibie dengan Anwar Ibrahim". Zainuddin mengawali tulisannya dengan mengatakan 'Presiden Indonesia ketiga, Bacharuddin Jusuf Habibie yang mencatatkan sejarah sebagai Presiden Indonesia paling tersingkat, tersingkir kerana mengkhianati negaranya, telah menjadi tetamu kehormat kepada Ketua Umum Parti Keadilan Rakyat Anwar Ibrahim baru-baru ini. Beliau diberikan penghormatan untuk memberi ceramah di Universiti Selangor (Unisel).</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dalam media yang notabene dikontrol langsung pemerintah Malaysia itu, Zainuddin menggambarkan Habibie sebagai sosok egois, memualkan, serta pengkhianat bangsa. Hal ini tentu berbalik 180 derajat dengan kenyataan yang terjadi di Negeri ini. BJ Habibie dikenal sebagai tokoh yang telah berhasil membawa Indonesia menuju gerbang demokrasi yang sebenar-benarnya. Selain itu, ia juga membebaskan para tahanan politik (Tapol) yang telah lama dihianati hak dan kewajibannya oleh penguasa Orde Baru.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Habibie yang dikenal sebagai bapak Tekhnologi Indonesia, tentu bukanlah sesosok penghianat bangsa seperti yang dituduhkan oleh Zainuddin. Ia bahkan dianggap sebagai presiden yang sangat berhasil membawa Indonesia membuka lebar gerbang demokrasi yang awalnya tertutup oleh lembah hitam Orde Baru. Dibawah kepemimpinannya yang walaupun singkat, ia telah menorehkan sebuah sejarah yang tak akan pernah dilupakan oleh bangsa ini.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tentu penghinaan ini menimbulkan keresahan di negeri ini. Dua Negara serumpun yang telah lama berselisih, kembali memanas. Namun, sekali lagi kita lihat, apakah kali ini garuda berani terbang tinggi mengangkat derajatnya, membusungkan dada dan menerkam kesombongan sang Harimau?. Sepertinya hanya dalam film kolosal yang selama ini menghiasi televise kita. </span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lagi, keberanian para pemimpin kita dipertanyakan. Seberapa jauh mereka membawa kasus ini ke ranah hukum internasional. Kasus demi kasus yang terus terjadi, tidak cukup hanya dengan ungkapan prihatin saja. Sudah selayaknya, kasus penghinaan ini di bawa ke meja hijau internasional, demi mengembalikan harkat dan martabat bangsa yang semakin terpuruk ini. Mengembalikan kejayaan bangsa yang telah lama menjadi bahan hinaan Negara lain. Keberanian para pemimpin, menjadi tolak ukur keberhasilan bangsa ini meraih lagi kehormatanya.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tiada salahnya kita berdoa, semoga kelak garuda akan kembali Berjaya dan kita bangga menyematkannya di dada kita. Amin.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-24197151406008786872012-12-05T02:18:00.001-08:002012-12-05T02:18:49.259-08:00Antara Kau dan Mozaik itu,,,,,<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Dalam sunyinya malam,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Ku tahu kau terpaku</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Menatap tinggi ke atap dunia</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Berharap temukan senyum rembulan,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Meski langit diselimuti mendung</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Dalam lelapmu,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Ku tahu kau berharap</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bermanja dengan pangeranmu,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Walau hanya dalam buaian mimpi</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Dan saat malam berlalu begitu cepat</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Barulah kau sadar</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Kau temukan diri sendiri terpaku</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Tanpa dia disisimu</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Kadangpun, </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Sesekali kulihat bulir air mata menetes dari kelopak matamu yang indah</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Kesedihan yang mendalam menahan rindu yang teramat sangat</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bibir mu bergetar menyebut nama sang Pangeran, </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Nun jauh di sana….</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Rasa bimbang dan goyah terkadang mendera</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Saat hati mulai putus asa</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Dan batin tak kuat menahan gejolak rindu di dada</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Saat itulah,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Muncul sesosok Pangeran lain</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Yang samar namun tak asing</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Ia tawarkan keindahan lain,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Sebuah oase dan gambaran keindahan terdahulu</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Yang pernah kau lalui bersamanya</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Namun yakinlah,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Menyusun Mozaik yang telah hancur berantakan</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Tak semudah membuat Mozaik itu sendiri</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Seberapapun kemampuan kau curahkan</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Mozaik yang hancur itu tak akan pernah sempurna,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Pasti ada sedikit ataupun banyak bagian yang hilang</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bersama desir sang waktu</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Usah kau ragu,</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Yakinkan hati, mantabkan jiwa</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Untuk menyusun sebuah Mozaik baru</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bersama Pangeranmu sesungguhnya</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Yang selama ini mencoba untuk membuatmu bahagia…….</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Semarang, 6 Desember 2012</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
*Dalam gerimis, teruntuk sang Putri yang dilanda kebimbangan,</div>
Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-67523675703869095972012-12-03T19:42:00.003-08:002012-12-03T19:42:52.788-08:00Jangan Marah, Gitu aja kok Repot!<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Beberapa hari ini, keluarga besar Nahdliyyin di seluruh Indonesia serentak turun ke jalan. Aksi itu dilandasi rasa amarah keluarga besar NU terhadap pernyataan politisi senior yang juga Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana. Sutan yang pada acara diskusi di salah satu stasiun Televisi mengeluarkan pernyataan, bahwa lengsernya Abdurahman Wahid atau Gus Dur karena kasus korupsi Bulogate dan Bruneigate. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pernyataan itu sontak membuat murka komunitas Gusdurian (pecinta Gus Dur). Selain itu, Organisasi Pemuda Garda Bangsa, Gerakan Pemuda Ansor dan jam'iyah NU adalah orang yang paling merasa marah dan dihina. Mereka beranggapan bahwa menghina Gus Dur sama saja menghina NU. Jika dihubungkan bagai rantai makanan, menghina Gusdur sama saja menghina Nahdliyyin. Sementara menghina Nahdliyyin, sama saja menghina Agama khususnya Islam. Hal ini bukan tidak mungkin muncul, karena sosok Gus Dur yang notabene adalah ulama terkemuka yang titahnya dianut oleh sebagian pengikut organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Penhinaan terhadap agama sudah sering terjadi. Dengan berlindung di bawah ketiak Hak Azazi Manusia terutama hak menyatakap pendapat, setiap orang bebas mengeluarkan pernyataan meskipun kadang pernyataanya tersebut melukai orang lain. Banyak pernyataan Kontroversial meluncur. Saling menghina, mencaci dan menghujat marak terjadi, baik di dunia nyata maupun dunia maya. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebelum kasus Penghinaan Gus Dur yang dilakukan Sutan, kasus penghinaan terhadap Agama juga terjadi di Amerika Serikat. Seorang pria California bernama Sam Bacile alias Nakoula Basseley Nakoula menggemparkan dunia dengan memunculkan filmnya yang berjudul “Innocence Of Muslims". Film tersebut menggambarkan Nabi Muhammad sebagai pemimpin sekelompok pria yang haus darah dan juga seseorang yang suka perempuan.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Film ini memicu banyak protes dari masyarakat Muslim di Dunia. Sayang, protes itu dilampiaskan dengan cara yang salah, hingga menimbulkan banyak korban. Demonstrasi besar-besaran di sebagian bumi ini, tidak hanya menimbulkan kerugian harta karena pengrusakan oleh massa, melainkan menimbulkan korban jiwa, diantaranya terjadi di Benghazi, Libia yang menyebabkan tewasnya duta besar Amerika untuk Negara tersebut.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tokoh lain yang populer karena menghina Nabi Muhammad dan Islam adalah Greetz Wilder dengan film Fitna nya. Tak kalah popular di kalangan umat Islam adalah Kurt Westergaard, kartunis asal Denmark yang membuat kartun Nabi Muhammad dan juga Salman Rushdi yang menulis novel The Satanic Verses. Semua orang-orang tersebut memancing emosi umat Islam dengan menghina Nabi Muhammad SAW.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><b><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tak perlu marah</span></b><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sekali lagi, kedewasaan kita sebagai warga Nahdliyyin diuji. Seberapa besar jiwa kita untuk menghadapi masalah ini, menjadi tolak ukur kedewasaan tersebut. Apakah kita harus marah?. Jika ia, maka marah yang bagaimana, itulah hal yang harus dipikirkan.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ada pernyataan –yang belum tahu apakah benar atau salah- menyatakan “hanya orang bodoh yang tidak marah jika agamanya di hina” atau “jika ada orang ketika agamanya dihina dan tidak marah, maka dipertanyakan kadar keimanannyan”.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kadang ada sesuatu yang terbalik dari masyarakat kita. Sebagai umat Islam, kita tidak terima dinyatakan sebagai agama teroris. Namun, kadang apa yang kita lakukan sudah mencerminkan sikap teroris. Teroris disini bukan dalam artian seorang yang dengan tas berisi bom, lalu melakukan bom bunuh diri, melainkan orang atau kelompok yang menimbulkan keresahan dan ketakutan kepada orang lain. Banyak diantara kita umat Islam yang beberapa waktu lalu berdemonstrasi, kemudian merusak fasilitas umum dan juga meneror orang secara membabi buta.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Atau dalam kasus Sutan Bhatoegana yang menghina Gus Dur yang terjadi saat ini, seperti yang kita lihat, banyak masa turun ke Jalan, membakar ban dan dan spanduk atau foto gambar Sutan. Hal ini selain menimbulkan kemacetan, juga membuat warga sekitar atau pengguna jalan merasa ketakutan. Bukan kali pertama di negeri ini, sebuah demonstrasi berakhir ricuh.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Memang, semut pun akan menggigit jika di sakiti. Sebagai warga Nahdliyyin, kita pantas marah. Namun marah kita harus kita bina dengan baik. Silahkan turu ke jalan, melakukan orasi demonstrasi namun tetap menjaga keamanan dan ketertiban. Aksi damai dan aksi simpatik akan lebih mengena daripada kebrutalan dan anarkis. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Selain itu, kita juga tak harus ngotot marah, karena sudah jelas bahwa ucapan Sutan Bhatoegana adalah omong kosong belaka. Bukti sudah jelas bahwa Gus Dur Lengser dari Presiden bukan karenaisu korupsi seperti yang dituduhkan. Hal ini diperkuat oleh Kejaksaan Agung yang sudah mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan, dan Gus Dur dianggap bersih serta tidak bersalah.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Jika sudah seperti itu, untuk apa kita harus marah secara berlebihan. Biarkan Sutan Bhatoegana atau entah kelak orang lain yang akan menghina Gus Dur. Sekuat apapun hinaan yang mereka lontarkan, tak akan bisa mengalahkan kebaikan dan kebesaran beliau. Biarkan saja mereka menuduh apa tentang Gus Dur, Jika memang Gus Dur tidak bersalah, kenapa kita musti marah dan anarkis?.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mari kita mencoba merenung kembali dan meneladani Gus Dur. Gus Dur adalah sosok humanis yang anti pada tindakan kekerasan. Selama hidupnya, ia selalu menebarkan kedamaian. Sebagai orang yang begitu mencintai Gus Dur, mari kita terapkan keteladanan beliau. Tebarkan kedamaian dan kebaikan kepada sesama. Mari kita selesaikan masalah ini dengan jalan yang damai dan kekeluargaan, seperti yang biasa Gus Dur contohkan selama hidupnya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Jika saja hari ini Gus Dur Masih ada di samping kita tentu beliau akan berpesan kepada kita warga Nahdliyyin. “Jangan marah, orang saya yang dihina saja diam kok?”. Ia juga mungkin akan berpesan kepada Sutan “Saudara sutan, kalau tidak tahu apa-apa, lebih baik diam, gitu aja kok repot?”. Mungkin saja kan?.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-90482825171308291482012-11-07T23:03:00.000-08:002012-11-07T23:46:51.085-08:00Andai Saya SBY<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Di tengah tingginya ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, muncul kasus baru yang menambah murka rakyat ini. Kasus dimana saya akan mempertimbangkan kembali pencabutan grasi yang telah diberikannya kepada gembong narkoba Meirika Franola alias Ola.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seperti yang diketahui beberapa waktu lalu, bahwa saya yang dengan kewenangan khusus telah memberikan grasi kepada terpidana mati gembong narkoba Meirika Franola alias Ola. Grasi tersebut saya berikan demi penegakan Hak Asasi Manusia dan juga pertimbangan politik lainnya. Tepat pada 26 September 2011 yang lalu, saya memberikan grasi kepada Ola karena saya menduga ia hanya sebagai kurir. Saya kok sepertinya kasihan dan menganggap hukuman mati yang harus dijalaninya tidak pantas. Dan akhirnya saya memberikan pengampunan, sehingga hukuman mati yang diterimanya menjadi hukuman pidana penjara seumur hidup.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun kali ini, Grasi yang saya berikan kepada Ola, bak boomerang yang kembali menyerang saya. Seperti yang diberitakan oleh beberapa media, bahwa Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap seseorang yang kedapatan membawa sabu-sabu seberat 775 gram di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat pada tanggal 4 Oktober lalu. Pemilik narkoba tersebut, Nur Aisyah mengaku membawa sabu-sabu dari India atas perintah Meirika Franola alias Ola. Padahal, Ola masih berada di rumah tahanan Pondok Bambu.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kali ini, Saya benar-benar mati kutu. Pemberian grasi kepada gembong narkotika yang awalnya dikecam oleh masyarakat, terbukti salah. Alih-alih memberikan pengampunan agar yang bersangkutan berubah menjadi lebih baik, malah semakin gencar melakukan aksinya. Meski ia sekarang masih meringkuk di dalam sel, namun mampu melakukan bisnis terlarangnya dari balik jeruji besi.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><b><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebuah Dilema</span></b><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Saat ini saya sedang pusing tujuh keliling. Problem Kali ini bukan masalah sepele, namun mengenai harga diri dan kehormatan saya sebagai Presiden. Saya tidak mau dianggap plin-plan dan tidak gentle. Saya juga tidak mau dianggap menjilat lidah sendiri. Saya harus segera bertindak dan segera mengambil keputusan, meski saya tahu, semua keputusan yang kelak saya ambil mengandung resiko yang berat.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dulu, saat saya mendengar dari beberapa penasehat saya, agar memberikan grasi kepada Ola dan beberapa gembong narkotika berpasport asing. Ini saya lakukan, demi kebaikan bersama. Selain hubungan bilateral antara Negara kita dengan Negara para terpidana tersebut, juga demi menegakkan hak asasi manusia. Dengan pemberian grasi, saya berharap jika ada warga Negara saya yang apabila tersangkut hokum di Negara lain, juga akan diberikan pengampunan yang sama.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Meski pro dan kontra terhadap keputusan saya, pemberian grasi itu tetap saya lakukan. Namun Ola telah mencoreng kebaikan yang saya berikan dengan malu yang sangat. Bukannya berterimakasih dan mencoba memperbaiki dirinya, malah membuat saya murka. Saya menyesal telah memberikan pengampunan kepadanya.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Saya mempertimbangkan untuk mencabut grasi kepada yang bersangkutan. Dan pertimbangan untuk pencabutan itu sangat-sangat besar kemungkinannya saya lakukan. Karena Ola tidak menunjukkan itikad baik untuk berubah. Kasus ditangkapnya Nur Aisyah yang mengaku kurir Ola, membuat saya murka. Dia yang sekarang masih meringkuk dalam penjara, masih juga melakukan kejahatannya.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun, mencabut grasi tidak semudah mencabut rumput dari halaman. Belum juga saya mencabut secara resmi grasi terhadap Ola, para pakar dan juga masyarakat sudah mengecam saya. Seolah saya tidak gentle, plin-plan, tidak tegas sebagai seorang pemimpin. Selain itu, mereka semakin tertawa lebar karena merayakan kemenangannya yang berhasil membuktikan kesalahan saya dalam mengambil keputusan pemberian grasi tersebut.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Saya sangat malu saat ini, namun mengedepankan malu bukanlah hal yang harus saya kedepankan. Saya harus segera meminta maaf kepada rakyat Indonesia bahwa keputusan saya memberikan grasi kepada gembong narkotika kelas dunia telah salah. Dan saya akan mencabut grasi yang telah saya berikan kepada Ola. Saya rasa itu hal yang tepat. Meski banyak orang yang mengatakan bahwa saya plin-plan dan bahkan menciderai proses hokum di Negara ini.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Saya tahu, bahwa jika menaati secara konsekuen dan konsisten, maka langkah saya mencabut grasi adalah hal yang salah. Karena grasi yang telah saya berikan, tidak bisa dicabut lagi. Meski dalam tatanan hukum formal tidak ada larangan pencabutan grasi, pencabutan grasi yang saya lakukan dapat melanggar konvensi dan akan menimbulkan ketidakpastian hukum.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Banyak pendapat yang sebenarnya dapat saya pertimbangkan, salah satunya dari sahabat saya yang juga pakar hukum tata Negara, Jimly Asshiddiqie. Ia telah memberikan opininya agar saya tidak mencabut grasi saya. Yang harus saya lakukan adalah membuat kasus pidana baru dengan ancaman hukuman baru yang lebih berat lagi. Bahkan katanya, kalau perlu dengan pidana hukuman mati. Sepertinya, saya harus mendengarkan usulan dari sahabat saya itu, karena tak ada hal lain yang dapat saya lakukan. </span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Selain itu, saya juga akan segera meminta maaf kepada bangsa dan Negara ini karena kesalahan saya. Saya akan mengakui dengan setulus hati, bahwa saya melakukan kesalahan yang sangat fatal. Kasus ini, akan saya jadikan pelajaran ke depan, agar lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, termasuk pemberian grasi. </span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Saya tidak ingin dianggap orang gagal dalam memimpin negeri ini. Masih ada sedikit waktu buat saya untuk memperbaiki semuanya. Sebelum saya harus meninggalkan kursi yang kini saya duduki. Walaupun banyak pihak yang merasa tidak puas dan menganggap saya telah gagal, namun saya tidak akan marah. Karena mungkin itulah kemampuan saya, dan satu hal yang saya yakini, bahwa selama memimpin negeri ini, saya hanya ingin melakukan yang terbaik. Itu saja.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-55395071902781894712012-11-06T02:08:00.001-08:002012-11-06T02:31:00.165-08:00Karena Sakit Hati, Kami Dipersatukan<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Inilah alasan mengapa aku sangat membenci malam akhir-akhir ini. Malam kini berubah menjadi sesosok yang mengerikan untuk aku lalui. Namun kehadirannya tak pelak aku tolak. Ia selalu hadir dalam kehidupanku. Nanti akan aku ceritakan mengapa aku begitu takut malam kawan.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dalam hidupku, sebelum kejadian ini, tak ada yang aku takuti kecuali siksa Tuhan. Azab yang sering aku dengar dari guru ngaji ataupun cerita dari komik itu, selalu saja membuat aku ketakutan. Mungkin karena itulah yang membuat aku selalu tekun beribadah. Karena ketakutanku itulah, aku menjalani rutinitas spritualku sehari-hari.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Beranjak dewasa, aku mulai mengerti, bahwa hidup ini sebuah anugerah. Ketakutanku yang melandasi ibadah, berubah orientasi menjadi bentuk syukur. Syukur terhadap segala yang Ia berikan selama ini. Keluarga, sahabat, kesehatan, rizki dan segalanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Perlahan rasa takut akan siksa Tuhanku tergantikan. Mulai saat itu, tak ada lagi yang aku takuti. Hingga tiba saat ini. Dimana kegelapan dan keheningan malam membuat aku merinding. Ketakutan akut melanda saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">*****</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ku tatap mata itu, seperti ada sesuatu yang ingin terucap. Namun bulir air mata yang menetes menutup katup pita suara, sehingga tak terdengar sepatah katapun darinya. Aku hanya bisa terdiam, karena akupun tak tahu apa yang dapat aku perbuat. Aku bagai katak dalam tempurung, burung tanpa sayap, yang tak dapat berbuat apa-apa kecuali diam. Diam merenungi nasib yang terjadi saat ini.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Entah mengapa, saat ini hanya ada sepi. Canda tawa kami yang biasa kami lewati saat bersama hilang. Pandangan mataku tak dapat lepas dari jari manisnya. Seperti tak percaya saat sebuah cincin terselip di sana. Cincin itu bukan pemberianku, entah siapa yang berani memasangkan cincin itu di sana. Padahal aku tahu, hanya aku yang pantas untuk menyematkan di jari manisnya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Maafkan aku, aku tak dapat menolak semua ini” ujarnya lirih.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Nafasku tersengal, dadaku berdegup kencang, dan dunia ini terasa hampa. Aku bagai terbang melayang di sebuah dunia antah berantah. Kosong,,semua kosong.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ia menangis di pelukanku. Namun aku tak berdaya melakukan apa-apa. Semua mimpiku hancur, cita-citaku yang dulu kurajut bersamanya hilang. Tak ada yang dapat aku lakukan saat itu. </span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lama sekali tak ada suara, hingga entah apa yang membuat aku dapat mengatakan kata-kata itu,</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Sudahlah, semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Begitu juga orang tuamu. Kita mungkin belum ditakdirkan untuk berjodoh. “ kataku lirih.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Sekarang, cobalah untuk mencintainya, seperti kau mencintaiku” . itulah kata terakhirku padanya. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">******</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lama waktu berselang, dan mulai hari itu, aku menjadi limbung. Tak ada yang dapat aku lakukan kecuali meratapi kenyataan ini. Bahwa aku harus berpisah dari seseorang yang aku cinta selama lima tahun ini. Aku menyesal tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan dirinya dari kutukan Siti Nurbaya. Aku tahu ia tak mungkin bahagia dengan perjodohan itu. Dan aku ingin sekali membawa ia lari, lari meninggalkan semua ini dan menjalani hidup berdua seperti yang dulu kami impikan. Hingga semua pandangan itu berubah saat aku tahu, bahwa ia tidak dijodohkan melainkan atas kemauannya sendiri.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Kata siapa dia dijodohkan, dan kata siapa dia tak mengenal calon suaminya. Bohong!... mereka udah lama menjalin hubungan dik?” kata seorang teman.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Siapa yang tidak terkejut mendengar cerita itu, aku lunglai tak berdaya saat mendengar semua itu. Sontak saat itu pula aku memutuskan untuk mengakhiri semua ini. Menghapus semua harapan. Satu hal, orang yang selama ini aku cinta, ternyata telah berkhianat. Selain itu, ia mempermainkan aku dengan cerita bohong dan dibumbui dengan air mata buaya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Bangsaaaattttt!!! “ </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku tak habis pikir, setelah semua yang ku berikan kepadanya, sementara ini balasan yang ia berikan kepadaku. Aku mencintai sepenuh hati tanpa pamrih, namun ia menelantarkan diriku. Dan yang lebih parah lagi, ia selingkuh dibelakangku dengan orang lain yang kini akan menjadi suaminya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kemarahanku memuncak, aku hapus semua yang berkaitan dengannya. Semua kenangan yang pernah ada, aku bakar dengan penuh emosi. Tak ada yang tersisa. Setelah itu, ku blokir ia dari pertemanan jejaring sosialku. Lalu aku berjanji tak akan sudi menemuinya lagi. Aku kirim pesan kepadanya dengan bahasa kasar dan sadis. Kuungkapkan kemarahanku lewat pesan itu dan berharap dia tidak akan pernah muncul di hadapanku lagi.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sampai suatu saat, ia dating menemuiku seolah tak ada dosa. dalam hati bertanya, mengapa ia masih berani menemuiku? . Lalu aku tahu, bahwa ia tak menerima pesan dariku. Sedikitpun tak ada lagi empati kepadanya. Ku ajak ia makan, karena tak mungkin aku luapkan emosiku di depan teman-teman kantor. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tak ada sepatah katapun aku ucapkan, sementara dirinya asyik menceritakan kegiatan yang baru saja ia lalui. Aku hanya diam, sambil menyantap makanan di depanku dengan penuh emosi. Hingga mungkin ia menyadari keanehan yang ada pada diriku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Kamu kenapa?” Tanyanya mulai curiga.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku hanya bergeming. Ku kunyah nasi yang masih bergumul di mulutku. Ku telan dengan cepat. Aku tak merasakan manis, asin, ataupun rasa yang biasanya. Makanan ini tak berasa. Entah memang ia tak berasa atau memang pikiranku yang sedang tak berasa.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ku tatap mata itu penuh emosi. Darahku mendidih sampai ubun-ubun. Ia heran menatapku. Aku sudah bukan diriku lagi. Ku banting sendok di atas piring, sementara ia ketakutan melihat sikapku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Salahku apa?” kuawali ucapanku. </span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Apa yang telah aku perbuat sama kamu, hingga kamu tega membuat aku seperti ini?” bentakku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ia hanya terdiam. Kulihat ia sangat ketakutan. Namun aku sudah di luar kendali. Emosiku sudah teramat meledak. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Asal kamu tahu, saat ini yang ada di pikiranku. Aku ingin membunuhmu”. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ia semakin ketakutan dan tak menyangka aku mengeluarkan kata-kata itu. Kulihat air mata menetes dari matanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Usah kau menangis, karena aku tahu air mata itu, air mata buaya”. Bentak ku</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Tega sekali kamu mengatakan itu?” katanya sambil terisak</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Apa? Tega? Siapa yang lebih tega, kamu apa aku. Rasanya kamu adalah orang yang paling tega, kamu udah buat aku hancur. Terimakasih. Maaf aku tidak akan pernah memaafkanmu. Pergi dari hidupku. Jangan pernah muncul lagi di hadapanku.” Kataku sambil meninggalkannya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">***********</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lama sekali aku terpuruk. Semua terasa gelap. Masa depanku, hidupku, bahkan hari-hari yang kulalui seolah gelap. Tak ada keinginan, tak ada harapan. Aku benar-benar terpuruk.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Untung aku berada dalam lingkungan yang benar. Teman-temanku semua menghiburku, memberi motivasi untuk ku agar aku lekas bangkit. Namun aku belum bisa melakukannya. Bagiku aku benar-benar sudah habis.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Suatu malam, malam yang gelap dan sunyi. Seperti biasanya, aku tak juga dapat tidur. Emosiku meledak saat aku teringat kepadanya. Kepala terasa berat, sementara nafas tersengal-sengal. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Sampai seorang sahabat menelphonku malam itu. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Lagi apa bro?” Tanya Anto</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Bro, kesini, tolongin aku” ujarku masih dalam keadaan tersengal.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dia yang sudah tahu keadaanku langsung menutup telphon dan meluncur ke kosan. Sesampainya ku ajak ia pergi. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Mau kemana kita” tanyanya</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Aku ingin ke Pantai”</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Gila, ini sudah jam berapa?” tanyanya sambil menunjukkan jam. Kulihat jarum jam menunjukkan pukul 11.30 malam. Tapi ia tak mungkin menolak. Ia tahu keadaanku. Ia tahu semuanya, tentang masalah yang kini sedang menimpa hidupku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sesampainya di pantai, aku berjalan menyusuri pantai. Hingga terasa kakiku pegal. Kurebahkan tubuhku ke pasir, ku sulut sebatang rokok, lalu ku hirup rokok itu dalam. Ku tahan dalam dada hingga terasa sesak, lalu ku hempaskan sambil teriak.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Haaaaaaaaaaa………!!!” teriakanku membahana disambut deburan ombak pantai yang pelan. Tak ada jawaban disana. Hanya kesunyian yang kembali kurasa. Tak puas aku berteriak, ku jalankan kakiku, perlahan, cepat, kemudian aku berlari ke tengah lautan. Ombak yang dating menyambutku, dan aku terjatuh disana. Ku kuatkan untuk berdiri, dan berteriak sekencang-kencangnya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Kenapa? Kenapa semua ini kau berikan padakuuuuuuuuu!!! Kenapaaaaaaa???”</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ku dengar langkah kaki di belakangku. Ternyata Anto mengikutiku. Ia tarik tubuhku yang lunglai ke bibir pantai. Sambil lirih ia berkata,</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Sudahlah, percaya bahwa ini yang terbaik yang Ia berikan padamu” katanya</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Tidak, Tuhan tidak adil, ia jahat, mengapa Ia tega memperlakukan aku seperti ini?” kataku marah.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tak terasa tubuhku ia angkat, ia pegang kerahku dan menatap mataku tajam.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Kamu sadar dengan kata-katamu tadi?” katanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Ia memang kenapa, Tuhan itu tidak adil padaku” jawabku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tiba-tiba,</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">"Plak,,"</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebuah tamparan mendarat di pipi kananku, keras sekali hingga membuat tubuhku tersungkur ke pasir. Belum sempat aku berdiri, ia menindihku lalu memegang kerahku. Sebuah pukulan kembali mendarat di perutku, keras sekali.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku terbatuk, kurasa mual di perutku. Hingga rasanya ingin muntah.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Mana Andika yang dulu aku kenal, hah!?” katanya sambil memegang kerahku.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Andika yang selalu saja kuat menghadapi semua cobaan. Sampai kapan kamu menyiksa dirimu hanya karena wanita yang telah menyia-nyiakan hidupmu?” katanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku hanya diam, sambil meringis menahan sakit. Sesekali, terasa mual dan terbatuk.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Jangan pernah kau menyalahkan Tuhan. Ia tahu mana yang terbaik untukmu. Jika memang kalian harus berpisah, mungkin inilah jalan yang terbaik” katanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Setelah itu, aku tak mampu berbuat apa-apa. Tak terasa aku tersadar, bahwa Anto benar, selama ini aku terus menyiksa diriku sampai seperti ini. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Sudahlah, masih banyak waktu untuk menemukan kembali kebahagiaanmu. Bangkit, kau sudah tahu sakitnya terjatuh. Maka segeralah bangkit, obati lukamu, dan tatap masa depan yang ada di depan. Hidup itu terus berjalan kawan!” katanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hening, suara pasir berdesir diterpa tiupan angin malam pantai yang dingin. Ombak pun kembali bersahutan. Gemuruhnya mulai reda, seperti gemuruh kemarahanku yang juga mulai reda. Aku mulai sadar, bahwa aku harus bangkit. Dan malam itu, Anto telah membukakan pikiranku, kalau hidup itu tak akan berhenti. Hidup akan terus berjalan, dan aku harus mampu menjalaninya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku tersadar, meski dengan pukulan telak di tubuhku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">**********</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Setelah malam itu, aku mulai menemukan lagi semangat hidupku yang lama hilang. Ku jalani hari-hari dengan semangat. Kucoba tersenyum dan bahagia, meski kadang sakit jika teringat akan dirinya. Namun kucoba mencari kesibukan lain yang dapat melupakan semua pikiran tentangnya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun aku belum berani mencoba untuk membuka hati, dan mencari sesosok wanita untuk mendampingiku. Rasa sakit dan trauma sedikit menghantui. Walau ada teman yang mengatakan bahwa aku segera mencari wanita lain, jika ingin melupakannya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Masalah cinta, harus diselesaikan dengan cinta” kata seorang kawan</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Memang benar kata kawanku tersebut, namun aku belum berani untuk mencobanya. Aku takut, akan terjatuh kedalam lubang yang sama. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Berbulan-bulan kujalani hidup seorang diri. Tanpa seseorang yang aku jadikan tempat sandaran hati. Hampa mulai merangsak ke dalam sukma. Hingga timbul keinginan untuk mencoba mencari orang yang dapat mengisi kekosongan ini.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hidupku mulai indah, saat aku mengenal seorang gadis. Gadis itu tidak asing bagiku. Ia adalah seniorku waktu kuliah dulu. Kami satu organisasi. Aku mengenalnya, ia gadis yang cantik, cerdas dan berwibawa. Sering kami sms san sambil bertanya kabar. Ia tahu tentang semuanya. Ia tempat aku curhat. Seringkali ia memberikan motivasi untukku agar lekas bangkit.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tak terasa, ada hati yang berbicara saat aku chatting atau sms denganya. Namun ku kubur dalam-dalam. Aku takut mengungkapkannya, karena ia adalah orang yang sangat aku kagumi dan aku hormati dulu sebagai senior.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seiring berjalannya waktu, sering aku bercanda dengannya. Bersamanya aku dapat tersenyum. Ia tak tahu, jika selama ini aku mengaguminya. Biarlah aku saja yang tahu. Aku nyaman dengannya, dan tak ku pungkiri bahwa aku jatuh cinta padanya. Namun sekali lagi, aku tak berani mengungkapkan itu.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ku coba mencari jawab lewat bahasa sms dan chattingnya. Ternyata ia juga baru saja mengalami nasib yang sama. Ia baru ditingal pacarnya karena masalah selingkuh. Obrolan kami semakin nyambung saja. Kadang-kadang, diselingi dengan canda dan tawa. Obrolan kami hanya dapat dilakukan via dunia maya atau via Telephon. Karena ia sekarang bekerja di Bekasi.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Aku akan ke Semarang nih” katanya lewat pesan sms.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Ah yang benar, kapan mbak?” kataku memastikan.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Besok pas acara Out Bond” katanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Oh, dating? Ok dah, aku tunggu?” kataku kegirangan.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Memang minggu waktu itu, organisasi tempat kami berkecimpung dulu akan mengadakan Out bond. Ia sebagai senior tentu saja di undang untuk mengikuti acara tersebut.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sabtu pagi, pukul 8.30 ia memberi tahu bahwa sudah sampai Semarang. Betapa girang hatiku karena akan berjumpa dengannya. Namun aku mencoba sebisa mungkin menutupi perasaan itu. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Aku udah nyampe nih” katanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Sampai mana,? Semarang?” tanyaku.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Ia, “ jawabnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Selamat dating di Semarang, penuh kenagan” ledek ku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku berharap ia memintaku untuk menjemputnya. Namun ia tak melakukannya. Satu hal yang mungkin aku salah. Dalah hatiku, aku tahu bahwa ia juga suka padaku. Namun aku tak mau besar hati terlebih dahulu. Aku harus mencermatinya dengan seksama. Aku takut jika aku ke PD an, nanti malu sendiri. Dalam kamus percintaan ku, aku belum pernah di tolak cewek. Jika ini terjadi padanya, pasti akan merusak reputasiku sebagai pujangga cinta yang telah aku ukir bertahun-tahun lamanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sore menjelang, saat itu semua teman-teman organisasiku sudah siap di kampus. Aku di telpon oleh ketua panitia, untuk segera berangkat. Langsung aku menuju ke kampus. Sesampainya di depan gerbang, aku dipanggil oleh temanku. Mereka sedang asyik ngobrok di Koprasi Mahasiswa sambil minum dan makan makanan kecil. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun satu yang membuat aku berdesir, aku terkejut karena bersama mereka, duduk seorang wanita yang selalu mengganggu nyenanyaknya tidurku malam-malam ini. Aku hanya berusaha untuk menutupi perasaan itu, hingga seolah tak ada apa-apa. Ku salami ia dan ia tersenyum. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Ooohh tuhan,, indah sekali senyum itu”, bisikku dalam hati.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Cukup lama aku mengobrol dengan mereka. Kulihat ia sedikit salah tingkah juga di depanku. Begitupun aku, namun aku sebisa mungkin menyembunyikan semuanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Ikut Out bond kan mbak?” kataku.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Emm,,gimana yah, soalnya besok aku ada kondangan ke tempat temen”katanya,</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Kan acaranya besok, jadi malam ini ikut yah?” kataku.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Ga tau nih, kayaknya ga bisa” katanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Betapa aku kecewa waktu itu. Aku yang sudah merencanakan ingin mengungkapkan isi hatiku padanya waktu malam api unggun nanti, sirna karena ia ternyata tidak akan ikut ke acara kami. Aku kecewa, namun aku berusaha untuk tidak terlihat kecewa di depannya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mobil jemputan rombongan kami pun dating. Awalnya aku ingin berboncengan dengan teman, berharap dia juga mau boncengan sama aku. Tapi, karena semua tidak sesuai rencana, aku putuskan ikut mobil rombongan kami. Aku salami dia, dan berjalan menuju mobil dengan perasaan kecewa.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku ingin mengajaknya, membujuknya agar ikut. Namun karena ia seniorku, sepertinya aku tak pantas melakukannya. Untuk itulah aku hanya menelan rasa kecewa. Sesampainya di tempat kami out bond, aku tak bergairah mengikuti acara. Aku hanya duduk, sesekali memainkan gitar dan menghisap rokok sambil bernyanyi. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Malam dating, dinginnya puncak gunung mulai turun ke lembah tempat kami berkemah. Lalu kami menyalakan api unggun di depan tenda. Api menyala, dan hangat mulai terasa. Setelah acara pembukaan, kami ramah tamah. Ada pembacaan puisi malam itu. Semua di gilir untuk membacakan puisi waktu itu. Tiba giliranku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Akh, andai ia ada di sini, pasti aku ciptakan puisi terindah hanya untuknya. Setidaknya, agar ia tahu bahwa aku suka padanya. Namun ku urungkan, akhirnya aku karang saja puisi tentang kehidupan orang lain, puisi bertema social yang aku bacakan. Selesai membacakan puisi, gentian teman-teman yang lain yang membacakannya. Ku ambil gitar, sambil ku iringi puisi mereka dengan petikan gitar yang romantic. Tiba-tiba HP ku berbunyi, dan saat itulah senyum merekah di bibirku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku mau kesana, tunggu yah. Kata pesan singkat dalam sms yang aku terima. Namun pesan singkat itu seolah menjawab semua kegundahan hatiku. Semangatku kembali bergelora.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Akhirnya, sang bidadari pujaan hatiku dating juga. Bersama teman yang lain, ia dating memenuhi janjinya. Aku hanya diam, ku coba sambut dengan salaman. Dan aku teruskan mengiri pembacaan puisi teman-teman dengan petikan gitar yang mesra.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Malam terus bergelayut, dingin mulai menghancurkan tulang rusuk. Kami masuk ke dalam tenda dan acara ramah tamah dilanjutkan di sana. Ada sebuah permainan yang kami mainkan. Dan dari permainan itu, aku menemukan sesuatu, bahwa sebenarnya, ia juga ada rasa padaku. Terlihat saat ia salah mengikuti permainan itu. Terlihat ia gugup sekali. Dan kesempatan itu tidak aku sia-siakan, aku menjadi pemenang dalam permainan tersebut. Kulihat ia tersenyum tersipu.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kantuk mulai menghantui kami. Banyak teman-temanku yang sudah tertidur, namun aku dan beberapa orang yang lain memutuskan untuk begadang sambil bernyanyi bersuka cita. Ia ikut dalam rombongan kami. Banyak sekali lagu yang kami nyanyikan. Sesekali, canda tawa kami bergema mengusir sunyinya malam. Aku cukup bahagia, melihat tawa renyah dari seseorang yang aku kagumi. Dalam hati berkata</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Andai aku sanggup memilikinya” </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">*********</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Kamu tidak tidur mbak?” Kataku, ia menggeleng. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu kami duduk berdua, awalnya ada teman yang juga ngobrol dengan kami, namun karena mengantuk, teman itu tertidur. Tinggal aku dan dia. Kami banyak cerita tentang kehidupan kami, termasuk masalah percintaan yang sedang kami hadapi. Maklum, aku baru saja ditinggal kekasihku, sementara ia juga merasakan hal yang sama. Cintanya kandas di tengah jalan. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seperti setali tiga uang, mungkin peribahasa itu sangat pantas buat kami. Cerita kami nyambung, dan aku merasakan sekali saat itu, bahwa ia juga memiliki rasa yang sama seperti yang aku rasakan. Ia juga ingin mencari pengganti kekasihnya, seseorang yang dapat membuat ia bahagia, tertawa dan kembali merajut hidupnya yang telah berserakan. Dan mungkin, aku orang yang tepat.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku tidak sombong kawan, aku dapat melihat dari cara ia tertawa, cara ia menatap mata ini. Ada kata yang tak terucap. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Nyanyi lagi dong” katanya</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Mau lagu apa?” kataku</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Terserah kamu, yang penting asyik” pintanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Langsung ku petik senar gitar yang sedari tadi diam di pelukanku. Aku teringat sebuah lagu yang sangat cocok menggambarkan suasana hati kami. Denting demi denting ku mainkan. Lagu “Butiran Debu” milik Rumor aku nyanyikan. Kulihat ia tersenyum, dan ikut bernyanyi bersamaku. Banyak sekali lagu yang kami nyanyikan berdua. Ternyata suaranya juga sangat indah kawan. Aku hanyut dalam khayalan indah bersamanya. Semalam kami lalui berdua, dibawah nyanyian pohon pinus dan desiran dingin angin gunung Ungaran. Dan hati kami, berkobar bak api unggun di hadapan kami.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">********</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Malam berganti pagi. Persis semalam suntuk aku tidak memejamkan mata untuk menggapai indahnya mimpi. Ku ambil air wudhu kemudian ku tunaikan kewajibanku terhadap sang pencipta. Setelah itu, kami memutuskan untuk mendaki gunung, dan mandi di air terjun di atas sana.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Semua orang berangkat, sementara aku dan dia, dibelakangan. Kami bertiga dengan Munir, sahabatnya juga bersama kami. Sepanjang jalan, kami tertawa bersama, kadang juga bercanda. Ada cerita yang menurutku mengasyikkan, saat aku genggam tangannya. Kurasa, ada getar cinta yang mengalir dari tangannya. Aku semakin yakin jika dia juga memiliki rasa yang sama sepertiku. Ada cinta, namun tak terucap.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sepanjang perjalanan saat aku mengantarnya pulang, kami banyak bercerita. Tentang kisah-kisah percintaan kami masing-masing. Aku menceritakan pengalamanku, ia juga sama. Tiba-tiba ia menceritakan tentang seseorang yang menyukainya, namun tak menyatakan cinta kepadanya. Setelah ia punya pacar, orang tersebut marah dan merasa kecewa. Sebenarnya ia juga memiliki rasa cinta kepada orang tersebut, namun karena tak kunjung di nyatakan, akhirya ia memilih orang lain yang lebih siap dan berani berkata cinta.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Cewe itu butuh kepastian. Jujur saja jika memang suka, mungkin akan dipertimbangkan”, katanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sontak kata-kata itu bagaikan cambuk bagiku. Awalnya aku tak ingin mengatakan perasaan ini. Tapi kata-kata itu mengisyaratkan, bahwa inilah kesempatanku untuk menyatakan semuanya. Aku tahu bagaimana resiko yang akan aku hadapi, namun aku tetap mengatakannya, agar perasaan ini tidak selalu menggangguku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Oh gitu yah, emang kenapa cewe itu butuh kepastian?” tanyaku memancing.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Soalnya, cewe tidak suka digantung, jika suka sama suka, kenapa tidak” katanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Em,,gitu yah, aku boleh jujur ga?” tanyaku.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Jujur tentang apa?”</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Aku suka sama kamu, jujur aku ada rasa sama kamu. Aku merasa bahwa kamu orang yang selama ini aku cari.”kataku sambil bergetar.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Maaf kalo aku lancang, tapi aku sungguh suka sama kamu. Bolehkah aku mengisi harimu, menjadikan kamu bagian dari hidupku?” pintaku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ia hanya terdiam, sambil memukul-mukul punggungku. Cukup lama aku menanti jawaban itu.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Kamu lagi nggak becanda kan?” tanyanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pantas saja ia bertanya seperti itu. Karena waktu itu, tidak ada bunga, tidak ada music apalagi makan malam yang romantic. Aku mengungkapkan perasaan itu di atas motor, dimana aku mengantarnya pulang. Karena pikirku, kesempatan itu tidak akan pernah dating untuk kedua kalinya. Meskipun ia dating, mungkin dengan cara dan suasana yang berbeda. Aku tidak mau ambil resiko itu. Apapun kejadiannya, aku harus ungkapkan. Dan aku rasa, saat itu adalah waktu yang tepat.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Aku serius, aku benar-benar suka sama kamu, “ tegasku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ia diam sejenak, mungkin menguatkan diri untuk menjawab pertanyaanku.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Jujur, sebenernya aku juga suka sama kamu, tapi kamu tahu kan bagaimana cerita cintaku. Aku baru saja mengalami kegagalan cinta. Aku takut terulang lagi” katanya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Cukup lega juga perasaanku. Ternyata benar dugaanku, bahwa ia juga menyimpan perasaan yang sama. Ternyata ia juga suka padaku. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Ia aku tahu. Mungkin waktu ini tidak tepat. Aku tahu kamu baru saja sakit hati. Aku tidak mau berjanji, tapi aku akan berusaha untuk tidak menjadi sepertinya” ujarku meyakinkan.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Kamu tidak menjadikan aku pelarian semata kan?” tanyanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Untuk apa? Demi melupakannya?. Memang resiko orang habis patah hati, selalu saja dianggap mencari pelarian” kataku.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Emang salah yah jika aku ingin mencoba bangkit, dan mencari orang lain yang pantas mendampingiku, mengisi hari-hariku, dan menemukan kebahagiaan bersamanya?” aku kembali meyakinkannya.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ia hanya diam. Aku tahu banyak hal bergejolak dalam dirinya. Lalu sampailah kami di tempat tujuan dimana aku harus merelakannya pergi. Lalu ia berkata.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Aku belum bisa menjawabnya sekarang, maaf yah”ia berkata.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu aku tarik dia ke belakang, kemudian ku berbisik di telinganya,</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“ Jangan buat aku menunggu terlalu lama yah. Aku serius suka sama kamu. Aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik. Dan aku akan berusaha, untuk tidak membuatmu menangis, seperti kisah cintamu yang lalu”, kataku dengan yakin. Ia tak mampu berkata, hanya mengangguk pasrah.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu, ia pun pergi…….</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">*********</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">1 Ramadhan 1433 H /20 Juli 2012 adalah hari dimana dimulailah sebuah kisah tentang cintaku yang baru. Bersama seseorang yang aku sayangi. Bersamanya, aku mencoba untuk menyusun kembali serpihan hatiku yang berserakan. Hidupku semakin berwarna. Hari-hari selalu di liputi canda dan tawa.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ia yang telah mengajarkan aku tentang hidup. Ia juga mengajarkan aku tentang ikhlas. Ia tak ingin aku membencinya. Karenanya pula, aku mampu memaafkan kesalahan dari orang yang dulu aku cinta, namun berubah menjadi orang yang aku benci. Aku mampu memaafkan dan mendoakan agar ia bahagia bersama laki-laki pilihannya. Karena aku juga telah bahagia bersama seseorang yang kini aku cinta.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Meski jarak dan waktu memisahkan tubuh kami, namun hati ini telah menyatu. Di bawah panji-panji kerajaan cinta yang suci, ku lukis tentang kisah ini. Aku kini mulai berani mencoba merajut mimpi-mimpi indah masa depan yang telah hancur berserakan. Ia adalah bidadari yang Tuhan turunkan untuk menyembuhkan luka hatiku, dan menghadirkan senyum baginya. Begitu juga aku, yang Tuhan turunkan sebagai Pangeran untuk mengisi hari-harinya yang juga hamper musnah. Kami berdua sama, berawal dari sakit hati karena cinta, namun karenanya, kami dipersatukan. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dalam gumam kami bersyukur, tuhan telah persatukan kami dan mengizinkan kami merasakan keindahan cinta, meski setelah kami merasakan pahitnya cinta itu. Lalu kami sadar, dengan beberapa saduran bait puisi dari sang pujangga sejati, Kahlil Gibran.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<i style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?<br />Ketika kita menangis?<br />Ketika kita membayangkan?<br />Ini karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT…<br /><br />Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan..<br />Ada orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan…<br />Tapi ingatlah…<br />Melepaskan BUKAN akhir dari dunia..<br />Melainkan awal suatu kehidupan baru.<br /><br />Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis,<br />Mereka yang tersakiti,<br />Mereka yang telah mencari…<br />Dan mereka yang telah mencoba..<br />Karena MEREKALAH yang bisa menghargai<br />Betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka…<br /><br />Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu<br />mendapatkan keinginannya,<br />Melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh,<br />Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan.<br />kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri<br />dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada,<br /><br />Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus<br />berhenti mencintai seseorang,<br />bukan karena orang itu berhenti mencintai kita<br />melainkan karena kita menyadari bahwa<br />orang iu akan lebih berbahagia<br />apabila kita melepaskannya.<br /><br />Apabila cinta tidak bertemu<br />Bebaskan dirimu<br />Biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi<br />Kau mungkin menyadari<br />Bahwa kamu menemukan cinta dari kehilangannya….</i><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kami telah menangis, kami telah tersakiti, dan kami juga telah berusaha mencari dan juga bangkit. Hingga saat ini, kami telah benar-benar membuktikan bahwa kami telah menemukan cinta yang lain, yang lebih baik dari kehilangan mereka. Dan kini, kami hanya ingin merasakan kebahagiaan itu bersama. Itu sudah.</span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<i style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /><br />Semarang, 6 November 2012, refleksi kisah cintaku, bersama sang Putri Tidur.</i>Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-60995223765932105472012-10-31T23:33:00.003-07:002012-10-31T23:40:01.097-07:00Caraku Yang Salah Jika apa yang ku lakukan salah<br />
Maka katakana saja<br />
Usah kau takut<br />
Aku bukan binatang jalang<br />
Juga bukan orang yang anti kritik<br />
<br />
Aku sadar,<br />
Bahwa tak semua yang kulakukan itu benar<br />
Aku juga sadar, bahwa benar bagiku,<br />
Belum tentu benar adanya bagimu<br />
<br />
Aku bukan pujangga<br />
Juga bukan penyair<br />
Apalagi politisi<br />
<br />
Aku hanya insan tak berdaya<br />
Yang tak pandai mainkan kata<br />
Bukan seperti mereka<br />
Merayu penuh cinta<br />
Meski kadang tipuan belaka<br />
<br />
Namun,<br />
Satu hal yang ingin ku katakan<br />
Bahwa sebenarnya<br />
Semua yang kulakukan itu,<br />
Semata bentuk kasih sayangku<br />
<br />
Walau mungkin,<br />
Dalam mengungkapkannya<br />
Aku menempuh cara yang salah<br />
<br />
<br />
<br />
<br /><i>Bisikan Kalbu,Untukmu yang Jauh Disana, </i><br />
<i>Cendana, 1 November 2012</i><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-86055847797654547492012-10-31T23:28:00.001-07:002012-10-31T23:28:23.701-07:00MaafMaaf,,<br />Kata yang tak mampu ku ucap<br />Tak mampu ku gumam<br />Dan tak mampu ku lontarkan<br /><br />Sekeras apapun ku berusaha<br />Sekuat apapun,<br />Tetap tak bersua<br /><br />
Namun,<br />Jika kata itu mampu ku ucap<br />Dan bibir ikut bergumam<br />Serta mata sanggup memandang<br /><br />Ingin sekali kau tahu<br />Bahwa,,<br /><br />Dalam ucapku<br />Teriring gumam lirih<br />Serta tatapan mata yang sayu<br />Terlontar kata itu<br /><br />“Maaf, aku terlalu menyayangimu”<br /><br /><br /><br /> <i>Semarang, 1 November 2012, Dalam Gumam Lirih Penuh Kerinduan</i><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-19053536152965897602012-10-29T01:06:00.001-07:002012-10-29T01:43:50.283-07:00Narasi Kecil Melawan Lupa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-22ejBRqSK1M/UI43gEHFRbI/AAAAAAAAAMI/oIt8yIC1gr0/s1600/MELAWAN+LUPA.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/-22ejBRqSK1M/UI43gEHFRbI/AAAAAAAAAMI/oIt8yIC1gr0/s200/MELAWAN+LUPA.jpg" width="130" /></a></div>
Judul Buku : Melawan Lupa;Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali<br />Editor : Agung Wardana & Roberto Hutabarat<br />Tahun Cetak : 2012<br />Penerbit : Taman 65 Press<br />Tebal : 184 Halaman<br />Resentator : Kenthip Pujakesuma<br /><br /><br />Leganya Hatiku mendengarnya, karena kegelisahanku terjawab sudah..<br />Namun aku tidak peduli dengan sejarah kakekku yang mungkin beringas saat itu…<br />Aku berpikir kala itu hanya ada dua pilihan yang sangat dilematis<br />….Membunuh atau Dibunuh….<br />Mungkin saja kakekku memilih untuk membunuh<br />Namun, di akhir hayatnya justru dia yang harus mati terbunuh<br /><br />Penggalan puisi berjudul ??? karya Indra Kusuma ini adalah salah satu dari tulisan tentang kengerian gerakan G 30 S PKI yang terjadi di Bali. Tulisan tulisan itu tertuang dalam sebuah buku berjudul Melawan Lupa; Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali. Buku setebal 184 halaman terbitan Taman 65 Press ini merupakan salah satu dari sekian banyak buku yang mencoba menguak kembali peristiwa masa kelam masa lalu.<br /><br />Peristiwa G 30 S PKI adalah salah satu Peristiwa kelam yang saat ini hampir dilupakan oleh bangsa Indonesia. Bangsa ini memang dikenal sebagai bangsa pelupa, lupa atas dosa masa lalu, lupa atas kejadian penyimpangan masa lalu dan melupakan peristiwa kelam masa lalu.<br /><br /> Buku berjudul Melawan lupa, Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali ini memang mengupas secara mendetail tentang peristiwa G 30 S PKI yang terjadi 65 tahun silam. Didalamnya terdapat cerita-cerita tentang bagaimana keberingasan sejarah kelam bangsa Indonesia waktu itu. Beragam peristiwa diceritakan oleh anggota Komunitas Taman 65 Bali yang merupakan keluarga dari peristiwa Gestok tersebut. Tidak hanya keluarga korban saja, melainkan dari keluarga Tameng.<br /><br />Buku ini mencoba mengingatkan kembali kepada pembaca, untuk tidak menerima begitu saja pernyataan yang ditulis dalam buku sejarah yang beredar selama ini. Anggapan bahwa sejarah yang bergulir saat ini merupakan penipuan oleh pemerintah pada waktu itu. Saat itu tidak ada seorang pun berani menentangnya, karena mempertanyakan tragedy 65 saja sudah dianggap melecehkan “sejarah resmi” bikinan Negara. Bangsa ini digiring dalam sebuah ingatan yang mistis tentang kepalsuan tersebut dengan cara penataran P4, kurikulum sekolah, museum, dan film yang wajib ditonton oleh setiap warga Indonesia.<br /><br /> Tindakan pendiaman atau membuat orang lupa, menjadi tindakan sistematis yang dilakukan oleh penguasa waktu itu. Hal ini dimulai ketika para pelajar di sekolah diharuskan untuk menerima “asupan” dari penguasa akan sejarah yang berjalan di Indonesia. Upaya untuk meluruskan cara penulisan catatan atau sejarah inilah yang di giatkan oleh para penulis buku Menolak Lupa;. Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali. Misalnya tentang kekerasan atau pembantaian politik G30 S PKI. Sejarahnya hanya tersedia versi penguasa lengkap dengan versi pembenarannya. Perlu ada upaya untuk menggali, mengkaji dan menulis ulang perjalanan sejarah Negara, bangsa dan masyarakat negeri ini.<br /><br />Buku setebal 184 halaman ini cukup jelas menggambarkan sejarah versi komunitas taman 65 Bali. Meski buku ini tidaklah dapat mewakili kompleksitas sejarah kekerasan politik 1965-1966 dan melakukan simplifikasi atas dinamika taman 65 berserta nilai nilai yang hidup dalam berkomunitas. Namun penulis berusaha untuk menyajikan pemikiran dan refleksi atas hubungan personal mereka dengan sejarah. Untuk itulah, tulisan buku ini dapat dikatakan sebagai narasi kecil untuk membongkar sejarah yang saat ini sudah dianggap mapan. Harapannya bertujuan untuk membongkar narasi sejarah yang sepertinya dengan sengaja membungkam kebenaran sejarah untuk me-lupa-kan ingatan masyarakat tentang kekejaman waktu itu.Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-13887356175626533212012-10-24T00:46:00.004-07:002012-10-24T00:51:00.830-07:00Jalan Terjal Menuju Tanah SuciDia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.<br />
(Qs. al-Hajj/22:78)<br />
<br />
Ayat di atas sepertinya tidak berlaku saat ini. Di musim haji tahun 2012 ini, puluhan ribu umat Islam mengalami kesusahan dan kesempitan untuk menjalankan perintah agama, yakni berangkat ibadah Haji.<br />
<br />
Hartati (65), warga Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak ini masih saja mengenakan pakaian Hajinya, meski gagal berangkat ke tanah suci. Hartati adalah salah satu korban betapa bobroknya penyelenggaraan haji di Indonesia. Ia tidaklah sendirian, puluhan ribu calon jemaah haji juga mengalami nasib yang sama dengan Hartati. Tidak hanya gagal berangkat haji, ada juga diantara calon jemaah yang ditipu oleh biro-biro haji “nakal” dengan membawa lari uang mereka.<br />
<br />
Hartati masih saja termenung. Sesekali, air mata menetes berlinang membasahi bumi. Dalam dunia khayalnya, saat ini ia bersama ribuan orang yang lain, sedang khusyuk mengikuti segala ritual pelaksanaan Haji di Tanah suci. Tangannya sedang meraba dan mencium Hajar Aswad yang ada di dinding Ka’bah. Sementara matanya, memandang keagungan Tuhan dengan berbagai keindahan kota Makkah dan Madinah serta indahnya peninggalan para Nabi. Namun semua yang telah lama ia impikan itu sirna sudah ketika Hartati tersadar bahwa kenyatannya sekarang ia masih duduk di rumahnya.<br />
<br />
Malu dan sedih, mungkin itulah yang dirasakan oleh Hartati dan mereka yang mengalami nasib yang sama. Setelah sekian tahun menabung untuk keberangkatan ke Tanah Suci Mekah, setelah uang terkumpul, namun gagal berangkat. Penantian yang lama menjadi sia-sia. Dan yang paling menyedihkan lagi, uang yang mereka kumpulkan untuk berangkat Haji tersebut,ada juga yang raib dibawa kabur oleh biro haji yang nakal. Astaghfirullah, meminjam istilah Gus Mus, semua itu merupakan penderitaan yang benar-benar sempurna!.<br />
<br />
Belum rampung kekecewaan dan kesedihan yang dihadapi, mereka calon haji yang gagal berangkat tersebut juga harus menanggung malu. Malu pasti menghantui, setelah keberangkatannya ke tanah suci, sudah tersebar luas ke seluruh masyarakat penjuru kampung namun pada akhirnya tidak terealisasi. Ucapan miring dan cemoohan pasti akan keluar dari mulut tetangga yang kurang berempati terhadap mereka. Bias saja, mereka dijuluki Haji “gatot” kepanjangan dari Haji yang gagal total.<br />
<br />
Kasus demi kasus dalam pelaksanaan ibadah Haji Indonesia terjadi setiap tahun. Beragam kasus selalu saja muncul di permukaan sesaat atau sebelum ibadah tahunan itu dilaksanakan. Mulai dari kasus penipuan oleh biro travel Haji, penundaan keberangkatan, hingga sarana dan prasarana yang belum memuaskan menjadi PR bagi pemerintah.<br />
<br />
Buruknya penanganan kebijakan dan manajemen Haji di Indonesia membuat ribuan orang harus menghapus mimpi menuju tanah suci. Tak jarang dari mereka menjadi stress dan gila karena sudah habis semua barang berharga dijual untuk dana keberangkatan ibadah haji.<br />
<br />
Sepertinya, pihak Kementerian Agama yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan haji di Indonesia, belum juga belajar dari berbagai masalah yang selalu dihadapi. Karena setiap tahun, masalah yang muncul hamper sebagian besar sama dengan pelaksanaan haji di tahun yang sudah lalu. Jika mereka mau membuka hati, pasti kejadian serupa tak akan terulang lagi.<br />
<br />
Semoga Kementerian Agama terutama Dirjen Haji dan Umrah mau berbenah dan segera menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Penindakan yang tegas terhadap Biro Haji yang tidak <i>amanah </i>harus segera dilakukan. Diberlakukannya sejenis akreditasi kepada Biro Haji adalah hal mutlak untuk meminimalisir penipuan berkedok haji. Selain tindakan eksternal, Dirjen Haji dan Umrah juga harus melakukan pembenahan internal instansi, untuk menghapus praktik korupsi yang sudah berkembang pesat di sana.<br />
<br />
Jika hal ini tidak segera dilakukan, maka setiap tahun Instansi ini akan menjadi sorotan dan cemooh banyak orang. Indikasi korupsi yang terjadi sekarang, sudah cukup membuat malu dan gerah umat Islam di Indonesia. Bagaimana tidak, mereka yang ada di Dirjen Haji dan Umrah memiliki embel-embel haji di depan namanya, namun menipu calon haji. Hal yang ironis dan sepertinya sudah terbiasa terjadi di Negara gagal ini. Subhanallah, semoga mereka segera diberikan kesadaran. Amin.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-56962127517254721392012-10-08T00:50:00.001-07:002012-10-08T01:02:59.684-07:00Permataku<br />
Tak pernah kubayangkan memiliki permata seindah dirimu<br />
Cahya yang terpancar dari rona wajah manismu<br />
Buatku melayang<br />
<br />
Dua hari terindah yang kulalui kemarin,<br />
Tak 'kan bermakna tanpamu<br />
Mereka hanya menjadi hari yang biasa aku lalui<br />
Dalam kesendirian yang membosankan<br />
<br />
Kau warnai setiap lekuk hidup yang kujalani<br />
Hingga buatku tertawa<br />
Meski hanya dua hari <br />
<br />
Permataku<br />
Setelah pertemuan itu, <br />
Salahkah jika kini aku semakin mencintaimu<br />
Dan berharap untuk selalu bersamamu?<br />
<br />
Permataku<br />
Aku hanya yakin, kau 'kan selalu disampingku<br />
Saat dunia ini berantakan<br />
Dan kelak, <br />
Kau pun akan selalu di sisiku<br />
Saat dunia memulai kehidupannya kembali <br />
Membimbing dan memapahku menuju sebuah kebahagiaan<br />
<br />
Permataku,<br />
Tetaplah kau menjadi permata indah yang kumiliki<br />
Meski aku hanya sebongkah kerikil tak berarti <br />
<br />
*<i>Semarang, 6-7 Oktober 2012, bersama sang Putri Tidur. </i><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-65885704246557794092012-09-25T22:21:00.000-07:002012-09-25T22:35:08.858-07:00Mengurai Benang Kusut Generasi Tawur Indonesia<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dunia pendidikan kembali dirundung awan kelabu, setelah terjadi tawuran antara siswa SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta di kawasan Bulungan - tak jauh dari Blok M Plaza - pada Senin (24/9/2012). Tak hanya tawuran biasa, kali ini, kembali satu nyawa terbuang sia-sia. Adalah Alawy Yusianto Putra, siswa SMA 6 kelas X berusia 15 tahun, tewas akibat terkena sabetan celurit di dadanya.<br /><br />Peristiwa ini bukanlah pertama terjadi di kedua SMAN yang notabene adalah SMA favorit di wilayah Jakarta Selatan itu. Sudah berkali-kali, tawur antar kedua Sekolah Menengah Atas tersebut terjadi. Sampai-sampai, mantan Kapolrestro Jakarta Selatan, Kombes Imam Sugiyanto menyebut jalur antara SMAN 70 dan SMA 6 di Jalan Mahakam, Kebayoran Baru itu sebagai “Jalur Gaza”. <br /><br />Jalur yang identik dengan wilayah rawan konflik Palestina-Israel di Timur Tengah ini menurut Sugiyanto cocok untuk merepresentasikan bagaimana para siswa tersebut beradu adrenalin. Tentunya kita tidak perlu bangga dengan julukan tersebut. Karena prestasi tersebut bukanlah hal yang patut dibanggakan.<br /><br />Tawuran sekelompok massa dengan pelaku manusia-manusia Indonesia sepertinya bisa dikatakan sudah menjadi budaya. Jika dihitung, sudah berapa korban yang menjadi tumbal dari tawuran tersebut. Tidak hanya kalangan remaja (Siswa dan Mahasiswa), masyarakat dan juga kelompok elit pun sepertinya terjangkit syindrom akut tentang budaya rimba ini.<br /><br />Tentu diantara pelaku tersebut memiliki tujuan dan latar belakang yang berbeda-beda. Secara sosio-psikologis masa remaja merupakan masa pencarian jati diri sekaligus eksistensinya ingin diakui. Namun sayangnya apa yang mereka persepsikan eksistensi tersebut tidak selamanya bukan merupakan hal-hal yang positif. Sebaliknya justru hal-hal yang negative contoh tawuran yang dilakukan, karena hal yang semacam itu lebih mudah untuk mendapatkan perhatian.<br /><br />Sementara tawuran yang terjadi di kalangan elit politik, seringkali dilatarbelakangi oleh kepentingan yang menyangkut harga diri. Jika harga diri mereka terusik, maka tawuran adalah solusi untuk menyelesaikannya. Bukan tawuran secara fisik yang dilakukan, melainkan perang-perang kata, perang kebijakan, saling menjatuhkan dan sebagainya.<br /><br /><b>Tanggung jawab bersama</b><br /> Nasi telah menjadi bubur, nyawa telah hilang dari raga. Namun apakah kita akan diam saja dan membiarkan nyawa generasi penerus kita yang lain melayang?. Tentu saja tidak. Cukup sudah!. Semua pihak harus duduk bersama mencari solusi secepat mungkin. Bukan lagi mencari siapa yang bersalah, karena sampai kapanpun tidak akan selesai dengan upaya pengkambinghitaman dari kejadian ini.<br /><br />Banyak kalangan yang menilai bahwa pihak sekolah yang patut disalahkan, karena tidak mengemban tugas dengan baik. Tentu tuduhan itu tak beralasan. Kadarwati, kepala sekolah SMAN 6 saat diwawancarai salah satu televisi swasta mengatakan bahwa pihak sekolah telah mengeluarkan kemampuan semaksimal mungkin untuk menekan perilaku negative dari siswanya. Bahkan, Kadarwati telah mengeluarkan atau men drop out puluhan siswanya yang telah melakukan pelanggaran berat. Selain itu, puluhan orang tua siswa juga telah mendapat surat teguran dari sekolah terkait kelakuan anak-anaknya.<br /><br />Tidak hanya sekolah yang bertanggung jawab atas kejadian tragis ini, melainkan seluruh komponen pendidikan. Komponen tersebut meliputi siswa, keluarga, masyarakat, sekolah dan juga pemerintah. Keseluruhan komponen tersebut memiliki andil dalam membentuk karakter siswa. Apabila salah satu komponen tersebut tidak berjalan dengan baik, maka akan terjadi ketimpangan yang menyebabkan terjadinya konflik-konflik serupa.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br />Banyak solusi yang ditawarkan oleh para pakar pendidikan kita. Namun sebagai orang yang dahulu pernah mengalami kerasnya kehidupan tawuran, maka penulis menawarkan tiga buah solusi. Pertama penegakan hukum yang represif, kedua mengedepankan dialog dengan upaya pendekatan secara psikologis, dan terakhir dengan pemberian fasilitas untuk mereka berekspresi.<br /><br />Pertama, pemerintah melalui lembaga hukumnya memiliki peran penting dalam menuntaskan kasus tawuran antar siswa ini. Masih adanya tawuran yang terjadi selama ini, dinilai karena hukum belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Banyak pelaku kriminal dari kalangan siswa dalam tragedi tawuran masih berlindung aman di bawah ketiak orang tua mereka. Hukum dirasa lemah dalam pemberian punishment kepada pelaku tawuran. Berkedok perlindungan anak, hukum dengan mudah melepas para pelaku kekerasan dalam dunia pendidikan tersebut.<br /><br />Padahal, jika kita mengingat perkataan Jeremy Bentham (1748-1832), seorang ahli filsafat hukum yang hidup semasa Revolusi Amerika Serikat dan Revolusi Prancis, bahwa hukum memiliki manfaat yang besar dalam menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat. Hukum juga memiliki cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan konflik tersebut sehingga mampu menciptakan kebahagiaan terbesar kepada sebanyak mungkin orang (the greatest happinest for the greatest numbers).<br /><br />Pemberian hukuman yang setimpal memungkinkan akan menimbulkan efek jera, baik kepada pelaku maupun siswa lain yang rentan melakukan tawuran. Rasa takut pasti akan menghantui, sehingga mereka pasti akan berpikir dua kali untuk ikut beradu otot di jalanan. Mereka pasti tidak mau menjadi seperti teman mereka yang di drop out dari sekolah dan meringkuk di dalam sel tahanan.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br />Selain tindakan hukum yang represif di atas, langkah kedua yakni upaya pendekatan secara psikologis juga sangat perlu dilakukan. Mengedepankan aspek berdialog kepada mereka adalah hal mutlak untuk mengetahui apa akar permasalahan dari siswa. Baik keluarga, sekolah, masyarakat dan juga pemerintah dirasa kurang mau mendengar apa yang menjadi permasalahan di antara mereka. Yang sering terjadi, vonis tak diinginkan dilayangkan kepada mereka secara langsung, tanpa mau mendengar apa alasan mereka berperilaku seperti itu.<br /><br />Ketiga, Memberikan fasilitas yang memadai bagi generasi muda itu untuk mengekspresikan dirinya, tentu dengan pengawasan dari berbagai pihak. Tidak menutup kemungkinan, tindak tawuran juga diakibatkan kuranya fasilitas yang memadai bagi mereka untuk berekspresi. <br /><br />Tiga pendekatan di atas, harus segera dilakukan untuk mengurai permasalahan yang terjadi, sehingga dapat menekan angka tawuran di Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa, tidak sepantasnya mereka brutal dan mengedepankan otot dibanding otak. Sudah bukan saatnya lagi kita bangga dengan hal-hal yang negative. Belajar dengan rajin dan melakukan segala hal yang bermanfaat adalah tugas dan tanggungjawab mereka sebagai siswa, generasi penerus bangsa. Karena dipundak mereka, tersemat sebuah harapan akan masa depan bangsa. <br /><br />Mari kita berusaha untuk menjadi generasi yang berkualitas, karena generasi tersebut, adalah aset bagi bangsa ini di masa yang akan datang. Rubah Hartanas (Hari Tawur Nasional) dengan Harpenas (Hari Prestasi Nasional). Busungkan dadamu, tatap masa depan dengan segudang prestasi yang membanggakan, bukan bangga disebut sebagai generasi tawur. Karena generasi tawur, atau apapun namanya, kalah menang akan jadi abu.<br /><br /></span></div>
Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-64947021802927235922012-09-12T20:53:00.002-07:002012-09-12T21:04:32.310-07:00Pemimpin, Berhati-Hatilah Dalam Berbicara!<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Beberapa waktu lalu, tepatnya pada minggu malam (9/9), dunia kesenian digemparkan oleh pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo. Dalam sambutannya pada acara The 14th Merapi And Borobudur Senior’s Amateur Golf Tournament Competing The Hamengku Buwono X Cup, Bibit menyatakan bahwa kesenian Jaran Kepang (kuda lumping) adalah kesenian terjelek di dunia. “ Kesenian Jaran Kepang adalah kesenian terjelek di dunia, Walikota Magelang sungguh memalukan, menampilkan kesenian tersebut untuk acara seperti ini” katanya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pada acara yang digelar di Borobudur International golf and Country Club tersebut, dihadiri oleh beberapa pejabat penting. Bukan hanya dari pejabat dalam negeri seperti Gamawan Fauzi dan pejabat penting lainnya, melainkan dari perwakilan Negara-negara lain. Pada kesempatan tersebut, kesenian Jaran Kepang dari sanggar Kartika Harapan mendapat kesempatan tampil memberikan hiburan kepada pengunjung acara tersebut.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun bukan tepuk tangan dan pujian yang didapat, melainkan “kopi pahit” dari Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. Dalam sambutannya, ia menilai bahwa kesenian Kuda Kepang adalah kesenian terjelek sedunia. Dan Walikota Magelang dikatakannya memalukan karena menampilkan kesenian ini. Sontak pernyataan Bibit membuat geram berbagai pegiat kesenian, terutama kesenian Kuda Kepang. Berbagai anggapan pun dilontarkan kepada sang Gubernur. Pagi harinya, sebagian besar media cetak di Jawa Tengah memberitakan kejadian penuh kontroversi tersebut.</span></span><br />
<br />
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kurang Arif</span></span></b><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Meskipun pada acara Gerakan Nasional Indonesia Membaca pada Senin (10/9) di Semarang, Bibit mengklarifikasi pernyataannya. Bahwa yang dia maksud bukan kesenian Kuda Kepang secara keseluruhan, melainkan khusus kepada sanggar Kartika Harapan yang malam itu tampil. Menurut Bibit, masih banyak kesenian Kuda Kepang yang lebih bagus di Jawa Tengah dari Kartika Harapan yang dinilainya buruk saat tampil waktu itu. “Masa Peralatannya di ikat pakai Rafia begitu?” katanya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Selain itu, Bibit juga mengatakan bahwa pada kesempatan seperti itu, harus ditampilkan kesenian khas Jawa Tengah dengan sebagus dan semaksimal mungkin. Mengingat Jawa Tengah sedang gencar-gencarnya mempromosikan Visit Jawa Tengah 2013, dan salah satu yang dibanggakan dari Jawa Tengah adalah seni budayanya, sehingga harus digarap secara lebih serius.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Meskipun begitu, nasi telah menjadi bubur. Pernyataan Bibit Waktu itu telah melukai hati para pegiat seni. Hasilnya, para pegiat seni Kuda Kepang dari berbagi daerah melakukan aksi simpatik dengan cara turun ke Jalan. Seperti yang dilakukan oleh Pegiat seni yang tergabung Komunitas 'Ebeg' (kuda kepang) Banyumas, mereka melakukan aksi protes terhadap pernyataan Bibit di Alun-Alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Selain Ebeg Banyumas, kemarin (12/9) Kelompok Jathilan Rukun Agawe Santoso (RAS) Krido Turonggo dari Magelang juga melakukan aksi simpatik di depan kantor Gubernur Jateng di Semarang. Aksi itu diikuti oleh sekitar 50 orang berpakaian lengkap pemain Kuda Kepang. Inti dari aksi tersebut menuntut Bibit meminta maaf kepada masyarakat terutama pegiat kesenian Kuda Kepang atas pernyataannya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai seorang pemimpin, rasanya kurang arif jika Bibit mengluarkan pernyataan seperti itu. Apalagi hal itu dilakukan di depan umum. Jika memang kesenian Kuda Kepang yang ditampilkan oleh Kartika Harapan kurang bagus, tetap harus diberikan apresiasi. Karena mereka telah menguri-uri (menjaga) kesenian yang sangat berharga ini sampai sekarang. Jika memang ada yang perlu di perbaiki, maka dibicarakan di belakang layar. Dengan mendatangi mereka dan memberikan motivasi agar kelak lebih baik lagi. Hal itu pasti akan diterima oleh mereka, dan mereka juga merasa diperhatikan dan diayomi oleh pemimpinnya. Pasti mereka akan segera berbenah memperbaiki kesalahan tersebut.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun, jika hal itu dilakukan di depan umum, seperti yang telah dilakukan, pasti malu dan marah yang dirasakan oleh mereka para pegiat seni. Mereka yang telah susah payah menjaga kesenian agar tetap lestari, menjadi kecil hati dan merasa tidak dihargai. Akibatnya, mereka akan meninggalkan kesenian itu. Akhirnya, hanya ada dua pilihan yang akan terjadi pada kesenian Indonesia, jika tidak mati, ya di klaim oleh bangsa lain seperti yang sudah-sudah.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Untuk itulah, mari kita mencoba mengambil hikmah dari kejadian ini. Sebagai pemimpin, selayaknya kita memberikan apresiasi kepada mereka para seniman dan pegiat seni, karena telah menjaga kelestarian budaya Indonesia. Bentuk perhatian tersebut tidak hanya berupa ucapan terima kasih tanpa langkah kongkret, melainkan juga pemenuhan akan fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh mereka. Apabila diperhatikan dengan serius, maka kesenian Indonesia akan menjadi kesenian yang sangat agung dan indah.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Semoga, ini menjadi pernyataan terakhir yang keluar dari para pemimpin kita. Bagaimanapun dan sampaikapanpun, kesenian tradisional Indonesia adalah kesenian terbaik sedunia. Dan kita mesti bangga dengan kesenian itu. Dan dengan rasa bangga, pasti dengan sendirinya, kita akan melestarikan kesenian bangsa ini sampai anak cucu. Kalau bukan kita yang bangga, siapa lagi?, kalau bukan sekarang melestarikannya, kapan lagi?</span></span>Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-81261722473503437312012-09-08T11:04:00.003-07:002012-09-08T11:06:22.271-07:00Berjenis Kelamin Apakah Otak Kita?<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Ketika membaca Majalah Tempo edisi 18 Mei 2003, saya menemukan
sebuah artikel tentang Ilmu dan Kesehatan. Artikel berjudul “Menguji Jenis
Kelamin Otak” ini cukup membuat saya tertarik untuk mengupasnya kembali. Dan saya
rasa, artikel tersebut cukup bermanfaat bagi kita yang selama ini terpenjara
oleh fisik bernama laki-laki dan perempuan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Adalah Simon Baron Cohen, seorang Professor dari Universitas
Cambridge, Inggris ini menyebutkan bahwa sebenarnya otak manusia itu memiliki “jenis
kelamin”. Tidak hanya fisik manusia yang memiliki jenis kelamin, Cohen
menyebutkan bahwa otak manusia juga memiliki “jenis kelamin”. Ia membagi jenis
kelamin otak manusia menjadi tiga bagian, yakni laki-laki, perempuan dan seimbang.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Otak dikatakan berjenis kelamin laki-laki memiliki kecenderungan
sifat mengerti dan membangun system (<i>systemizing</i>, disimbolkan dengan
huruf S). Sedangkan pada otak berjenis kelamin perempuan, sifat empatik dan
pengertian (<i>empathizing</i>, oleh Cohen disimbolkan dengan huruf E) justru
akan lebih dominan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Selain kedua jenis kelamin otak di atas, Cohen juga beranggapan
bahwa akan ada kemungkinan terjadinya keseimbangan antara S dan E pada otak
manusia. Kemudian oleh Cohen menyebut jenis ini dengan jenis kelamin seimbang (<i>balanced</i>,
disimbolkan dengan huruf B). Dan untuk otak berjenis kelamin B ini, Cohen
mewanti-wanti bahwa jangan pernah berharap tipe otak ini akan menghasilkan
manusia-manusia banci.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Untuk membuat asumsi dari kebenaran terorinya tersebut, Cohen
mencontohkan kepada sosok bernama Margareth Thatcher, salah satu tokoh
perempuan perkasa di dunia. Wanita berjuluk <i>Iron</i> <i>Lady</i> ini, adalah
seorang Perdana Menteri Inggris era 1979-1990. Dunia pasti masih teringat
tentang bagaimana wanita bertangan besi ini memutuskan untuk berperang melawan
Argentina hanya karena pertikaian soal Kepulauan Falkland. Dengan gagah berani, ia mengirimkan puluhan
ribu bala tentara untuk menghajar pasukan Argentina yang telah merebut Pulau
Falkland selama sepuluh hari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Hal inilah yang kemudian oleh Cohen dikatakan bahwa otak Thatcher
berjenis kelamin laki-laki. Sikap dan tindakan Margareth Thatcher inilah yang
menyimbolkan bahwa jenis otaknya memiliki unsure dengan kekuatannya yang
mengerti dan membangun system yang disimbolkan dengan S, yakni otak berjenis kelamin laki-laki.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Selama lebih dari sepuluh tahun lamanya, Cohen melakukan riset
tentang penelitiannya ini. Untuk mengetahui jenis kelamin otak seseorang, Cohen
menciptakan sebuah alat uji psikologis berupa E-<i>test</i> dan S-<i>test</i>.
Masing-masing alat uji ini berisi 60 pertanyaan yang memiliki jawaban tertutup.
Jawaban tertutup merupakan jawaban yang hanya berisi jawaban sangat setuju,
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan
pada soal penelitian E-<i>test</i> dan S-<i>test</i> ini tidak jauh beda dengan
pertanyaan psikologi yang telah masyarakat kenal saat ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Pertanyaanya pun sama, misalnya “Saya sangat menikmati saat bersama
orang lain”, atau “ Saya tidak pernah melanggar hukum”, dan “Saya selalu
menangis saat melihat sinetron sedih”. Hasil dari tes yang dilakukan oleh Cohen
ini, akan menentukan seberapa dominan tingkat jenis kelamin otak manusia,
apakah E atau S yang lebih dominan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Dan hasil yang mengejutkan yang merupakan harapan dari kerja keras
Cohen adalah, dari 320 mahasiswa di Universitas Cambridge yang dijadikannya
objek penelitian, menunjukkan bahwa “Tidak ada hubungannya antara jenis kelamin
fisik manusia dengan jenis kelamin otaknya”.
Jadi, bisa jadi orang laki-laki yang dengan badan gagah, kekar, namun memiliki jenis kelamin
otak perempuan. Sementara orang wanita,
memiliki jenis kelamin otak Laki-laki. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Dari puluhan tahun penelitian yang telah Cohen lakukan,
kesimpulannya sangatlah sederhana namun sangat berguna terutama bagi kita
sendiri dan juga anak-anak kita. Diakhir penelitian ini, Cohen hanya ingin
mengatakan kepada manusia, agar memahami diri sendiri dan segala potensi yang
ada pada dirinya. Hal ini berkaitan erat dalam upaya untuk menentukan profesi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Kadang sebagai orang tua, banyak yang menilai profesi anak-anaknya
hanya dari jenis kelamin fisik saja. jika perempuan, maka menjadi bidan, atau
profesi yang menurut masyarakat layak disandangkan pada perempuan. Sementara laki-laki,
ditujukan kepada pekerjaan yang bersifat macho, keras dan memiliki penuh tantangan. Padahal,
menurut teori Cohen ini, kita tidak dapat menentukan akan jadi apa kita atau
anak kita, jika hanya melihat dari apa
jenis kelamin fisiknya saja. karena sekali lagi, tidak ada kaitannya antara
jenis kelamin fisik dan jenis kelamin otak manusia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Untuk itulah, mari kita mencoba menimang dan mencari siapa jati
diri kita. Dengan mengenali diri sendiri, maka kita tidak akan salah dalam
menentukan apa profesi yang tepat bagi kita. Karena bagi Cohen “Tak ada yang
lebih penting di dunia ini, ketimbang mengenal diri sendiri.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Sumber, Tempo 18 Mei 2003 hal.93<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-48577188519617655692012-09-08T02:05:00.000-07:002012-09-08T02:13:54.895-07:00Doa Penghuni Taman Cinta<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Burung pun tak
berkicau pagi ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Daun- daun kering
berjuntai jatuh bersama terpaan angin sepoi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Sementara
rumput-rumput taman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Enggan menerimanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Kumbang tak lagi
kulihat cerianya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Pun dengan
kupu-kupu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Elok lemah gemulai
sayapnya sirna<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Semua bersedih
mendengar kabar dirimu kasih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Sumbang kudengar
burung berkicau,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Sedih kulihat kupu
dan kumbang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Apalagi diriku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Lekaslah sembuh Putri,
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Bawa kembali
keceriaan taman ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Bersama angin
kusampaikan doa ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Doa dari kami yang
mencintaimu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">Para penghuni Taman
Cinta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: minor-bidi; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-bidi;">*Gumam dalam harap,
untuk Putri Tidurku, dalam Pelukan LPM Missi, kutuliskan doa ini 08/09/12<o:p></o:p></span></div>
Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173105282563967592.post-47754755917550105512012-09-02T05:27:00.001-07:002012-09-02T05:42:33.412-07:00Jangan Tanya Kenapa, Karena Ini Cinta !<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Engkau mungkin tak percaya jika ia adalah bidadari. Atau bahkan kau menanggapku gila? Terserah kalian. Disadari atau tidak, kalian semua telah diracuni oleh virus bernama positivism, karena memandang semua dari hal yang dapat diterima akal saja. Ini cinta kawan, tak mungkin dapat kau telusuri jejaknya, karena inilah cinta. </span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Apakah kalian percaya terhadap apa yang dikatakan Plato, Jhon Locke dan para pemikir lain yang hanya mempercayai akal semata?. Sumpah kawan, berhentilah mengagungkan akal kalian. Saat kalian bertemu dengan cinta, pasti akal kalian tak akan dapat menerimanya.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Ada orang yang nekat mengakhiri hidupnya karena cinta. Ada orang yang menjadi gila karena cinta. Orang menjadi alim karena cinta. Dan bahkan ada orang yang hidup kembali dari kematian karena cinta.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Apakah semua itu dapat diterima oleh akal?. Bagaimana orang yang bunuh diri karena cintanya tak terbalas. Padahal, ia dapat mencari cinta yang lain. Dan anehnya, hidupnya juga enak, tapi kenapa mereka memilih mati. Aokigahara, salah satu tempat di Jepang yang dikenal sebagai surganya para orang putus asa itu, sudah menceritakan padaku tentang betapa banyak nyawa yang melayang hanya karena cinta.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Masih belum percaya juga kau? Baiklah, terserah kalian sajalah. Mungkin waktu yang akan membuat kalian sadar jika cinta itu tak semudah apa yang dipikirkan orang. Ia kompleks, menyangkut banyak hal yang menjadi satu.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Hanya orang yang memiliki cinta, yang dapat memandang semua menjadi indah. Tak peduli segersang apapun tempat yang ia pandang, tetap saja indah. Lihat saja visualnya saat Ikal memandang kuku indah A Ling dalam film Laskar Pelangi. Toko kelontong bobrok milik A Miauw itu berubah menjadi taman bunga, dimana bunga-bunga indah bejatuhan dengan indanya. Itulah gambaran cinta kawan. Dapat kau logika darimana asal bunga-bunga itu?.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Itulah yang saat ini kurasakan, sebuah perasaan aneh tak karuan. Kadang marah, benci, rindu, semua bergejolak dalam jiwa. Dan kesemuanya itu tak dapat kulukiskan dalam kanvas dan kutulis dalam kertas. Semua hanya bisa kurasakan. Jujur saja, aku sendiri bingung dengan apa yang kurasakan saat ini.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Semua karena cinta, begitulah kata Joy Tobing berbicara. Dalam liriknya, ia mengungkapkan betapa hebat dan indahnya cinta itu. Cinta adalah segalanya, yang membuat semua makhluk tetap ada sampai saat ini. Katanya,</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /><i>“Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini, <br />Bukan karna kuat dan hebatku<br />Semua karena cinta, semua karena cinta...<br />Tak mampu diriku dapat berdiri tegar, terima kasih cinta."</i></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> </i><br />Yah,,,semua karena cinta. Adanya alam ini, karena cinta dari Sang Pencipta. Tanpa cinta kita tak mungkin ada. Alam dan seisinya tak akan ada tanpa cinta Tuhan. Kita juga tak akan ada tanpa cinta darinya. Selain itu, cinta antar sesama juga yang membuat kita tetap ada sampai saat ini. Tanpa cinta, kita pasti akan musnah, entah karena pertempuran atau pembunuhan lainnya.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Kawan, aku sedang jatuh cinta. Jangan kau anggap aku gila. Karena sesungguhnya kalian juga akan mejadi gila jika merasakan apa yang saat ini kurasa. Bagaimana tidak, disetiap saat, setiap waktu, dari sekian banyak memory otak yang bekerja, hanya wajahnya yang mampu kupikirkan. Hanya senyumnya yang selalu terngiang. Dan hanya keindahan yang selalu kurasa.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Sekali lagi jangan Tanya kenapa kawan!. Karena ini cinta. Walau katanya tak ada cinta yang tak berasalan, namun sampai sekarang aku selalu saja bingung dan pusing saat ditanya apa alas an dari semua itu. itu sudah. Jika masih saja kau belum puas dengan keteranganku, coba Tanya saja pada orang yang kini membuat aku menjadi seperti ini. Dialah Putri Tidurku.</span></span>Kenthippujakesumahttp://www.blogger.com/profile/17774638203570232296noreply@blogger.com0