I.
Pendahuluan
Dakwah secara essensi memiliki satu kata kunci yakni ishlah
atau perbaikan. Perbaikan yang dimaksudkan di sini adalah perbaikan dalam
perspektif Islam dan perbaikan dalam arti sebuah proses yang terarah dan
berkesinambungan. Dalam perspektif Islam dakwah berarti sebuah proses untuk
mengajak seluruh manusia dari penghambaan kepada makhluk menuju penghambaan
kepada Allah semata secara paripurna.
Dalam melaksanakan dakwah, dituntut menguasai setiap
permasalahan dalam dakwah. Salah satu hal yang menjadi titik tolak keberhasilan
dakwah adalah penggunaaan media sebagai perantara dalam dakwah. Banyak sekali
media yang dapat digunakan dalam berdakwah atau yang sering disebut sebagai
media dakwah, seperti dakwah dengan media massa, atau dakwah dengan partai
politik. Namun dalam kesempatan ini mari kita diskusikan dakwah dalam lembaga
keluarga dan lembaga pendidikan islam.
II.
Batasan masalah
a.
Pengertian keluarga dan pengertian pendidikan islam
b.
Dakwah dalam keluarga
c.
Dakwah dalam lembaga pendidikan
d.
Analisis
kelemahan dan kekuatan
III.
Pembahasan
a.
Pengertian Keluarga Dan Pengertian Pendidikan
Islam
-
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kesatuan terkecil masyarakat yang
anggota anggotanya terikat secara batiniah dan hokum karena pertalian darah
atau pertalian perkawinan.[1]
Dalam islam, bentuk keluarga tidak sama dengan pengertian di barat, yakni
cakupannya lebih luas dari sekedar suami, istri dan anak anak, melainkan
meliputi dari suami, istri, anak anak, beserta kedua orang tua suami isteri.
Dan dalam budaya di Indonesia, yang dinamakan keluarga adalah keseluruhan yang
masih memiliki hubungan darah. Bias terdiri dari paman, bibi, ponakan, cucu,
anak angkat, dll.
Robert R bell (1979) mengemukakan jenis hubungan kekeluargaan
: Pertama, keluarga dekat, yakni keluarga yang terdiri dari individu individu
yang terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi, dan atau
perkawinan. Kedua, keluarga jauh, terdiri atas individu yang terikat dalam
keluarga melalui hubungan darah, adopsi perkawinan, tetapi ikatan keluarganya
lemah dari kerabat dekat dan kadang kadang tidak menyadari. Ketiga, orang yang
dianggap keluarga, yakni dianggap keluarga karang ada hubungan yang khusus,
misalnya hubungan antara teman karib.[2]
Husain Muhammad Yusuf dalam bukunya Ahdaf al-Usrah Fil
Islam menjelaskan, keluarga adalah batu pertama dalam membangun negara.
Menurutnya, sejauh mana keluarga dalam suatu negara memiliki kekuatan dan
ditegakkan pada landasan nilai, maka sejauh itu pula negara tersebut memiliki
kemuliaan dan gambaran moralitas dalam masyarakatnya.[3]
Penghargaan Islam pada masalah-masalah keluarga
sangatlah tinggi. Betapa tidak, keluarga adalah unit yang paling mendasar
diantara unit-unit pembangunan alam semesta. Di antara fungsi besar dalam
keluarga adalah edukatif (tarbiyah). Dari keluarga inilah segala sesuatu
tentang pendidikan bermula. Apabila salah dalam pendidikan awalnya, maka
peluang akan terjadinya berbagai penyimpangan pada anak akan semakin tinggi.
Oleh kerena itu, pada dasarnya Islam menjadikan tarbiyah sebagai atensi yang
dominan dalam kehidupan. Abdul Ala' al-Maududi Ulama asal Pakistan, mengartikan
kata tarbiyah sebagai mendidik dan memberikan perhatian.
Setidaknya ada empat unsur penting dalam pendidikan.
Pertama, menjaga dan memelihara fitrah obyek didik. Kedua, mengembangkan bakat
dan potensi obyek sesuai dengan kekhasannya masing-masing. Ketiga, mengarahkan
potensi dan bakat tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Keempat,
seluruh proses tersebut dilakukan secara bertahap. Keempat unsur tersebut
menunjukan pentingnya pentingnya peran pendidikan dalam keluarga. Karena
keluarga akan membentuk karakter kepribadian anggotanya dan mewarnai
masyarakatnya. Singkatnya keluarga merupakan laboratorium peradaban. Bagi
muslimah, yang secara umum penanggungjawab utama dalam kehidupan keluarga,
harus menyiapkan keseriusan dan kepurnaan program pengembangan dakwah keluarga.
-
Pengertian Pendidikan Islam
Sebelum kita beranjak dalam pengertian pendidikan islam, arti
dari pendidikan sendiri adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk
mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai nilai yang
dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat.[4] Dan adapun proses
pemindahan nilai nilai itu meliputi berbagai cara, yakni : pertama, melalui
pengajaran, yaitu proses pemindahan nilai berupa ilmu pengetahuan dari seorang
guru kepada murid atau muridnya dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Kedua, melalui pelatihan yang dilaksanakan dengan jalan membiasakan seseorang
melakukan pekerjaan tertentu utnuk memperoleh ketrampilan mengerjakan pekerjaan
tersebut. Dan ketiga melalui indoktrinisasi, yang dilakukan agar orang
mengikuti saja apa yang dilakukan atau dikatakan oleh orang lain.
Sedangkan pendidikan islam adalah proses penyampaian
informasi dalam rangka pementukan insane yang beriman dan bertakwa agar manusia
menyadari kedudukan, tugas, dan fungsinya di dunia ini dengan selalu memelihara
hubungannya dengan allah, dirinya sendiri, masyarakat, dan alam sekitarnya serta
bertanggung jawab kepada tuhan yang maha esa, menusia (termasuk dirinya
sendiri) dan lingkungan hidupnya.[5]
Dari keterangan diatas dapat diambil tujuan dari diadakannya
pendidikan islam adalah agar dapat
menumbuhkan dan mengembangkan dalam diri manusia empat rasa tanggung jawab,
yakni, 1) tanggung jawab kepada allah, 2) tanggug jawab kepada hati nuraninya
sendiri, 3) tanggung jawab kepada masyarakat, dan 4) tanggung jawab dan
memelihara semua yang terdapat di langit dan di bumi.
b.
Dakwah Dalam Keluarga
Keluarga adalah unit komunitas terkecil dalam kehidupan
sosial masyarakat. Keluarga adalah sekumpulan kapasitas individu dan dari
keluarga lah unit-unit yang lebih besar akan dibentuk. Dalam konteks Islam,
keluarga digambarkan dalam tiga kata kunci: sakinah mawaddah warahmah yang
didalamnya nilai-nilai Islami kental diaplikasikan. Dan keluarga ideal seperti
inilah yang menjadi cita-cita kita bersama, yakni menjadikan keluarga kita
menjadi keluarga yang taat kepada allah.
Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Awlad Fil
Islam, ada 7 macam pendidikan integratif, yang harus terintegrasikan secara
sistemikdalam keluarga untuk mentarbiyah anggota keluarga untuk menjadi hamba
Allah yang taat, yang mampu mengemban amanah dakwah ini. Ketujuh pendidikan
tersebut adalah:
Pendidik iman, pendidikan moral, pendidikan psikis, pendidikan fisik, pendidikan intelektual, dan pendidikan seksual.
Pendidik iman, pendidikan moral, pendidikan psikis, pendidikan fisik, pendidikan intelektual, dan pendidikan seksual.
Kehidupan yang paling sederhana adalah kehidupan keluarga.
Sudah barang tentu di dalam keluarga kita, kita harus bias berdakwah. Keluarga
disini dijadikan sebagai media untuk berdakwah. Banyak sekali anjuran dari al Quran
maupun dari hadist rasul tentang keutamaan dan perintah untuk berdakwah kepada keluarga. Seperti ayat yang artinya
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yg terdekat”, kemudian “ Jagalah
dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”, kemudian dengan hadist “Setiap
kalian ialah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban
atas yg dipimpinnya”
Dakwah dalam lingkungan keluarga dimaksudkan untuk menjadikan
sebuah tatanan rumah tangga yang berdiri dari beberapa tujuan. Yakni pertama,
mendirikan syariat allah dalam segala permasalahan rumah tangga. Artinya
mendirikan sebuah rumah tangga yang mendasarkan kehidupannya sebagai bentuk
penghambaan kepada allah. Kedua, mewujudkan ketentraman dan ketenangan
psikologi. Ketiga, mewujudkan sunah rasullullah dengan melahirkan anak anak
saleh sehingga umat manusia merasa bangga dengan kehadirannya. Keempat,
memenuhi kebutuhan cinta kasih anak anak dengan menyayanginya. Dan terakhir
menjaga fitrah anak agar anak tidak melalkukan penyimpangan penyimpangan. [6]
Dalam bagian kelima ini, menjaga anak dalam fitrah adalah hal
yang paling mutlak dilaksanakan. Karena sesuai yang dikatakan rasul dalam
hadist, bahwa setiap anak yang dilahirkan adalah fitrah dan tergantung orang
tuanya akan menjadikannya majusi, nasrani atau yang lainnya. Hal yang paling
harus dilakukan adalah membiasakan anak untuk mengingat kebesaran allah dan
nikmat yang diberikannya. Hal ini dapat mengokohkan fitrah anak agar tetap
berada dalam kesucian dan kesiapan untuk mengagungkan allah. Kemudian,
membiasakan anak anak untuk mewaspadai penyimpangan penyimpangan yag kerap
membiasakan dampak negative terhadap diri
anak misalnya dalam tayangan film, pergaulan bebas dll.
Dalam sebuah forum, dijelaskan ada beberapa kriteria mendasar
yang harus dimiliki dan dirasakan dalam sebuah keluarga Islami. Pertama,
keluarga harus menjadi tempat kembali utama dalam kehidupan individunya. Nuansa
baiti jannati, rumahku surgaku harus dirasakan oleh setiap anggota keluarga.
Hal inilah yang akan menjadikan rasa kerinduan yang amat sangat bagi setiap
anggota keluarga untuk bertemu dalam satu atap keluarga. Seberat dan sesibuk
apapun aktivitas anggota keluarga di luar rumah maka keluarga menjadi tempat
kembalinya.
Kedua, keluarga menjadi madrasah dimana dalam setiap
aktivitas kekeluargaan dijadikan sebagai aktivitas pembinaan, dan proses
transfer of value. Setiap anggota keluarga harus mampu menjadi inspirasi atau
qudwah hasanah bagi anggota keluarga yang lain. Dan orang tualah yang menajadi
faktor penentu keberhasilan madrasah ini karena orang tualah sang murrabi.
Ketiga, keluarga menjadi markas perjuangan Islam. Hal ini
sangat penting mengingat menikah bukan hanya sekedar mencari pendamping hidup
namun lebih untuk melanjutkan perjuangan Islam bersama dengan pasangannya.
Keluarga lah yang menjadi batu bata dari bangunan Islam. Dan semua kativitas
dakwah tercermin dari aktivitas keluarga.
Untuk mencapai ketiga kriteria di atas maka dibutuhkan
beberapa nilai yang harus dimiliki dala sebuah keluarga: keimanan, cinta,
tarbiyah, dan komunikasi. Dan inilah nilai-nilai minimal yang harus dimiliki
oleh sebuah keluarga Islami, keluarga dakwah.
c.
Dakwah Dalam Lembaga Pendidikan Formal
Setelah mendapatkan pendidikan islam di dalam lingkungan
keluarga, langkah selanjutnya adalah memberikan anak anak kita untuk mengenyam
pendidikan di lingkungan formal. Lembaga pendidikan formal dapat juga
dikategorikan sebagai media dakwah, yakni sebuah alat yang dapat digunakan
untuk berdakwah kepada peserta didik.
Setelah mendapat pengetahuan awal dari orang tua, dan
masyarakat yang secara tidak langsung memberikan berbagai pengetahuan dasar,
namun dirasakan belum sistematis. Pengetahuan anak yang diperoleh hanya dari
peniruan, pengulangan atau kebiasaan. Diperlukan sebuah kegiatan yang
terstruktur dalam berdakwah. Salah satunya adalah didirikannya lembaga lembaga
formal pendidikan islam.
Pendidikan siswa artinya lembaga pendidikan yang memiliki
kurikulum, siswa sejajar kemampuannya, pertemuan rutin, dan sebagainya.
Contohnya adalah sekolah dan lain sebagainya.[7] Didalam pedidikan
formal, terdapat proses belajar mengajar. Sebuah usaha untuk mengajarkan
pendidikan agama yakni dengan usaha usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam. Dengan
pendidikan agama yang terdapat di dalam lembaga formal tersebut, menjadikan ia
sebagai sebuah media dakwah yang dapat digunakan oleh dai.
Lembaga pendidikan islam di Indonesia, dapat dikategorikan
kedalam tiga kelompok, yakni pesantren, madrasah dan sekolah.[8] Dimana ketiganya sama
sama mencoba mendidik generasi penerus bangsa kearah yang lebih baik sesuai
dengan ajaran islam. Pesantren sendiri atau lebih dikenal dengan sebutan pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan islam tradisional tertua di Indonesia.
Pondok berasal dari bahasa arab funduq yang artinya tempat menginap atau
asrama, sedangkan pesantren adalah berasal dari kata santri, bahasa tamil yang berarti para penuntut ilmu.
Jadi jika digabungkan pondok pesantren adalah tempat belajar
atau tempat mencari ilmu para santri denga bertempat tinggal atau mukim disana.
Kemudian karena makna yang terkandung dalam namanya itu, pondok pesantren
selalu tampil dengan unsure aslinya yakni pondok, mesjid, pengajian kitab kita
klasik atau kitab kuning, santri, kiayi atau guru ngaji. Kelima unsure tersebut
selalu ada dalam sebuah pondok pesantren. (Zamakhsyari dhofier,1983:43).
Pada awal perkembangannya, ada dua fungsi pondok pesantren,
yakni sebagai lembaga pendidikan, dan kedua sebagai lembaga penyiaran agama.
Pada masa colonial dahulu, pondok pesantren mempunyai peranan yang aktif dalam
menentang penetrasi kolonialisme dengan uzlah yakni menutup diri daripengaruh luar.
Kedua dari lembaga pendidikan formal islam adalah madrasah.
Lembaga ini muncul pada permulaan abad ke 20. Madrasah berasal dari bahasa
arab, darasa yang artinya belajar. Jadi madrasah adalah tempat belajar. Lembaga
ini muncul dikarenakan beberapa alasan diantaranya, sebagai manifestasi dan
realisasi cita cita pembaharuan dalam system pendidikan islam di Indonesia.
Selain itu juga sebagai salah stu usaha menyempurnakan system pendidikan
pesantren yang dipandang tidak memungkinkan lulusannya memperoleh kesempatan
kerja dibanding lulusan dari sekolah colonial belanda waktu itu. Dan terakhir
alasannya adalah adanya sikap sementara umat islam yang lebih condong mengikuti
system pendidikan ala barat yang lebih memungkinkan anak anak mereka lebih maju
dalam ilmu, ekonomi dan teknologi.[9]
Lembaga pendidikan formal ketiga dalam islam adalah sekolah
islam. Lembaga ini merupakan pengembangan dari madrasah dengan falsafah yang
dipengaruhi oleh ajaran ajaran barat. Kurikulumnya lebih dekat dengan sekolah
sekolah umum.
Di dalam pendidikan formal terdapat seorang guru sekaligus
dai yang tugasnya bukan semata mata utuk mengajarkan ilmu agama atau
islamologi, melainkan juga mendidik. Karena mengajar hanyalah memberikan
pengetahuan agama saja, sehingga anak padai ilmu agama tapi tidak taat terhadap
ajaran agama. Sebaliknya mendidik
mempunyai arti menanamkan tabiat kepada anak anak agar mereka taat kepada
ajaran agama (membentuk pribadi muslim).
Itulah lembaga lembaga formal pendidikan islam yang bias
dijadikan sebagai media dalam berdakwah.
d.
Analisis Kelemahan Dan Kekuatan
-
Kelemahan Dan Kekuatan Dakwah Dalam Keluarga
Dakwah dalam keluarga diakui sangat sulit dibanding
dengan dakwah dengan orang lain. Karena interaksi yang terjadi di sana
berlangsung secara terus menerus, sehingga mudah sekali terjadi singgungan
antara kepentingan. Selain itu juga apabila terjadi kesalahan, akan mudah
terdeteksi karena hidup dalam satu naungan rumah tangga.
Adapun kelemahan berdakwah di lingkungan keluarga adalah
:
1.
Bahwa keluarga adalah orang terdekat kita, sedangkan
kita tidaklah siap ketika dakwah kita mengalami benturan benturan di dalam
keluarga kita sendiri. Hal ini yang membuat kita merasa terkucil.
2.
Kita tidak siap kehilangan orang yang kita sayangi,
sebab keluarga maupun orang yang kita sayangi jika anggota keluarga tersebut
tidak menerima dakwah kita. Dan biasanya bayang bayang kehilangan akan
menghantui setiap orang yang ingin berdakwah di dalam keluarga.
3.
Ketergantungan kita terhadap masalah keduniawian
terhadap keluarga kita adalah masalah besar. Karena kita tidaklah siap untuk
mandiri dan tidak siap jia kebutuhan kita akan keluarga tersebut hilang setelah
ada benturan dakwah kita dengan keluarga.
4.
Ketika keluarga kita tidak mengerti tentang tanggung
jawab, yaitu setiap perbuatan pastilah ada balasannya. Biasanya akan lebih
sulit karena mereka belum mempunyai pemahaman tentang tanggung jawab.
5.
Keinginan kita yang sering memaksakan diri dan ingin
cepat cepat keluarga kita menerima dakwah kita, jadi mempengaruhi motivasi dan
mental kita jika dakwah tidak kunjung diterima.
Sedangkan keuntungan yang dapat kita gunakan dalam
menjadikan keluarga kita sebagai media dakwah adalah
1.
Keluarga adalah ikatan yang kuat. Bila ikatan keluarga
bernada islam, maka aqidah dan amaliyahnya makin kuat serta dakwah
dalamkeluarga selalu berjalan dengan baik dan dapat mempengaruhi keluarga lain,
2.
Sesuai dengan perintah rasul yang artinya hari orang
orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka
3.
Adanya rasa solidaritas yang kuat. Artinya bila
keluarga ada yang tak beriman, yang maa orang yang ikgkar kepada allah akan celaka. Maka sebagian keluarga
secepatnya untuk bertindak amar ma’ruf nahi mungkar
4.
Adanya keinginan pelestarian idiologi nasabnya,
keluarga yang memiliki silsilah seorang agamawan, keturunannya cernderung
mengikuti agama kakek / ayahnya.[10]
-
Kelemahan Dan Keuntungan Dakwah Dalam Lembaga
Pendidikan
Pendidikan sebagai lembaga juga memiliki kelemahan dan
juga kelebihan untuk dijadikan acuan bagi kesuksesan dakwah. Diantara kelemahannya
adalah :
1.
Siswa hanya mementingkan disiplin ilmunya (nilai /
skor) untuk kenaikan atrau kelulusan sekolah, tapi tidak taat kepada ajaran
agama
2.
Kurikulum pendidikan agama yang terlalu tinggi dan
luas, mengakibatkan guru hanya mengindahkan habisnya bahan pelajarannya tanpa
mengutamakan pendidikan agama dan dakwah islamiyah
3.
Bila mayoritas personil sekolah beragama non islam,
pendidikan agam,a islam agak terlambat
4.
Pendidikan formal, hanya terbatas pada usia usia
tertentu.
Adapun keuntungan dakwah dalam lembaga pendidikan adalah
:
1.
Sasaran dakwah (siswa) memiliki kemampuan yang relative
sama. Dengan kemampuan itu memudahkan dai untuk menentukan strategi dakwah
2.
Waktu pertemuan masuk rutin dan kontinyu
3.
Missi dakwah bukan saja melalui pendidikan agama, akan
tetapi bidang bidang yang lain seperti pendidikan social atau pendidikan moral.
4.
Kaum terpelajar artinya dakwah islam mudah diterima
karena islam adalah agama yang rationil
5.
Penyelenggaraan pendidikan agama maupun kegiatan
kegiatan agama lainnya mendapatkan perlindungan dan dukungan pemerintah dan
masyarakat.[11]
IV.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa media dakwah
tidak hanya berupa mimbar, atau media massa. Namun keluarga dan juga lembaga
formal seperti pendidikan islam juga merupakan ajang dakwah dan dapat digunakan
sebagai media dakwah.
Sesuai dengan perintah rasul bahwa kita harus berdakwah
kepada diri kita sendiri, kemudian keluarga dan lingkungan terdekat sebelum
kita berdakwah secara global.
Berbicara sebuah proses, pasti ada sebuah kelemahan dan juga
keuntungan. Sebagai dai yang baik kita harus menyikapi kelemahan dan keuntungan
itu sebagai bahan berdakwah dan sebagai evaluasi kedepan. Juga sekaligus
menggunakan kelemahan kelemahan yang ada sebagai peluang atau bahkan keuntungan
dakwah kita.
Demikian pula dengan dakwah di lembaga pendidikan, baik
formal maupun non formal, pasti ada kelebihan dan juga kelemahan. Kita tahu
bahwa keluarga adalah landasan awal membentuk islam yang rahmatan lilalamin.
Dalam arti lain, dakwah di kalangan keluarga sangat penting karena di
keluargalah dimulai sebuah system kehidupan. Namun kadang kala keluarga juga
merupakan penghambat dalam optimalisasi dalam berdakwah, sehingga kita harus
pandai mengorganisasikan dakwah dalam keluarga.
Begitu juga dengan pendidikan. Kita tahu bahwa pendidikan
adalah alat untuk mencerdaskan bangsa. Pendidikan dapat kita gunakan untuk
berdakwah dengan tujuan yang baik, karena di sekolah sekolah terutama sekolah
negeri masih banyak kurang pendidikan berbasis agama. Berbasis agama bukan
berarti pendidikan agama islam, namun pendidikan moral, sikap dan tingkah laku
perlu ditekankan di lembaga pendidikan agar tercipta generasi penerus yang
berpikir cerdas dan beriman kuat.
V.
Penutup
Demikianlah makalah ini saya buat, saran dan kritik yang konstruktif
sangat saya harapkan demi kebaikan kedepan. Dan semoga makalah ini bermanfaat
baik bagi penulis maupun bagi pembaca sekalian. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmuni Syukir, Dasar Dasar
Strategi Dakwah Islam, Surabaya, al IKHLAS, 1983.
Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan
Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat, Jakarta, Gema Insani Pers, 1995.
To. Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi
Keluarga, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2004.
Mohammad Daud Ali, Habibah Daud, Lembaga
Lembaga Islam Di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995.
[1]
Mohammad Daud Ali, Habibah Daud, Lembaga Lembaga Islam Di Indonesia,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995. Hal. 59
[2]
To. Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Jakarta, Yayasan Obor
Indonesia, 2004. Hal. 91
[4] Ibid,
Lembaga Lembaga Islam Di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
1995. Hal.137
[5] Ibid
hal.139
[6]
Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat,
Jakarta, Gema Insani Pers, 1995 Hal.144
[7] Asmuni syukir, Dasar Dasar Strategi Dakwah
Islam, Surabaya, al IKHLAS, 1983 hal.168
[8] Op
cit, hal 145.
[9]
Ibid hal.154
[10]
Asmuni Syukir, Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya, al IKHLAS,
1983 hal.172
[11]
Ibid, hal 169
0 komentar:
Posting Komentar