Jangan Bercerai-Berai Karena Perbedaan

Perbedaan memang tidak mungkin tidak terjadi, selama manusia terus berfikir. Maka perbedaan tersebut dapat menjadi sebuah rahmat, apabila dengan perbedaan tersebut, akan menumbuhkan rasa saling hormat-menghormati dan menghargai. Namun perbedaan akan menjadi adzab, apabila dalam diri kita tertanam sebuah virus bernama fanatic sempit.

Pelajaran Dari Romo Carolus

Charles Patrick Edwards Burrows,OMI adalah nama kecil sang peraih penghargaan tersebut. Ia adalah seorang Pastor di Paroki St Stephanus Cilacap. Setelah kedatangannya di Indonesia pada tahun 1973, ia tertarik untuk mengabdikan diri kepada masyarakat di Kampung Laut Kabupaten Cilacap.

Rintihku

Aku menatap dalam lara Kembali menitikkan air mata Ia tak berdosa Namun aku tega menjatuhkannya Butir putih itu Menghujam deras menghancurkan hidupku Remuk sudah hati menatap cahya Mu Yang terang, namun dihatiku kau gelap Tertutup nafsuku, egoisku, dan dosaku.

Tapak-Tapak Suci, Sebuah Kisah Perjalanan Pemuda Desa

“ Bukalah surat ini ketika kau berada di antara dua pulau, saat kau terombang ambing di tengah lautan, dan saat itu kau akan merasakan betapa aku menyayangimu”..

La Tahzan, Saudaraku!

La Tahzan, Saudaraku. Kecelakaan yang menimpa saudara kita penumpang Shukoi Superjet 100 memang sangatlah tragis. Kita semua bersedih. Namun jangan kita terlarut dalam kesedihan. Yakin bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa telah merencanakan hal dibalik itu semua.

Rabu, 12 Desember 2012

Bumi Diambang Perang Dunia ke-3

Masih segar di benak kita, tentang kengerian kehancuran kota Hiroshima dan Nagasaki akibat Bom Atom yang diluncurkan oleh sekutu pada perang dunia ke-2. Entah kita sebagai generasi pada waktu itu atau hanya sebatas pelajar yang mempelajari sejarah, yang jelas kengerian peristiwa yang menandai berakhirnya perang dunia ke-2 itu masih saja terasa.

Hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima di Jepang akibat senjata nuklir “Little Boy” pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 ini, bukan menjadi akhir dari perang yang terjadi di bumi ini. Bayang-bayang perang dunia ke-3 yang kini menghantui bumi mulai terasa.

Seperti diberitakan beberapa media internasional termasuk di Indonesia, pada Rabu (12/12) Korea Utara meluncurkan Roket Unha-3 yang sukses membawa satelit Kwangmyongsong-3 ke Orbit luar angkasa pada pukul 10.00 waktu setempat. Roket diluncurkan dari pusat Antariksa Sohae di Tongchang-ri sebelah barat latu Pyongpyang. Keberhasilan peluncuran roket ini, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Negara Kim Jong-Un itu. Rakyat Korut menyambut gembira keberhasilan peluncuran roket Unha-3 dengan menggelar pesta di berbagai pusat kota dan jalan raya.

Namun, kegembiraan Korut tersebut berbanding terbalik dengan kengerian dan kegelisahan seluruh masyarakat di dunia. Dunia mengecam keras upaya Korut yang telah meluncurkan Unha-3 ini. Korea Utara dinilai telah melanggar Resolusi yang telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB No.1695 tahun 2006, resolusi No.1874 tahun 2009, dan resolusi 1718 tahun 2006.

Resolusi itu yang dikeluarkan yang salah satu isinya menuntut Korut agar menghancurkan semua senjata nuklir, senjata pemusnah masal, dan rudal-rudal balistik itu, serta resolusi yang dikeluarkan pada tahun 2009 itu yang isinya memperkeras sanksi bagi Korut atas tindakan negara tersebut melakukan uji coba nuklir pada 25 Mei 2009.

Namun bukan Korut namanya jika takut terhadap gertakan dunia. Buktinya, pada 2 Juli 2009, Korut melakukan uji coba peluncurkan rudal jarak dekat atau pendek berjarak tempuh 100 km dengan Nama KN-1. Dan beberapa hari setelah peluncuran itu, rudal jarak menengah Scud-B dan rudal antarbenua, Rodong-1 dengan daya jelajah 1.300 km, juga akan diujicobakan. Peluncuran rudal jarak menengah itu dilaksanakan pada Sabtu, 5 Juli 2009 dari Pangkalan Gitdaeryong, tidak jauh dari Distrik Wonsan, Provinsi Gangwon (lihat http://forum.kompas.com/internasional/33448-ada-china-di-semenanjung-korea.html).

Kehancuran Bumi

Dengan ketakutan dan kengerian yang diciptakan oleh Korut dengan upaya uji coba peluncuran Roket Unha-3 tersebut, tidak terlalu hiperbola jika kita membayangkan akan meletusnya perang dunia ke-3. Perang nuklir yang akan terjadi entah kapan itu, pasti akan lebih mengerikan dan memakan korban yang tak terhitungkan. Karena satu saja nuklir yang dijatuhkan, akan mampu meluluhlantahkan kota-kota besar di dunia.

Sudah seharusnya dunia melalui PBB melakukan tindakan antisipasi akan terjadinya perang dunia ke-3 itu. Memanasnya hubungan di Negara Asia Pasifik telah membuktikan bahwa perang itu sudah di depan mata.

Mari coba kita bayangkan, jika memang perang dunia ke-3 benar tarjadi. Perang yang tidak lagi menggunakan ribuan bahkan jutaan tentara dengan senapan di tangan, melainkan perang dengan ribuan roket yang melayang di angkasa membawa bahan ledak berbahaya bernama Nuklir. Perang kali ini bukan lagi perang dengan seberapa besar Negara atau seberapa banyak tentara yang dimiliki, melainkan seberapa canggih alat yang dimiliki Negara.

Dengan Nuklir yang beterbangan bagai kapas randu dan berjatuhan seperti hujan ini, bumi dipastikan akan menemui ajalnya. Kehancuran bumi akibat tekhnologi penghancur yang diciptakan manusia bernama Nuklir tidak dapat ditawar lagi. Entah seperti apa jadinya bumi ini. Gersang, udara busuk, radiasi, dan segala keburukan yang akan di timbulkannya akan dialami oleh bumi. Sementara penghuni bumi yang masih hidup, pasti mengalami gangguan dan bermacam penyakit mematikan dan akhirnya punah.

Maka yang ada hanya kenangan, bahwa kita pernah tinggal di sebuah planet yang dulunya indah bernama Bumi.

Garuda Benar-Benar Sekarat!

Indonesia itu anjing,,
Indonesia itu anjing
Indonesia, Indonesia,
Indonesia itu anjing……..

Bait dari lagu ejekan ini terlontar oleh supporter Malaysia pada gelaran piala AFF 2012 yang berlangsung beberapa waktu lalu. Ribuan Supporter yang akrab disebut Ultras Malaya ini dengan kompak menyanyikan lagu tersebut saat pemain Indonesia sedang berjuang membela Merah Putih. Dari video yang diunggah di You tube itu, dapat terlihat dan terdengar jelas ejekan Ultras kepada Indonesia.

Sebagai bangsa Indonesia yang mencintai tanah air ini, tentu saja saya marah. Namun lagi, saya seolah tak berdaya melampiaskan kemarahan saya. Mungkin, dalam benak saya dan juga mungkin dalam benak masyarakat Indonesia, telah menjadi sebuah mainstream bahwa bangsa ini memang pantas di ejek oleh negeri tetangga itu. Sudah berapa kasus yang menjadi bukti bahwa bangsa ini lemah, bahkan tidak hanya di ejek, melainkan di injak-injak dan diludahi.

Sebagai orang awam yang tidak dapat berbuat apa-apa, saya hanya berdoa, semoga pada pertandingan penyisihan groub B, Indonesia dapat membungkam Malaysia. Namun pada kenyataannya, Tim Garuda tercabik cabik dan kalah dari terkaman Harimau Malaya dengan skor 2-0. Dengan hasil itu, semakin membuktikan bahwa garuda tidak dapat berbuat apa-apa. Kembali tertunduk dan menyimpan malu.

Kasus demi kasus yang membuktikan bahwa garuda tak berdaya menghadapi terkaman harimau Malaya adalah gambaran bahwa lemahnya negeri ini. Kasus TKI yang setiap tahun menjadi sorotan, juga sampai sekarang masih terjadi. Bahkan baru-baru ini, ada peristiwa penjualan TKI yang terkenal disebut 'TKI on Sale' di Malaysia. Bukan hanya itu saja, berapa jiwa TKI kita yang melayang di Malaysia? Berapa korban pemerkosaan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum disana?. Rasanya sudah tidak terhitung lagi jumlahnya.

Kasus demi kasus pun terjadi. Selain kasus penghinaan terhadap bangsa ini yang dilakukan oleh Ultras Malaya dan juga kasus yang menimpa saudara-saudara kita para TKI, baru-baru ini terjadi lagi kasus penghinaan yang ditujukan pada mantan pemimpin bangsa. Adalah presiden ke 3 kita, BJ Habibie yang kini menjadi objek ejekan oleh Mantan Menteri Penerangan Malaysia, Zainuddin Maidin.

Pada rubrik RENCANA di koran Utusan Malaysia edisi Senin, 10 Desember 2012, mantan Menteri Penerangan Malaysia Zainuddin Maidin menulis dengan judul "Persamaan BJ Habibie dengan Anwar Ibrahim". Zainuddin mengawali tulisannya dengan mengatakan 'Presiden Indonesia ketiga, Bacharuddin Jusuf Habibie yang mencatatkan sejarah sebagai Presiden Indonesia paling tersingkat, tersingkir kerana mengkhianati negaranya, telah menjadi tetamu kehormat kepada Ketua Umum Parti Keadilan Rakyat Anwar Ibrahim baru-baru ini. Beliau diberikan penghormatan untuk memberi ceramah di Universiti Selangor (Unisel).

Dalam media yang notabene dikontrol langsung pemerintah Malaysia itu, Zainuddin menggambarkan Habibie sebagai sosok egois, memualkan, serta pengkhianat bangsa. Hal ini tentu berbalik 180 derajat dengan kenyataan yang terjadi di Negeri ini. BJ Habibie dikenal sebagai tokoh yang telah berhasil membawa Indonesia menuju gerbang demokrasi yang sebenar-benarnya. Selain itu, ia juga membebaskan para tahanan politik (Tapol) yang telah lama dihianati hak dan kewajibannya oleh penguasa Orde Baru.

Habibie yang dikenal sebagai bapak Tekhnologi Indonesia, tentu bukanlah sesosok penghianat bangsa seperti yang dituduhkan oleh Zainuddin. Ia bahkan dianggap sebagai presiden yang sangat berhasil membawa Indonesia membuka lebar gerbang demokrasi yang awalnya tertutup oleh lembah hitam Orde Baru. Dibawah kepemimpinannya yang walaupun singkat, ia telah menorehkan sebuah sejarah yang tak akan pernah dilupakan oleh bangsa ini.

Tentu penghinaan ini menimbulkan keresahan di negeri ini. Dua Negara serumpun yang telah lama berselisih, kembali memanas. Namun, sekali lagi kita lihat, apakah kali ini garuda berani terbang tinggi mengangkat derajatnya, membusungkan dada dan menerkam kesombongan sang Harimau?. Sepertinya hanya dalam film kolosal yang selama ini menghiasi televise kita.

Lagi, keberanian para pemimpin kita dipertanyakan. Seberapa jauh mereka membawa kasus ini ke ranah hukum internasional. Kasus demi kasus yang terus terjadi, tidak cukup hanya dengan ungkapan prihatin saja. Sudah selayaknya, kasus penghinaan ini di bawa ke meja hijau internasional, demi mengembalikan harkat dan martabat bangsa yang semakin terpuruk ini. Mengembalikan kejayaan bangsa yang telah lama menjadi bahan hinaan Negara lain. Keberanian para pemimpin, menjadi tolak ukur keberhasilan bangsa ini meraih lagi kehormatanya.

Tiada salahnya kita berdoa, semoga kelak garuda akan kembali Berjaya dan kita bangga menyematkannya di dada kita. Amin.


Rabu, 05 Desember 2012

Antara Kau dan Mozaik itu,,,,,

Dalam sunyinya malam,
Ku tahu kau terpaku
Menatap tinggi ke atap dunia
Berharap temukan senyum rembulan,
Meski langit diselimuti mendung

Dalam lelapmu,
Ku tahu kau berharap
Bermanja dengan pangeranmu,
Walau hanya dalam buaian mimpi

Dan saat malam berlalu begitu cepat
Barulah kau sadar
Kau temukan diri sendiri terpaku
Tanpa dia disisimu

Kadangpun,
Sesekali kulihat bulir air mata menetes dari kelopak matamu yang indah
Kesedihan yang mendalam menahan rindu yang teramat sangat
Bibir mu bergetar menyebut nama sang Pangeran,
Nun jauh di sana….

Rasa bimbang dan goyah terkadang mendera
Saat hati mulai putus asa
Dan batin tak kuat menahan gejolak rindu di dada

Saat itulah,
Muncul sesosok Pangeran lain
Yang samar namun tak asing
Ia tawarkan keindahan lain,
Sebuah oase dan gambaran keindahan terdahulu
Yang pernah kau lalui bersamanya

Namun yakinlah,
Menyusun Mozaik yang telah hancur berantakan
Tak semudah membuat Mozaik itu sendiri
Seberapapun kemampuan kau curahkan
Mozaik yang hancur itu tak akan pernah sempurna,

Pasti ada sedikit ataupun banyak bagian yang hilang
Bersama desir sang waktu

Usah kau ragu,
Yakinkan hati, mantabkan jiwa
Untuk menyusun sebuah Mozaik baru
Bersama Pangeranmu sesungguhnya
Yang selama ini mencoba untuk membuatmu bahagia…….

Semarang, 6 Desember 2012
*Dalam gerimis, teruntuk sang Putri yang dilanda kebimbangan,

Senin, 03 Desember 2012

Jangan Marah, Gitu aja kok Repot!

Beberapa hari ini, keluarga besar Nahdliyyin di seluruh Indonesia serentak turun ke jalan. Aksi itu dilandasi rasa amarah keluarga besar NU terhadap pernyataan politisi senior yang juga Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana. Sutan yang pada acara diskusi di salah satu stasiun Televisi mengeluarkan pernyataan, bahwa lengsernya Abdurahman Wahid atau Gus Dur karena kasus korupsi Bulogate dan Bruneigate.

Pernyataan itu sontak membuat murka komunitas Gusdurian (pecinta Gus Dur). Selain itu, Organisasi Pemuda Garda Bangsa, Gerakan Pemuda Ansor dan jam'iyah NU adalah orang yang paling merasa marah dan dihina. Mereka beranggapan bahwa menghina Gus Dur sama saja menghina NU. Jika dihubungkan bagai rantai makanan, menghina Gusdur sama saja menghina Nahdliyyin. Sementara menghina Nahdliyyin, sama saja menghina Agama khususnya Islam. Hal ini bukan tidak mungkin muncul, karena sosok Gus Dur yang notabene adalah ulama terkemuka yang titahnya dianut oleh sebagian pengikut organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.

Penhinaan terhadap agama sudah sering terjadi. Dengan berlindung di bawah ketiak Hak Azazi Manusia terutama hak menyatakap pendapat, setiap orang bebas mengeluarkan pernyataan meskipun kadang pernyataanya tersebut melukai orang lain. Banyak pernyataan Kontroversial meluncur. Saling menghina, mencaci dan menghujat marak terjadi, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Sebelum kasus Penghinaan Gus Dur yang dilakukan Sutan, kasus penghinaan terhadap Agama juga terjadi di Amerika Serikat. Seorang pria California bernama Sam Bacile alias Nakoula Basseley Nakoula menggemparkan dunia dengan memunculkan filmnya yang berjudul “Innocence Of Muslims". Film tersebut menggambarkan Nabi Muhammad sebagai pemimpin sekelompok pria yang haus darah dan juga seseorang yang suka perempuan.

Film ini memicu banyak protes dari masyarakat Muslim di Dunia. Sayang, protes itu dilampiaskan dengan cara yang salah, hingga menimbulkan banyak korban. Demonstrasi besar-besaran di sebagian bumi ini, tidak hanya menimbulkan kerugian harta karena pengrusakan oleh massa, melainkan menimbulkan korban jiwa, diantaranya terjadi di Benghazi, Libia yang menyebabkan tewasnya duta besar Amerika untuk Negara tersebut.

Tokoh lain yang populer karena menghina Nabi Muhammad dan Islam adalah Greetz Wilder dengan film Fitna nya. Tak kalah popular di kalangan umat Islam adalah  Kurt Westergaard, kartunis asal Denmark yang membuat kartun Nabi Muhammad dan juga Salman Rushdi yang menulis novel The Satanic Verses. Semua orang-orang tersebut memancing emosi umat Islam dengan menghina Nabi Muhammad SAW.

Tak perlu marah

Sekali lagi, kedewasaan kita sebagai warga Nahdliyyin diuji. Seberapa besar jiwa kita untuk menghadapi masalah ini, menjadi tolak ukur kedewasaan tersebut. Apakah kita harus marah?. Jika ia, maka marah yang bagaimana, itulah hal yang harus dipikirkan.
Ada pernyataan –yang belum tahu apakah benar atau salah- menyatakan “hanya orang bodoh yang tidak marah jika agamanya di hina” atau “jika ada orang ketika agamanya dihina dan tidak marah, maka dipertanyakan kadar keimanannyan”.

Kadang ada sesuatu yang terbalik dari masyarakat kita. Sebagai umat Islam, kita tidak terima dinyatakan sebagai agama teroris. Namun, kadang apa yang kita lakukan sudah mencerminkan sikap teroris. Teroris disini bukan dalam artian seorang yang dengan tas berisi bom, lalu melakukan bom bunuh diri, melainkan orang atau kelompok yang menimbulkan keresahan dan ketakutan kepada orang lain. Banyak diantara kita umat Islam yang beberapa waktu lalu berdemonstrasi, kemudian merusak fasilitas umum dan juga meneror orang secara membabi buta.

Atau dalam kasus Sutan Bhatoegana yang menghina Gus Dur  yang terjadi saat ini, seperti yang kita lihat, banyak masa turun ke Jalan, membakar ban dan dan spanduk atau foto gambar Sutan. Hal ini selain menimbulkan kemacetan, juga membuat warga sekitar atau pengguna jalan merasa ketakutan. Bukan kali pertama di negeri ini, sebuah demonstrasi berakhir ricuh.
Memang, semut pun akan menggigit jika di sakiti. Sebagai warga Nahdliyyin, kita pantas marah. Namun marah kita harus kita bina dengan baik. Silahkan turu ke jalan, melakukan orasi demonstrasi namun tetap menjaga keamanan dan ketertiban. Aksi damai dan aksi simpatik akan lebih mengena daripada kebrutalan dan anarkis.

Selain itu, kita juga tak harus ngotot marah, karena sudah jelas bahwa ucapan Sutan Bhatoegana adalah omong kosong belaka. Bukti sudah jelas bahwa Gus Dur Lengser dari Presiden bukan karenaisu korupsi seperti yang dituduhkan. Hal ini diperkuat oleh Kejaksaan Agung yang  sudah mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan, dan Gus Dur dianggap bersih serta tidak bersalah.

Jika sudah seperti itu, untuk apa kita harus marah secara berlebihan. Biarkan Sutan Bhatoegana atau entah kelak orang lain yang akan menghina Gus Dur. Sekuat apapun hinaan yang mereka lontarkan, tak akan bisa mengalahkan kebaikan dan kebesaran beliau. Biarkan saja mereka menuduh apa tentang Gus Dur, Jika memang Gus Dur tidak bersalah, kenapa kita musti marah dan anarkis?.

Mari kita mencoba merenung kembali dan meneladani Gus Dur. Gus Dur adalah sosok humanis yang anti pada tindakan kekerasan. Selama hidupnya, ia selalu menebarkan kedamaian. Sebagai orang yang begitu mencintai Gus Dur, mari kita terapkan keteladanan beliau. Tebarkan kedamaian dan kebaikan kepada sesama. Mari kita selesaikan masalah ini dengan jalan yang damai dan kekeluargaan, seperti yang biasa Gus Dur contohkan selama hidupnya.

Jika saja hari ini Gus Dur Masih ada di samping kita tentu beliau akan berpesan kepada kita warga Nahdliyyin. “Jangan marah, orang saya yang dihina saja diam kok?”. Ia juga mungkin akan berpesan kepada Sutan “Saudara sutan, kalau tidak tahu apa-apa, lebih baik diam, gitu aja kok repot?”. Mungkin saja kan?.
                   

Rabu, 07 November 2012

Andai Saya SBY

Di tengah tingginya ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, muncul kasus baru yang menambah murka rakyat ini. Kasus dimana saya akan mempertimbangkan kembali pencabutan grasi yang telah diberikannya kepada gembong narkoba Meirika Franola alias Ola.

Seperti yang diketahui beberapa waktu lalu, bahwa saya yang dengan kewenangan khusus telah memberikan grasi kepada terpidana mati gembong narkoba Meirika Franola alias Ola. Grasi tersebut saya berikan demi penegakan Hak Asasi Manusia dan juga pertimbangan politik lainnya. Tepat pada 26 September 2011 yang lalu, saya memberikan grasi kepada Ola karena saya menduga ia hanya sebagai kurir. Saya kok sepertinya kasihan dan menganggap hukuman mati yang harus dijalaninya tidak pantas. Dan akhirnya saya memberikan pengampunan, sehingga hukuman mati yang diterimanya menjadi hukuman pidana penjara seumur hidup.

Namun kali ini, Grasi yang saya berikan kepada Ola, bak boomerang yang kembali menyerang saya. Seperti yang diberitakan oleh beberapa media, bahwa  Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap seseorang yang kedapatan membawa sabu-sabu seberat 775 gram di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat pada tanggal 4 Oktober lalu. Pemilik narkoba tersebut, Nur Aisyah mengaku membawa sabu-sabu dari India atas perintah Meirika Franola alias Ola. Padahal, Ola masih berada di rumah tahanan Pondok Bambu.

Kali ini, Saya benar-benar mati kutu. Pemberian grasi kepada gembong narkotika yang awalnya dikecam oleh masyarakat, terbukti salah. Alih-alih memberikan pengampunan agar yang bersangkutan berubah menjadi lebih baik, malah semakin gencar melakukan aksinya. Meski ia sekarang masih meringkuk di dalam sel, namun mampu melakukan bisnis terlarangnya dari balik jeruji besi.

Sebuah Dilema

Saat ini saya sedang pusing tujuh keliling. Problem Kali ini bukan masalah sepele, namun mengenai harga diri dan kehormatan saya sebagai Presiden.  Saya tidak mau dianggap plin-plan dan tidak gentle. Saya juga tidak mau dianggap menjilat lidah sendiri. Saya harus segera  bertindak dan segera mengambil keputusan, meski saya tahu, semua keputusan yang kelak saya ambil mengandung resiko yang berat.

Dulu, saat saya mendengar dari beberapa penasehat saya,  agar memberikan grasi kepada Ola dan beberapa gembong narkotika berpasport asing. Ini saya lakukan, demi kebaikan bersama. Selain hubungan bilateral antara Negara kita dengan Negara para terpidana tersebut, juga demi menegakkan hak asasi manusia.  Dengan pemberian grasi, saya berharap jika ada warga Negara saya yang apabila tersangkut hokum di Negara lain, juga akan diberikan pengampunan yang sama.

Meski pro dan kontra terhadap keputusan saya, pemberian grasi itu tetap saya lakukan. Namun Ola telah mencoreng kebaikan yang saya berikan dengan malu yang sangat. Bukannya berterimakasih dan mencoba memperbaiki dirinya, malah membuat saya murka. Saya menyesal telah memberikan pengampunan kepadanya.

Saya mempertimbangkan untuk mencabut grasi kepada yang bersangkutan. Dan pertimbangan untuk pencabutan itu sangat-sangat besar kemungkinannya saya lakukan. Karena Ola tidak menunjukkan itikad baik untuk berubah. Kasus ditangkapnya Nur Aisyah yang mengaku kurir Ola, membuat saya murka. Dia yang sekarang masih meringkuk dalam penjara, masih juga melakukan kejahatannya.

Namun, mencabut grasi tidak semudah mencabut rumput dari halaman. Belum juga saya mencabut secara resmi grasi terhadap Ola, para pakar dan juga masyarakat sudah mengecam saya. Seolah saya tidak gentle, plin-plan, tidak tegas sebagai seorang pemimpin.  Selain itu, mereka semakin tertawa lebar karena merayakan kemenangannya yang berhasil membuktikan kesalahan saya dalam mengambil keputusan pemberian grasi tersebut.

Saya sangat malu saat ini, namun mengedepankan malu bukanlah hal yang harus saya kedepankan. Saya harus segera meminta maaf kepada rakyat Indonesia bahwa keputusan saya memberikan grasi kepada gembong narkotika kelas dunia telah salah. Dan saya akan mencabut grasi yang telah saya berikan kepada Ola. Saya rasa itu hal yang tepat. Meski banyak orang yang mengatakan bahwa saya plin-plan dan bahkan menciderai proses hokum di Negara ini.

Saya tahu, bahwa jika menaati secara konsekuen dan konsisten, maka langkah saya mencabut grasi adalah hal yang salah. Karena grasi yang telah saya berikan, tidak bisa dicabut lagi. Meski dalam tatanan hukum formal tidak ada larangan pencabutan grasi, pencabutan grasi yang saya lakukan dapat melanggar konvensi dan akan menimbulkan ketidakpastian hukum.

Banyak pendapat yang sebenarnya dapat saya pertimbangkan, salah satunya dari sahabat saya yang juga pakar hukum tata Negara, Jimly Asshiddiqie. Ia telah memberikan opininya agar saya tidak mencabut grasi saya. Yang harus saya lakukan adalah membuat kasus pidana baru dengan ancaman hukuman baru yang lebih berat lagi. Bahkan katanya, kalau perlu dengan pidana hukuman mati. Sepertinya, saya harus mendengarkan usulan dari sahabat saya itu, karena tak ada hal lain yang dapat saya lakukan.

Selain itu, saya juga akan segera meminta maaf kepada bangsa dan Negara ini karena kesalahan saya. Saya akan mengakui dengan setulus hati, bahwa saya melakukan kesalahan yang sangat fatal. Kasus ini, akan saya jadikan pelajaran ke depan, agar lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, termasuk pemberian grasi.

Saya tidak ingin dianggap orang gagal dalam memimpin negeri ini. Masih ada sedikit waktu buat saya untuk memperbaiki semuanya. Sebelum saya harus meninggalkan kursi yang kini saya duduki. Walaupun banyak pihak yang merasa tidak puas dan menganggap saya telah gagal, namun saya tidak akan marah. Karena mungkin itulah kemampuan saya, dan satu hal yang saya yakini, bahwa selama memimpin negeri ini, saya hanya ingin melakukan yang terbaik. Itu saja.

Selasa, 06 November 2012

Karena Sakit Hati, Kami Dipersatukan

Inilah alasan mengapa aku sangat membenci malam akhir-akhir ini. Malam kini berubah menjadi sesosok yang mengerikan untuk aku lalui. Namun kehadirannya tak pelak aku tolak. Ia selalu hadir dalam kehidupanku. Nanti akan aku ceritakan mengapa aku begitu takut malam kawan.

Dalam hidupku, sebelum kejadian ini, tak ada yang aku takuti kecuali siksa Tuhan. Azab yang sering aku dengar dari guru ngaji ataupun cerita dari komik itu, selalu saja membuat aku ketakutan. Mungkin karena itulah yang membuat aku selalu tekun beribadah. Karena ketakutanku itulah, aku menjalani rutinitas spritualku sehari-hari.

Beranjak dewasa, aku mulai mengerti, bahwa hidup ini sebuah anugerah. Ketakutanku yang melandasi ibadah, berubah orientasi menjadi bentuk syukur. Syukur terhadap segala yang Ia berikan selama ini. Keluarga, sahabat, kesehatan, rizki dan segalanya.

Perlahan rasa takut akan siksa Tuhanku tergantikan. Mulai saat itu, tak ada lagi yang aku takuti. Hingga tiba saat ini. Dimana kegelapan dan keheningan malam membuat aku merinding. Ketakutan akut melanda saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat.

*****
Ku tatap mata itu, seperti ada sesuatu yang ingin terucap. Namun bulir air mata yang menetes menutup katup pita suara, sehingga tak terdengar sepatah katapun darinya. Aku hanya bisa terdiam, karena akupun tak tahu apa yang dapat aku perbuat. Aku bagai katak dalam tempurung, burung tanpa sayap, yang tak dapat berbuat apa-apa kecuali diam. Diam merenungi nasib yang terjadi saat ini.

Entah mengapa, saat ini hanya ada sepi. Canda tawa kami yang biasa kami lewati saat bersama hilang. Pandangan mataku tak dapat lepas dari jari manisnya. Seperti tak percaya saat sebuah cincin terselip di sana. Cincin itu bukan pemberianku, entah siapa yang berani memasangkan cincin itu di sana. Padahal aku tahu, hanya aku yang pantas untuk menyematkan di jari manisnya.

“Maafkan aku, aku tak dapat menolak semua ini” ujarnya lirih.

Nafasku tersengal, dadaku berdegup kencang, dan dunia ini terasa hampa. Aku bagai terbang melayang di sebuah dunia antah berantah. Kosong,,semua kosong.

Ia menangis di pelukanku. Namun aku tak berdaya melakukan apa-apa. Semua mimpiku hancur, cita-citaku yang dulu kurajut bersamanya hilang. Tak ada yang dapat aku lakukan saat itu.
Lama sekali tak ada suara, hingga entah apa yang membuat aku dapat mengatakan kata-kata itu,

“Sudahlah, semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Begitu juga orang tuamu. Kita mungkin belum ditakdirkan untuk berjodoh. “ kataku lirih.

“Sekarang, cobalah untuk mencintainya, seperti kau mencintaiku” . itulah kata terakhirku padanya.

******
Lama waktu berselang, dan mulai hari itu, aku menjadi limbung. Tak ada yang dapat aku lakukan kecuali meratapi kenyataan ini. Bahwa aku harus berpisah dari seseorang yang aku cinta selama lima tahun ini. Aku menyesal tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan dirinya dari kutukan Siti Nurbaya. Aku tahu ia tak mungkin bahagia dengan perjodohan itu. Dan aku ingin sekali membawa ia lari, lari meninggalkan semua ini dan menjalani hidup berdua seperti yang dulu kami impikan. Hingga semua pandangan itu berubah saat aku tahu, bahwa ia tidak dijodohkan melainkan atas kemauannya sendiri.

“ Kata siapa dia dijodohkan, dan kata siapa dia tak mengenal calon suaminya. Bohong!... mereka udah lama menjalin hubungan dik?” kata seorang teman.

Siapa yang tidak terkejut mendengar cerita itu, aku lunglai tak berdaya saat mendengar semua itu. Sontak saat itu pula aku memutuskan untuk mengakhiri semua ini. Menghapus semua harapan. Satu hal, orang yang selama ini aku cinta, ternyata telah berkhianat. Selain itu, ia mempermainkan aku dengan cerita bohong dan dibumbui dengan air mata buaya.

“Bangsaaaattttt!!! “

Aku tak habis pikir, setelah semua yang ku berikan kepadanya, sementara ini balasan yang ia berikan kepadaku. Aku mencintai sepenuh hati tanpa pamrih, namun ia menelantarkan diriku. Dan yang lebih parah lagi, ia selingkuh dibelakangku dengan orang lain  yang kini akan menjadi suaminya.

Kemarahanku memuncak, aku hapus semua yang berkaitan dengannya. Semua kenangan yang pernah ada, aku bakar dengan penuh emosi. Tak ada yang tersisa. Setelah itu, ku blokir ia dari pertemanan jejaring sosialku. Lalu aku berjanji tak akan sudi menemuinya lagi. Aku kirim pesan kepadanya dengan bahasa kasar dan sadis. Kuungkapkan kemarahanku lewat pesan itu dan berharap dia tidak akan pernah muncul di hadapanku lagi.

Sampai suatu saat, ia dating menemuiku seolah tak ada dosa. dalam hati bertanya, mengapa ia masih berani menemuiku? . Lalu aku tahu, bahwa ia tak menerima pesan dariku. Sedikitpun tak ada lagi empati kepadanya. Ku ajak ia makan, karena tak mungkin aku luapkan emosiku di depan teman-teman kantor.

Tak ada sepatah katapun aku ucapkan, sementara dirinya asyik menceritakan kegiatan yang baru saja ia lalui. Aku hanya diam, sambil menyantap makanan di depanku dengan penuh emosi. Hingga mungkin ia menyadari keanehan yang ada pada diriku.

“Kamu kenapa?” Tanyanya mulai curiga.

Aku hanya bergeming. Ku kunyah nasi yang masih bergumul di mulutku. Ku telan dengan cepat. Aku tak merasakan manis, asin, ataupun rasa yang biasanya. Makanan ini tak berasa. Entah memang ia tak berasa atau memang pikiranku yang sedang tak berasa.

Ku tatap mata itu penuh emosi. Darahku mendidih sampai ubun-ubun. Ia heran menatapku. Aku sudah bukan diriku lagi. Ku banting sendok di atas piring, sementara ia ketakutan melihat sikapku.

“Salahku apa?” kuawali ucapanku.
“Apa yang telah aku perbuat sama kamu, hingga kamu tega membuat aku seperti ini?” bentakku.

Ia hanya terdiam. Kulihat ia sangat ketakutan. Namun aku sudah di luar kendali. Emosiku sudah teramat meledak.

“ Asal kamu tahu, saat ini yang ada di pikiranku. Aku ingin membunuhmu”.

Ia semakin ketakutan dan tak menyangka aku mengeluarkan kata-kata itu. Kulihat air mata menetes dari matanya.

“Usah kau menangis, karena aku tahu air mata itu, air mata buaya”. Bentak ku
“ Tega sekali kamu mengatakan itu?” katanya sambil terisak
“ Apa? Tega? Siapa yang lebih tega, kamu apa aku. Rasanya kamu adalah orang yang paling tega, kamu udah buat aku hancur. Terimakasih. Maaf aku tidak akan pernah memaafkanmu. Pergi dari hidupku. Jangan pernah muncul lagi di hadapanku.” Kataku sambil meninggalkannya.

***********
Lama sekali aku terpuruk. Semua terasa gelap. Masa depanku, hidupku, bahkan hari-hari yang kulalui seolah gelap. Tak ada keinginan, tak ada harapan. Aku benar-benar terpuruk.

Untung aku berada dalam lingkungan yang benar. Teman-temanku semua menghiburku, memberi motivasi untuk ku agar aku lekas bangkit. Namun aku belum bisa melakukannya. Bagiku aku benar-benar sudah habis.

Suatu malam, malam yang gelap dan sunyi. Seperti biasanya, aku tak juga dapat tidur. Emosiku meledak saat aku teringat kepadanya. Kepala terasa berat, sementara nafas tersengal-sengal. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Sampai seorang sahabat menelphonku malam itu.

“ Lagi apa bro?” Tanya Anto
“Bro, kesini, tolongin aku” ujarku masih dalam keadaan tersengal.

Dia yang sudah tahu keadaanku langsung menutup telphon dan meluncur ke kosan. Sesampainya ku ajak ia pergi.

“Mau kemana kita” tanyanya
“Aku ingin ke Pantai”
“Gila, ini sudah jam berapa?” tanyanya sambil menunjukkan jam. Kulihat jarum jam menunjukkan pukul 11.30 malam. Tapi ia tak mungkin menolak. Ia tahu keadaanku. Ia tahu semuanya, tentang masalah yang kini sedang menimpa hidupku.

Sesampainya di pantai, aku berjalan menyusuri pantai. Hingga terasa kakiku pegal. Kurebahkan tubuhku ke pasir, ku sulut sebatang rokok, lalu ku hirup rokok itu dalam. Ku tahan dalam dada hingga terasa sesak, lalu ku hempaskan sambil teriak.

“Haaaaaaaaaaa………!!!” teriakanku membahana disambut deburan ombak pantai yang pelan. Tak ada jawaban disana. Hanya kesunyian yang kembali kurasa. Tak puas aku berteriak, ku jalankan kakiku, perlahan, cepat, kemudian aku berlari ke tengah lautan. Ombak yang dating menyambutku, dan aku terjatuh disana. Ku kuatkan untuk berdiri, dan berteriak sekencang-kencangnya.

“Kenapa? Kenapa semua ini kau berikan padakuuuuuuuuu!!! Kenapaaaaaaa???”

Ku dengar langkah kaki di belakangku. Ternyata Anto mengikutiku. Ia tarik tubuhku yang lunglai ke bibir pantai. Sambil lirih ia berkata,
“Sudahlah, percaya bahwa ini yang terbaik yang Ia berikan padamu” katanya
“Tidak, Tuhan tidak adil, ia jahat, mengapa Ia tega memperlakukan aku seperti ini?” kataku marah.
Tak terasa tubuhku ia angkat, ia pegang kerahku dan menatap mataku tajam.

“Kamu sadar dengan kata-katamu tadi?” katanya.
“Ia memang kenapa, Tuhan itu tidak adil padaku” jawabku.

Tiba-tiba,
"Plak,,"
Sebuah tamparan mendarat di pipi kananku, keras sekali hingga membuat tubuhku tersungkur ke pasir. Belum sempat aku berdiri, ia menindihku lalu memegang kerahku. Sebuah pukulan kembali mendarat di perutku, keras sekali.

Aku terbatuk, kurasa mual di perutku. Hingga rasanya ingin muntah.

“Mana Andika yang dulu aku kenal, hah!?” katanya sambil memegang kerahku.
“Andika yang selalu saja kuat menghadapi semua cobaan. Sampai kapan kamu menyiksa dirimu hanya karena wanita yang telah menyia-nyiakan hidupmu?” katanya.

Aku hanya diam, sambil meringis menahan sakit. Sesekali, terasa mual dan terbatuk.

“Jangan pernah kau menyalahkan Tuhan. Ia tahu mana yang terbaik untukmu. Jika memang kalian harus berpisah, mungkin inilah jalan yang terbaik” katanya.
Setelah itu, aku tak mampu berbuat apa-apa. Tak terasa aku tersadar, bahwa Anto benar, selama ini aku terus menyiksa diriku sampai seperti ini.

“Sudahlah, masih banyak waktu untuk menemukan kembali kebahagiaanmu. Bangkit, kau sudah tahu sakitnya terjatuh. Maka segeralah bangkit, obati lukamu, dan tatap masa depan yang ada di depan. Hidup itu terus berjalan kawan!” katanya.

Hening, suara pasir berdesir diterpa tiupan angin malam pantai yang dingin. Ombak pun kembali bersahutan. Gemuruhnya mulai reda, seperti gemuruh kemarahanku yang juga mulai reda. Aku mulai sadar, bahwa aku harus bangkit. Dan malam itu, Anto telah membukakan pikiranku, kalau hidup itu tak akan berhenti. Hidup akan terus berjalan, dan aku harus mampu menjalaninya.

Aku tersadar, meski dengan pukulan telak di tubuhku.

**********
Setelah malam itu, aku mulai menemukan lagi semangat hidupku yang lama hilang. Ku jalani hari-hari dengan semangat. Kucoba tersenyum dan bahagia, meski kadang sakit jika teringat akan dirinya. Namun kucoba mencari kesibukan lain yang dapat melupakan semua pikiran tentangnya.

Namun aku belum berani mencoba untuk membuka hati, dan mencari sesosok wanita  untuk mendampingiku. Rasa sakit dan trauma sedikit menghantui. Walau ada teman yang mengatakan bahwa aku segera mencari wanita lain, jika ingin melupakannya.

“Masalah cinta, harus diselesaikan dengan cinta” kata seorang kawan

Memang benar kata kawanku tersebut, namun aku belum berani untuk mencobanya. Aku takut, akan terjatuh kedalam lubang yang sama.

Berbulan-bulan kujalani hidup seorang diri. Tanpa seseorang yang aku jadikan tempat sandaran hati. Hampa mulai merangsak ke dalam sukma. Hingga timbul keinginan untuk mencoba mencari orang yang dapat mengisi kekosongan ini.

Hidupku mulai indah, saat aku mengenal seorang gadis. Gadis itu tidak asing bagiku. Ia adalah seniorku waktu kuliah dulu. Kami satu organisasi. Aku mengenalnya, ia gadis yang cantik, cerdas dan berwibawa. Sering kami sms san sambil bertanya kabar. Ia tahu tentang semuanya. Ia tempat aku curhat. Seringkali ia memberikan motivasi untukku agar lekas bangkit.

Tak terasa, ada hati yang berbicara saat aku chatting atau sms denganya. Namun ku kubur dalam-dalam. Aku takut mengungkapkannya, karena ia adalah orang yang sangat aku kagumi dan aku hormati dulu sebagai senior.

Seiring berjalannya waktu, sering aku bercanda dengannya. Bersamanya aku dapat tersenyum. Ia tak tahu, jika selama ini aku mengaguminya. Biarlah aku saja yang tahu. Aku nyaman dengannya, dan tak ku pungkiri bahwa aku jatuh cinta padanya. Namun sekali lagi, aku tak berani mengungkapkan itu.

Ku coba mencari jawab lewat bahasa sms dan chattingnya. Ternyata ia juga baru saja mengalami nasib yang sama. Ia baru ditingal pacarnya karena masalah selingkuh. Obrolan kami semakin nyambung saja. Kadang-kadang, diselingi dengan canda dan tawa. Obrolan kami hanya dapat dilakukan via dunia maya atau via Telephon. Karena ia sekarang bekerja di Bekasi.

“Aku akan ke Semarang nih” katanya lewat pesan sms.
“Ah yang benar, kapan mbak?” kataku memastikan.
“Besok pas acara Out Bond” katanya.
“Oh, dating? Ok dah, aku tunggu?” kataku kegirangan.

Memang minggu waktu itu, organisasi tempat kami berkecimpung dulu akan mengadakan Out bond. Ia sebagai senior tentu saja di undang untuk mengikuti acara tersebut.

Sabtu pagi, pukul 8.30 ia memberi tahu bahwa sudah sampai Semarang. Betapa girang hatiku karena akan berjumpa dengannya. Namun aku mencoba sebisa mungkin menutupi perasaan itu.

“ Aku udah nyampe nih” katanya.
“Sampai mana,? Semarang?” tanyaku.
“Ia, “ jawabnya.
“Selamat dating di Semarang, penuh kenagan” ledek ku.

Aku berharap ia memintaku untuk menjemputnya. Namun ia tak melakukannya. Satu hal yang mungkin aku salah. Dalah hatiku, aku tahu bahwa ia juga suka padaku. Namun aku tak mau besar hati terlebih dahulu. Aku harus mencermatinya dengan seksama. Aku takut jika aku ke PD an, nanti malu sendiri. Dalam kamus percintaan ku, aku belum pernah di tolak cewek. Jika ini terjadi padanya, pasti akan merusak reputasiku sebagai pujangga cinta yang telah aku ukir bertahun-tahun lamanya.

Sore menjelang, saat itu semua teman-teman organisasiku sudah siap di kampus. Aku di telpon oleh ketua panitia, untuk segera berangkat. Langsung aku menuju ke kampus. Sesampainya di depan gerbang, aku dipanggil oleh temanku. Mereka sedang asyik ngobrok di Koprasi Mahasiswa sambil minum dan makan makanan kecil.

Namun satu yang membuat aku berdesir, aku terkejut karena bersama mereka, duduk seorang wanita yang selalu mengganggu nyenanyaknya tidurku malam-malam ini. Aku hanya berusaha untuk menutupi perasaan itu, hingga seolah tak ada apa-apa. Ku salami ia dan ia tersenyum.

“Ooohh tuhan,, indah sekali senyum itu”, bisikku dalam hati.

Cukup lama aku mengobrol dengan mereka. Kulihat ia sedikit salah tingkah juga di depanku. Begitupun aku, namun aku sebisa mungkin menyembunyikan semuanya.

“Ikut Out  bond kan mbak?” kataku.
“Emm,,gimana yah, soalnya besok aku ada kondangan ke tempat temen”katanya,
“Kan acaranya besok, jadi malam ini ikut yah?” kataku.
“Ga tau nih, kayaknya ga bisa” katanya.

Betapa aku kecewa waktu itu. Aku yang sudah merencanakan ingin mengungkapkan isi hatiku padanya waktu malam api unggun nanti, sirna karena ia ternyata tidak akan ikut ke acara kami. Aku kecewa, namun aku berusaha untuk tidak terlihat kecewa di depannya.

Mobil jemputan rombongan kami pun dating. Awalnya aku ingin berboncengan dengan teman, berharap dia juga mau boncengan sama aku. Tapi, karena semua tidak sesuai rencana, aku putuskan ikut mobil rombongan kami. Aku salami dia, dan berjalan menuju mobil dengan perasaan kecewa.

Aku ingin mengajaknya, membujuknya agar ikut. Namun karena ia seniorku, sepertinya aku tak pantas melakukannya. Untuk itulah aku hanya menelan rasa kecewa. Sesampainya di tempat kami out bond, aku tak bergairah mengikuti acara. Aku hanya duduk, sesekali memainkan gitar dan menghisap rokok sambil bernyanyi.

Malam dating, dinginnya puncak gunung mulai turun ke lembah tempat kami berkemah. Lalu kami menyalakan api unggun di depan tenda. Api menyala, dan hangat mulai terasa. Setelah acara pembukaan, kami ramah tamah. Ada pembacaan puisi malam itu. Semua di gilir untuk membacakan puisi waktu itu. Tiba giliranku.

Akh, andai ia ada di sini, pasti aku ciptakan puisi terindah hanya untuknya. Setidaknya, agar ia tahu bahwa aku suka padanya. Namun ku urungkan, akhirnya aku karang saja puisi tentang kehidupan orang lain, puisi bertema social yang aku bacakan. Selesai membacakan puisi, gentian teman-teman yang lain yang membacakannya. Ku ambil gitar, sambil ku iringi puisi mereka dengan petikan gitar yang romantic. Tiba-tiba HP ku berbunyi, dan saat itulah senyum merekah di bibirku.

Aku mau kesana, tunggu yah. Kata pesan singkat dalam sms yang aku terima. Namun pesan singkat itu seolah menjawab semua kegundahan hatiku. Semangatku kembali bergelora.

Akhirnya, sang bidadari pujaan hatiku dating juga. Bersama teman yang lain, ia dating memenuhi janjinya. Aku hanya diam, ku coba sambut dengan salaman. Dan aku teruskan mengiri pembacaan puisi teman-teman dengan petikan gitar yang mesra.

Malam terus bergelayut, dingin mulai menghancurkan tulang rusuk. Kami masuk ke dalam tenda dan acara ramah tamah dilanjutkan di sana. Ada sebuah permainan yang kami mainkan. Dan dari permainan itu, aku menemukan sesuatu, bahwa sebenarnya, ia juga ada rasa padaku. Terlihat saat ia salah mengikuti permainan itu. Terlihat ia gugup sekali. Dan kesempatan itu tidak aku sia-siakan, aku menjadi pemenang dalam permainan tersebut. Kulihat ia tersenyum tersipu.

Kantuk mulai menghantui kami. Banyak teman-temanku yang sudah tertidur, namun aku dan beberapa orang yang lain memutuskan untuk begadang sambil bernyanyi bersuka cita. Ia ikut dalam rombongan kami. Banyak sekali lagu yang kami nyanyikan. Sesekali, canda tawa kami bergema mengusir sunyinya malam. Aku cukup bahagia, melihat tawa renyah dari seseorang yang aku kagumi. Dalam hati berkata

“Andai aku sanggup memilikinya”

*********
“Kamu tidak tidur mbak?” Kataku, ia menggeleng.

Lalu kami duduk berdua, awalnya ada teman yang juga ngobrol dengan kami, namun karena mengantuk, teman itu tertidur. Tinggal aku dan dia. Kami banyak cerita tentang kehidupan kami, termasuk masalah percintaan yang sedang kami hadapi. Maklum, aku baru saja ditinggal kekasihku, sementara ia juga merasakan hal yang sama. Cintanya kandas di tengah jalan.

Seperti setali tiga uang, mungkin peribahasa itu sangat pantas buat kami. Cerita kami nyambung, dan aku merasakan sekali saat itu, bahwa ia juga memiliki rasa yang sama seperti yang aku rasakan. Ia juga ingin mencari pengganti kekasihnya, seseorang yang dapat membuat ia bahagia, tertawa dan kembali merajut hidupnya yang telah berserakan. Dan mungkin, aku orang yang tepat.

Aku tidak sombong kawan, aku dapat melihat dari cara ia tertawa, cara ia menatap mata ini. Ada kata yang tak terucap.

“Nyanyi lagi dong” katanya
“Mau lagu apa?” kataku
“Terserah kamu, yang penting asyik” pintanya.

Langsung ku petik senar gitar yang sedari tadi diam di pelukanku. Aku teringat sebuah lagu yang sangat cocok menggambarkan suasana hati kami. Denting demi denting ku mainkan. Lagu “Butiran Debu” milik Rumor aku nyanyikan. Kulihat ia tersenyum, dan ikut bernyanyi bersamaku. Banyak sekali lagu yang kami nyanyikan berdua. Ternyata suaranya juga sangat indah kawan. Aku hanyut dalam khayalan indah bersamanya. Semalam kami lalui berdua, dibawah nyanyian pohon pinus dan desiran dingin angin gunung Ungaran. Dan hati kami, berkobar bak api unggun di hadapan kami.

********
Malam berganti pagi. Persis semalam suntuk aku tidak memejamkan mata untuk menggapai indahnya mimpi. Ku ambil air wudhu kemudian ku tunaikan kewajibanku terhadap sang pencipta. Setelah itu, kami memutuskan untuk mendaki gunung, dan mandi di air terjun di atas sana.

Semua orang berangkat, sementara aku dan dia, dibelakangan. Kami bertiga dengan Munir, sahabatnya juga bersama kami. Sepanjang jalan, kami tertawa bersama, kadang juga bercanda. Ada cerita yang menurutku mengasyikkan, saat aku genggam tangannya. Kurasa, ada getar cinta yang mengalir dari tangannya. Aku semakin yakin jika dia juga memiliki rasa yang sama sepertiku. Ada cinta, namun tak terucap.

Sepanjang perjalanan saat aku mengantarnya pulang, kami banyak bercerita. Tentang kisah-kisah percintaan kami masing-masing. Aku menceritakan pengalamanku, ia juga sama. Tiba-tiba ia menceritakan tentang seseorang yang menyukainya, namun tak menyatakan cinta kepadanya. Setelah ia punya pacar, orang tersebut marah dan merasa kecewa. Sebenarnya ia juga memiliki rasa cinta kepada orang tersebut, namun karena tak kunjung di nyatakan, akhirya ia memilih orang lain yang lebih siap dan berani berkata cinta.

“Cewe itu butuh kepastian. Jujur saja jika memang suka, mungkin akan dipertimbangkan”, katanya.

Sontak kata-kata itu bagaikan cambuk bagiku. Awalnya aku tak ingin mengatakan perasaan ini. Tapi kata-kata itu mengisyaratkan, bahwa inilah kesempatanku untuk menyatakan semuanya. Aku tahu bagaimana resiko yang akan aku hadapi, namun aku tetap mengatakannya, agar perasaan ini tidak selalu menggangguku.

“ Oh gitu yah, emang kenapa cewe itu butuh kepastian?” tanyaku memancing.
“Soalnya, cewe tidak suka digantung, jika suka sama suka, kenapa tidak” katanya.
“Em,,gitu yah, aku boleh jujur ga?” tanyaku.
“ Jujur tentang apa?”
“Aku suka sama kamu, jujur aku ada rasa sama kamu. Aku merasa bahwa kamu orang yang selama ini aku cari.”kataku sambil bergetar.

“Maaf kalo aku lancang, tapi aku sungguh suka sama kamu. Bolehkah aku mengisi harimu, menjadikan kamu bagian dari hidupku?” pintaku.

Ia hanya terdiam, sambil memukul-mukul punggungku. Cukup lama aku menanti jawaban itu.

“ Kamu lagi nggak becanda kan?” tanyanya.

Pantas saja ia bertanya seperti itu. Karena waktu itu, tidak ada bunga, tidak ada music apalagi makan malam yang romantic. Aku mengungkapkan perasaan itu di atas motor, dimana aku mengantarnya pulang. Karena pikirku, kesempatan itu tidak akan pernah dating untuk kedua kalinya. Meskipun ia dating, mungkin dengan cara dan suasana yang berbeda. Aku tidak mau ambil resiko itu. Apapun kejadiannya, aku harus ungkapkan. Dan aku rasa, saat itu adalah waktu yang tepat.

“ Aku serius, aku benar-benar suka sama kamu, “ tegasku.

Ia diam sejenak, mungkin menguatkan diri untuk menjawab pertanyaanku.

“Jujur, sebenernya aku juga suka sama kamu, tapi kamu tahu kan bagaimana cerita cintaku. Aku baru saja mengalami kegagalan cinta. Aku takut terulang lagi” katanya.

Cukup lega juga perasaanku. Ternyata benar dugaanku, bahwa ia juga menyimpan perasaan yang sama. Ternyata ia juga suka padaku.

“ Ia aku tahu. Mungkin waktu ini tidak tepat. Aku tahu kamu baru saja sakit hati. Aku tidak mau berjanji, tapi aku akan berusaha untuk tidak menjadi sepertinya” ujarku meyakinkan.
“ Kamu tidak menjadikan aku pelarian semata kan?” tanyanya.
“ Untuk apa? Demi melupakannya?. Memang resiko orang habis patah hati, selalu saja dianggap mencari pelarian” kataku.
“ Emang salah yah jika aku ingin mencoba bangkit, dan mencari orang lain yang pantas mendampingiku, mengisi hari-hariku, dan menemukan kebahagiaan bersamanya?” aku kembali meyakinkannya.

Ia hanya diam. Aku tahu banyak hal bergejolak dalam dirinya. Lalu sampailah kami di tempat tujuan dimana aku harus merelakannya pergi. Lalu ia berkata.

“ Aku belum bisa menjawabnya sekarang, maaf yah”ia berkata.

Lalu aku tarik dia ke belakang, kemudian ku berbisik di telinganya,

“ Jangan buat aku menunggu terlalu lama yah. Aku serius suka sama kamu. Aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik. Dan aku akan berusaha, untuk tidak membuatmu menangis, seperti kisah cintamu yang lalu”, kataku dengan yakin. Ia tak mampu berkata, hanya mengangguk pasrah.

Lalu, ia pun pergi…….

*********
1 Ramadhan 1433 H /20 Juli 2012 adalah hari dimana dimulailah sebuah kisah tentang cintaku yang baru. Bersama seseorang yang aku sayangi. Bersamanya, aku mencoba untuk menyusun kembali serpihan hatiku yang berserakan. Hidupku semakin berwarna. Hari-hari selalu di liputi canda dan tawa.

Ia yang telah mengajarkan aku tentang hidup. Ia juga mengajarkan aku tentang ikhlas. Ia tak ingin aku membencinya. Karenanya pula, aku mampu memaafkan kesalahan dari orang yang dulu aku cinta, namun berubah menjadi orang yang aku benci. Aku mampu memaafkan dan mendoakan agar ia bahagia bersama laki-laki pilihannya. Karena aku juga telah bahagia bersama seseorang yang kini aku cinta.

Meski jarak dan waktu memisahkan tubuh kami, namun hati ini telah menyatu. Di bawah panji-panji kerajaan cinta yang suci, ku lukis tentang kisah ini. Aku kini mulai berani mencoba merajut mimpi-mimpi indah masa depan yang telah hancur berserakan. Ia adalah bidadari yang Tuhan turunkan untuk menyembuhkan luka hatiku, dan menghadirkan senyum baginya. Begitu juga aku, yang Tuhan turunkan sebagai Pangeran untuk mengisi hari-harinya yang juga hamper musnah. Kami berdua sama, berawal dari sakit hati karena cinta, namun karenanya, kami dipersatukan.

Dalam gumam kami bersyukur, tuhan telah persatukan kami dan mengizinkan kami merasakan keindahan cinta, meski setelah kami merasakan pahitnya cinta itu. Lalu kami sadar, dengan beberapa saduran bait puisi dari sang pujangga sejati, Kahlil Gibran.

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
Ketika kita menangis?
Ketika kita membayangkan?
Ini karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT…

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan..
Ada orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan…
Tapi ingatlah…
Melepaskan BUKAN akhir dari dunia..
Melainkan awal suatu kehidupan baru.

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis,
Mereka yang tersakiti,
Mereka yang telah mencari…
Dan mereka yang telah mencoba..
Karena MEREKALAH yang bisa menghargai
Betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka…

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya,
Melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh,
Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada,

Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang,
bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
melainkan karena kita menyadari bahwa
orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.

Apabila cinta tidak bertemu
Bebaskan dirimu
Biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi
Kau mungkin menyadari
Bahwa kamu menemukan cinta dari kehilangannya….


Kami telah menangis, kami telah tersakiti, dan kami juga telah berusaha mencari dan juga bangkit. Hingga saat ini, kami telah benar-benar membuktikan bahwa kami telah menemukan cinta yang lain, yang lebih baik dari kehilangan mereka. Dan kini, kami hanya ingin merasakan kebahagiaan itu bersama. Itu sudah.



Semarang, 6 November 2012, refleksi kisah cintaku, bersama sang Putri Tidur.

Rabu, 31 Oktober 2012

Caraku Yang Salah

Jika apa yang ku lakukan salah
Maka katakana saja
Usah kau takut
Aku bukan binatang jalang
Juga bukan orang yang anti kritik

Aku sadar,
Bahwa tak semua yang kulakukan itu benar
Aku juga sadar, bahwa benar bagiku,
Belum tentu benar adanya bagimu

Aku bukan pujangga
Juga bukan penyair
Apalagi politisi

Aku hanya insan tak berdaya
Yang tak pandai mainkan kata
Bukan seperti mereka
Merayu penuh cinta
Meski kadang tipuan belaka

Namun,
Satu hal yang ingin ku katakan
Bahwa sebenarnya
Semua yang kulakukan itu,
Semata bentuk kasih sayangku

Walau mungkin,
Dalam mengungkapkannya
Aku menempuh cara yang salah




Bisikan Kalbu,Untukmu yang Jauh Disana, 
Cendana, 1 November 2012









Maaf

Maaf,,
Kata yang tak mampu ku ucap
Tak mampu ku gumam
Dan tak mampu ku lontarkan

Sekeras apapun ku berusaha
Sekuat apapun,
Tetap tak bersua

Namun,
Jika kata itu mampu ku ucap
Dan bibir ikut bergumam
Serta mata sanggup memandang

Ingin sekali kau tahu
Bahwa,,

Dalam ucapku
Teriring gumam lirih
Serta tatapan mata yang sayu
Terlontar kata itu

“Maaf, aku terlalu menyayangimu”



 Semarang, 1 November 2012, Dalam Gumam Lirih Penuh Kerinduan






Senin, 29 Oktober 2012

Narasi Kecil Melawan Lupa

Judul Buku      : Melawan Lupa;Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali
Editor              : Agung Wardana & Roberto Hutabarat
Tahun Cetak    : 2012
Penerbit           : Taman 65 Press
Tebal               : 184 Halaman
Resentator       : Kenthip Pujakesuma


Leganya Hatiku mendengarnya, karena kegelisahanku terjawab sudah..
Namun aku tidak peduli dengan sejarah kakekku yang mungkin beringas saat itu…
Aku berpikir kala itu hanya ada dua pilihan yang sangat dilematis
….Membunuh atau Dibunuh….
Mungkin saja kakekku memilih untuk membunuh
Namun, di akhir hayatnya justru dia yang harus mati terbunuh

Penggalan puisi berjudul ??? karya Indra Kusuma ini adalah salah satu dari tulisan tentang kengerian gerakan G 30 S PKI yang terjadi di Bali. Tulisan tulisan itu tertuang dalam sebuah buku berjudul Melawan Lupa; Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali. Buku setebal 184 halaman terbitan Taman 65 Press ini merupakan salah satu dari sekian banyak buku yang mencoba menguak kembali peristiwa masa kelam masa lalu.

Peristiwa G 30 S PKI adalah salah satu Peristiwa kelam yang saat ini hampir dilupakan oleh bangsa Indonesia. Bangsa ini memang dikenal sebagai bangsa pelupa, lupa atas dosa masa lalu, lupa atas kejadian penyimpangan masa lalu dan melupakan peristiwa kelam masa lalu.

 Buku berjudul Melawan lupa, Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali ini memang mengupas secara mendetail tentang peristiwa G 30 S PKI yang terjadi 65 tahun silam. Didalamnya terdapat cerita-cerita tentang bagaimana keberingasan sejarah kelam bangsa Indonesia waktu itu. Beragam peristiwa diceritakan oleh anggota Komunitas Taman 65 Bali yang merupakan keluarga dari peristiwa Gestok tersebut. Tidak hanya keluarga korban saja, melainkan dari keluarga Tameng.

Buku ini mencoba mengingatkan kembali kepada pembaca, untuk tidak menerima begitu saja pernyataan yang ditulis dalam buku sejarah yang beredar selama ini. Anggapan bahwa sejarah yang bergulir saat ini merupakan penipuan oleh pemerintah pada waktu itu. Saat itu tidak ada seorang pun berani menentangnya, karena mempertanyakan tragedy 65 saja sudah dianggap melecehkan “sejarah resmi” bikinan Negara. Bangsa ini digiring dalam sebuah ingatan yang mistis tentang kepalsuan tersebut dengan cara penataran P4, kurikulum sekolah, museum, dan film yang wajib ditonton oleh setiap warga Indonesia.

 Tindakan pendiaman atau membuat orang lupa, menjadi tindakan sistematis yang dilakukan oleh penguasa waktu itu. Hal ini dimulai ketika para pelajar di sekolah diharuskan untuk menerima “asupan” dari penguasa akan sejarah yang berjalan di Indonesia. Upaya untuk meluruskan cara penulisan catatan atau sejarah inilah yang di giatkan oleh para penulis buku Menolak Lupa;. Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali. Misalnya tentang kekerasan atau pembantaian politik G30 S PKI. Sejarahnya hanya tersedia versi penguasa lengkap dengan versi pembenarannya. Perlu ada upaya untuk menggali, mengkaji dan menulis ulang perjalanan sejarah Negara, bangsa dan masyarakat negeri ini.

Buku setebal 184 halaman ini cukup jelas menggambarkan sejarah versi komunitas taman 65 Bali. Meski buku ini tidaklah dapat mewakili kompleksitas sejarah kekerasan politik 1965-1966 dan melakukan simplifikasi atas dinamika taman 65 berserta nilai nilai yang hidup dalam berkomunitas. Namun penulis berusaha untuk menyajikan pemikiran dan refleksi atas hubungan personal mereka dengan sejarah. Untuk itulah, tulisan buku ini dapat dikatakan sebagai narasi kecil untuk membongkar sejarah yang saat ini sudah dianggap mapan. Harapannya bertujuan untuk membongkar narasi sejarah yang sepertinya dengan sengaja membungkam kebenaran sejarah untuk me-lupa-kan ingatan masyarakat tentang kekejaman waktu itu.

Rabu, 24 Oktober 2012

Jalan Terjal Menuju Tanah Suci

Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(Qs. al-Hajj/22:78)

 Ayat di atas sepertinya tidak berlaku saat ini. Di musim haji tahun 2012 ini, puluhan ribu umat Islam mengalami kesusahan dan kesempitan untuk menjalankan perintah agama, yakni berangkat ibadah Haji.

Hartati (65), warga Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak ini masih saja mengenakan pakaian Hajinya, meski gagal berangkat ke tanah suci. Hartati adalah salah satu korban betapa bobroknya penyelenggaraan haji di Indonesia. Ia tidaklah sendirian, puluhan ribu calon jemaah haji juga mengalami nasib yang sama dengan Hartati. Tidak hanya gagal berangkat haji, ada juga diantara calon jemaah yang ditipu oleh biro-biro haji “nakal” dengan membawa lari uang mereka.

Hartati masih saja termenung. Sesekali, air mata menetes berlinang membasahi bumi. Dalam dunia khayalnya, saat ini ia bersama ribuan orang yang lain, sedang khusyuk mengikuti segala ritual pelaksanaan Haji di Tanah suci. Tangannya sedang meraba dan mencium Hajar Aswad yang ada di dinding Ka’bah. Sementara matanya, memandang keagungan Tuhan dengan berbagai keindahan kota Makkah dan Madinah serta indahnya peninggalan para Nabi. Namun semua yang telah lama ia impikan itu sirna sudah ketika Hartati tersadar bahwa kenyatannya sekarang ia masih duduk di rumahnya.

Malu dan sedih, mungkin itulah yang dirasakan oleh Hartati dan mereka yang mengalami nasib yang sama. Setelah sekian tahun menabung untuk keberangkatan ke Tanah Suci Mekah, setelah uang terkumpul, namun gagal berangkat. Penantian yang lama menjadi sia-sia. Dan yang paling menyedihkan lagi, uang yang mereka kumpulkan untuk berangkat Haji tersebut,ada juga yang raib dibawa kabur oleh biro haji yang nakal. Astaghfirullah, meminjam istilah Gus Mus, semua itu merupakan penderitaan yang benar-benar sempurna!.

Belum rampung kekecewaan dan kesedihan yang dihadapi, mereka calon haji yang gagal berangkat tersebut juga harus menanggung malu. Malu pasti menghantui, setelah keberangkatannya ke tanah suci, sudah tersebar luas ke seluruh masyarakat penjuru kampung namun pada akhirnya tidak terealisasi.  Ucapan miring dan cemoohan pasti akan keluar dari mulut tetangga yang kurang berempati terhadap mereka. Bias saja, mereka dijuluki Haji “gatot” kepanjangan dari Haji yang gagal total.

Kasus demi kasus dalam pelaksanaan ibadah Haji Indonesia terjadi setiap tahun. Beragam kasus selalu saja muncul di permukaan sesaat atau sebelum ibadah tahunan itu dilaksanakan. Mulai dari kasus penipuan oleh biro travel Haji, penundaan keberangkatan, hingga sarana dan prasarana yang belum memuaskan menjadi PR bagi pemerintah.

Buruknya penanganan kebijakan dan manajemen Haji di Indonesia membuat ribuan orang harus menghapus mimpi menuju tanah suci. Tak jarang dari mereka menjadi stress dan gila karena sudah habis semua barang berharga dijual untuk dana keberangkatan ibadah haji.

Sepertinya, pihak Kementerian Agama yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan haji di Indonesia, belum juga belajar dari berbagai masalah yang selalu dihadapi. Karena setiap tahun, masalah yang muncul hamper sebagian besar sama dengan pelaksanaan haji di tahun yang sudah lalu. Jika mereka mau membuka hati, pasti kejadian serupa tak akan terulang lagi.

Semoga Kementerian Agama terutama Dirjen Haji dan Umrah mau berbenah dan segera menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Penindakan yang tegas terhadap Biro Haji yang tidak amanah harus segera dilakukan. Diberlakukannya sejenis akreditasi kepada Biro Haji adalah hal mutlak untuk meminimalisir penipuan berkedok haji. Selain tindakan eksternal, Dirjen Haji dan Umrah juga harus melakukan pembenahan internal instansi, untuk menghapus praktik korupsi yang sudah berkembang pesat di sana.

Jika hal ini tidak segera dilakukan, maka setiap tahun Instansi ini akan menjadi sorotan dan cemooh banyak orang. Indikasi korupsi yang terjadi sekarang, sudah cukup membuat malu dan gerah umat Islam di Indonesia. Bagaimana tidak, mereka yang ada di Dirjen Haji dan Umrah memiliki embel-embel haji di depan namanya, namun menipu calon haji. Hal yang ironis dan sepertinya sudah terbiasa terjadi di Negara gagal ini. Subhanallah, semoga mereka segera diberikan kesadaran. Amin.






Senin, 08 Oktober 2012

Permataku


Tak pernah kubayangkan memiliki permata seindah dirimu
Cahya yang terpancar dari rona wajah manismu
Buatku melayang

Dua hari terindah yang kulalui kemarin,
Tak 'kan bermakna tanpamu
Mereka hanya menjadi hari yang biasa aku lalui
Dalam kesendirian yang membosankan

Kau warnai setiap lekuk hidup yang kujalani
Hingga buatku tertawa
Meski hanya dua hari

Permataku
Setelah pertemuan itu,
Salahkah jika kini aku semakin mencintaimu
Dan berharap untuk selalu bersamamu?
 
Permataku
Aku hanya yakin, kau 'kan selalu disampingku
Saat dunia ini berantakan
Dan kelak,
Kau pun akan selalu di sisiku
Saat dunia memulai kehidupannya kembali 
Membimbing dan memapahku menuju sebuah kebahagiaan

Permataku,
Tetaplah kau menjadi permata indah yang kumiliki
Meski aku hanya sebongkah kerikil tak berarti

*Semarang, 6-7 Oktober 2012, bersama sang Putri Tidur.






Selasa, 25 September 2012

Mengurai Benang Kusut Generasi Tawur Indonesia

Dunia pendidikan kembali dirundung awan kelabu, setelah terjadi  tawuran antara siswa SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta di kawasan Bulungan - tak jauh dari Blok M Plaza - pada Senin (24/9/2012). Tak hanya tawuran biasa, kali ini, kembali satu nyawa terbuang sia-sia. Adalah Alawy Yusianto Putra, siswa SMA 6 kelas X berusia 15 tahun, tewas akibat terkena sabetan celurit di dadanya.

Peristiwa ini bukanlah pertama terjadi di kedua SMAN yang notabene adalah SMA favorit di wilayah Jakarta Selatan itu. Sudah berkali-kali, tawur antar kedua Sekolah Menengah Atas tersebut terjadi. Sampai-sampai, mantan Kapolrestro Jakarta Selatan, Kombes Imam Sugiyanto menyebut jalur antara SMAN 70 dan SMA 6 di Jalan Mahakam, Kebayoran Baru itu sebagai “Jalur Gaza”.

Jalur yang identik dengan wilayah rawan konflik  Palestina-Israel di Timur Tengah ini menurut Sugiyanto cocok untuk merepresentasikan bagaimana para siswa tersebut beradu adrenalin. Tentunya kita tidak perlu bangga dengan julukan tersebut. Karena prestasi tersebut bukanlah hal yang patut dibanggakan.

Tawuran sekelompok massa dengan pelaku manusia-manusia Indonesia sepertinya bisa dikatakan sudah menjadi budaya. Jika dihitung, sudah berapa korban yang menjadi tumbal dari tawuran tersebut. Tidak hanya kalangan remaja (Siswa dan Mahasiswa), masyarakat dan juga kelompok elit pun sepertinya terjangkit syindrom akut tentang budaya rimba ini.

Tentu diantara pelaku tersebut memiliki tujuan dan latar belakang yang berbeda-beda. Secara sosio-psikologis masa remaja merupakan masa  pencarian jati diri sekaligus eksistensinya ingin diakui. Namun sayangnya apa yang mereka persepsikan eksistensi tersebut tidak selamanya bukan merupakan hal-hal yang positif. Sebaliknya justru hal-hal yang negative contoh tawuran yang dilakukan, karena hal yang semacam itu lebih mudah untuk mendapatkan perhatian.

Sementara tawuran yang terjadi di kalangan elit politik, seringkali dilatarbelakangi oleh kepentingan yang menyangkut harga diri. Jika harga diri mereka terusik, maka tawuran adalah solusi untuk menyelesaikannya. Bukan tawuran secara fisik yang dilakukan, melainkan perang-perang kata, perang kebijakan, saling menjatuhkan dan sebagainya.

Tanggung jawab bersama
 Nasi telah menjadi bubur, nyawa telah hilang dari raga. Namun apakah kita akan diam saja dan membiarkan nyawa generasi penerus kita yang lain melayang?. Tentu saja tidak. Cukup sudah!. Semua pihak harus duduk bersama mencari solusi secepat mungkin. Bukan lagi mencari siapa yang bersalah, karena sampai kapanpun tidak akan selesai dengan upaya pengkambinghitaman dari kejadian ini.

Banyak kalangan yang menilai bahwa pihak sekolah yang patut disalahkan, karena tidak mengemban tugas dengan baik. Tentu tuduhan itu tak beralasan. Kadarwati, kepala sekolah SMAN 6 saat diwawancarai salah satu televisi swasta mengatakan bahwa pihak sekolah telah mengeluarkan kemampuan semaksimal mungkin untuk menekan perilaku negative dari siswanya. Bahkan, Kadarwati telah mengeluarkan atau men drop out puluhan siswanya yang telah melakukan pelanggaran berat. Selain itu, puluhan orang tua siswa juga telah mendapat surat teguran dari sekolah terkait kelakuan anak-anaknya.

Tidak hanya sekolah yang bertanggung jawab atas kejadian tragis ini, melainkan seluruh komponen pendidikan. Komponen tersebut meliputi siswa, keluarga, masyarakat, sekolah dan juga pemerintah. Keseluruhan komponen tersebut memiliki andil dalam membentuk karakter siswa. Apabila salah satu komponen tersebut tidak berjalan dengan baik, maka akan terjadi ketimpangan yang menyebabkan terjadinya konflik-konflik serupa.

Banyak solusi yang ditawarkan oleh para pakar pendidikan kita. Namun sebagai orang yang dahulu pernah mengalami kerasnya kehidupan tawuran, maka penulis menawarkan tiga buah solusi. Pertama penegakan hukum yang represif, kedua mengedepankan dialog dengan upaya pendekatan secara psikologis, dan terakhir dengan pemberian fasilitas untuk mereka berekspresi.

Pertama, pemerintah melalui lembaga hukumnya memiliki peran penting dalam menuntaskan kasus tawuran antar siswa ini. Masih adanya tawuran yang terjadi selama ini, dinilai karena hukum belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Banyak pelaku kriminal dari kalangan siswa dalam tragedi tawuran masih berlindung aman di bawah ketiak orang tua mereka. Hukum dirasa lemah dalam pemberian punishment kepada pelaku tawuran. Berkedok perlindungan anak, hukum dengan mudah melepas para pelaku kekerasan dalam dunia pendidikan tersebut.

Padahal, jika kita mengingat perkataan Jeremy Bentham (1748-1832), seorang ahli filsafat hukum yang hidup semasa Revolusi Amerika Serikat dan Revolusi Prancis, bahwa hukum memiliki manfaat yang besar dalam menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat. Hukum juga memiliki cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan konflik tersebut sehingga mampu menciptakan kebahagiaan terbesar kepada sebanyak mungkin orang (the greatest happinest for the greatest numbers).

Pemberian hukuman yang setimpal memungkinkan akan menimbulkan efek jera, baik kepada pelaku maupun siswa lain yang rentan melakukan tawuran. Rasa takut pasti akan menghantui, sehingga mereka pasti akan berpikir dua kali untuk ikut beradu otot di jalanan. Mereka pasti tidak mau menjadi seperti teman mereka yang di drop out dari sekolah dan meringkuk di dalam sel tahanan.

Selain tindakan hukum yang represif di atas, langkah kedua yakni upaya pendekatan secara psikologis juga sangat perlu dilakukan. Mengedepankan aspek berdialog kepada mereka adalah hal mutlak untuk mengetahui apa akar permasalahan dari siswa. Baik keluarga, sekolah, masyarakat dan juga pemerintah dirasa kurang mau mendengar apa yang menjadi permasalahan di antara mereka. Yang sering terjadi, vonis tak diinginkan dilayangkan kepada mereka secara langsung, tanpa mau mendengar apa alasan mereka berperilaku seperti itu.

Ketiga, Memberikan fasilitas yang memadai bagi generasi muda itu untuk mengekspresikan dirinya, tentu dengan pengawasan dari berbagai pihak. Tidak menutup kemungkinan, tindak tawuran juga diakibatkan kuranya fasilitas yang memadai bagi mereka untuk berekspresi.

Tiga pendekatan di atas, harus segera dilakukan untuk mengurai permasalahan yang terjadi, sehingga dapat menekan angka tawuran di Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa, tidak sepantasnya mereka brutal dan mengedepankan otot dibanding otak. Sudah bukan saatnya lagi kita bangga dengan hal-hal yang negative. Belajar dengan rajin dan melakukan segala hal yang bermanfaat adalah tugas dan tanggungjawab mereka sebagai siswa, generasi penerus bangsa. Karena dipundak mereka, tersemat sebuah harapan akan masa depan bangsa.

Mari kita berusaha untuk menjadi generasi yang berkualitas, karena generasi tersebut, adalah aset bagi bangsa ini di masa yang akan datang. Rubah Hartanas (Hari Tawur Nasional) dengan Harpenas (Hari Prestasi Nasional). Busungkan dadamu, tatap masa depan dengan segudang prestasi yang membanggakan, bukan bangga disebut sebagai generasi tawur. Karena generasi tawur, atau apapun namanya, kalah menang akan jadi abu.

Rabu, 12 September 2012

Pemimpin, Berhati-Hatilah Dalam Berbicara!

Beberapa waktu lalu, tepatnya pada minggu malam (9/9), dunia kesenian digemparkan oleh pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo. Dalam sambutannya pada acara The 14th Merapi And Borobudur Senior’s Amateur Golf Tournament Competing The Hamengku Buwono X Cup, Bibit menyatakan bahwa kesenian Jaran Kepang (kuda lumping) adalah kesenian terjelek di dunia. “ Kesenian Jaran Kepang adalah kesenian terjelek di dunia, Walikota Magelang sungguh memalukan, menampilkan kesenian tersebut untuk acara seperti ini” katanya.

Pada acara yang digelar di Borobudur International golf and Country Club tersebut, dihadiri oleh beberapa pejabat penting. Bukan hanya dari pejabat dalam negeri seperti Gamawan Fauzi dan pejabat penting lainnya, melainkan dari perwakilan Negara-negara lain. Pada kesempatan tersebut, kesenian Jaran Kepang dari sanggar Kartika Harapan mendapat kesempatan tampil memberikan hiburan kepada pengunjung acara tersebut.

Namun bukan tepuk tangan dan pujian yang didapat, melainkan “kopi pahit” dari Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. Dalam sambutannya, ia menilai bahwa kesenian Kuda Kepang adalah kesenian terjelek sedunia. Dan Walikota Magelang dikatakannya memalukan karena menampilkan kesenian ini. Sontak pernyataan Bibit membuat geram berbagai pegiat kesenian, terutama kesenian Kuda Kepang. Berbagai anggapan pun dilontarkan kepada sang Gubernur. Pagi harinya, sebagian besar media cetak di Jawa Tengah memberitakan kejadian  penuh kontroversi tersebut.

Kurang Arif

Meskipun pada acara Gerakan Nasional Indonesia Membaca pada Senin (10/9) di Semarang, Bibit mengklarifikasi pernyataannya. Bahwa yang dia maksud bukan kesenian Kuda Kepang secara keseluruhan, melainkan khusus kepada sanggar Kartika Harapan yang malam itu tampil. Menurut Bibit, masih banyak kesenian Kuda Kepang yang lebih bagus di Jawa Tengah dari Kartika Harapan yang dinilainya buruk saat tampil waktu itu. “Masa Peralatannya di ikat pakai Rafia begitu?” katanya.

Selain itu, Bibit juga mengatakan bahwa pada kesempatan seperti itu, harus ditampilkan kesenian khas Jawa Tengah dengan sebagus dan semaksimal mungkin. Mengingat Jawa Tengah sedang gencar-gencarnya mempromosikan Visit Jawa Tengah 2013, dan salah satu yang dibanggakan dari Jawa Tengah adalah seni budayanya, sehingga harus digarap secara lebih serius.

Meskipun begitu, nasi telah menjadi bubur. Pernyataan Bibit Waktu itu telah melukai hati para pegiat seni. Hasilnya, para pegiat seni Kuda Kepang dari berbagi daerah melakukan aksi simpatik dengan cara turun ke Jalan. Seperti yang dilakukan oleh Pegiat seni yang tergabung Komunitas 'Ebeg' (kuda kepang) Banyumas, mereka melakukan aksi protes terhadap pernyataan Bibit di Alun-Alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas.

Selain Ebeg Banyumas, kemarin (12/9) Kelompok Jathilan Rukun Agawe Santoso (RAS) Krido Turonggo dari Magelang juga melakukan aksi simpatik di depan kantor Gubernur Jateng di Semarang. Aksi itu diikuti oleh sekitar 50 orang berpakaian lengkap pemain Kuda Kepang. Inti dari aksi tersebut menuntut Bibit meminta maaf kepada masyarakat terutama pegiat kesenian Kuda Kepang atas pernyataannya.

Sebagai seorang pemimpin, rasanya kurang arif jika Bibit mengluarkan pernyataan seperti itu. Apalagi hal itu dilakukan di depan umum. Jika memang kesenian Kuda Kepang yang ditampilkan oleh Kartika Harapan kurang bagus, tetap harus diberikan apresiasi. Karena mereka telah menguri-uri (menjaga) kesenian yang sangat berharga ini sampai sekarang. Jika memang ada yang perlu di perbaiki, maka dibicarakan di belakang layar. Dengan mendatangi mereka dan memberikan motivasi agar kelak lebih baik lagi. Hal itu pasti akan diterima oleh mereka, dan mereka juga merasa diperhatikan dan diayomi oleh pemimpinnya. Pasti mereka akan segera berbenah memperbaiki kesalahan tersebut.

Namun, jika hal itu dilakukan di depan umum, seperti yang telah dilakukan, pasti malu dan marah yang dirasakan oleh mereka para pegiat seni. Mereka yang telah susah payah menjaga kesenian agar tetap lestari, menjadi kecil hati dan merasa tidak dihargai. Akibatnya, mereka akan meninggalkan kesenian itu. Akhirnya, hanya ada dua pilihan yang akan terjadi pada kesenian Indonesia, jika tidak mati, ya di klaim oleh bangsa lain seperti yang sudah-sudah.

Untuk itulah, mari kita mencoba mengambil hikmah dari kejadian ini. Sebagai pemimpin, selayaknya kita memberikan apresiasi kepada mereka para seniman dan pegiat seni, karena telah menjaga kelestarian budaya Indonesia. Bentuk perhatian tersebut tidak hanya berupa ucapan terima kasih tanpa langkah kongkret, melainkan juga pemenuhan akan fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh mereka. Apabila diperhatikan dengan serius, maka kesenian Indonesia akan menjadi kesenian yang sangat agung dan indah.

Semoga, ini menjadi pernyataan terakhir yang keluar dari para pemimpin kita. Bagaimanapun dan sampaikapanpun, kesenian tradisional Indonesia adalah kesenian terbaik sedunia. Dan kita mesti bangga dengan kesenian itu. Dan dengan rasa bangga, pasti dengan sendirinya, kita akan melestarikan kesenian bangsa ini sampai anak cucu. Kalau bukan kita yang bangga, siapa lagi?, kalau bukan sekarang melestarikannya, kapan lagi?