Jumat, 11 Mei 2012

Saatnya Menjadi Bangsa Gemar Membaca

“Sulit membangun peradaban, tanpa budaya tulis dan baca.”  demikian ungkap penyair Inggris, TS Eliot (1888-1965). Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan, karena diakui atau tidak buku merupakan sumber informasi dan pengetahuan. Majunya sebuah negara, dapat dilihat dari sejauh mana budaya baca dan tulisnya. Jepang misalnya, menjadi bangsa yang maju dan superior karena budaya membaca buku di negara bunga sakura tersebut tinggi.  Buku adalah jendela dunia, dan membaca adalah kuncinya, benar-benar diterapkan oleh jepang.
Bertepatan dengan Hari Buku Nasional yang diperingati setiap tanggal 17 Mei ini, kita patut prihatin dengan kondisi bangsa kita. Indonesia yang sudah terbiasa dengan budaya tutur, masih jauh tertinggal dari negara lain soal baca dan tulis. Sebuah survei yang dilakukan oleh International Educational Achievement (IEA) menunjukkan kemampuan membaca siswa SD di Indonesia berada di urutan ke-38 dari 39 negara yang diteliti. Jika dibandingkan dengan Malaysia, dan bahkan Jepang, budaya baca kita masih rendah ketimbang mereka.
Ada apa sebenarnya? Pertanyaan yang selalu muncul. Wajar saja, di Indonesia jumlah penerbit mencapai ratusan jumlahnya. Jika setiap penerbit buku tersebut menerbitkan 100 buku saja setiap bulan, sudah berapa banyak buku yang beredar di masyarakat?.
Banyak factor yang mempengaruhi rendahnya minat baca di negara kita. Selain daya beli masyarakat yang masih rendah, kesadaran akan pentingnya membaca masih sangat minim. Masyarakat lebih senang mendapat informasi langsung dari seseorang atau televise, daripada mencerna dan mencari kesimpulan sendiri dari membaca buku. Sibuk dan tidak ada waktu untuk membaca menjadi alasan klise. Padahal, membaca mutlak di lakukan, karena membaca itu sangat penting bagi kehidupan. Selain dapat mencerdaskan intelektual, spiritual, emosional, dan kepercayaan diri yang berpadu dengan kerendahan hati, membaca akan membuka peluang untuk menyerap sebanyak mungkin ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Membaca akan membentuk kemampuan berpikir lewat proses: menangkap gagasan/informasi, memahami, mengimajinasikan, menerapkan dan mengekspresikan.
Banyak cara yang harus ditempuh agar dapat menanamkan budaya baca di negeri ini. Bukan hanya pemerintah, seluruh komponen harus terlibat dalam upaya perwujudan budaya budaya baca. Kehidupan rumah tangga adalah pintu gerbang utama untuk menuju hal tersebut. Dari rumah tangga, anak mulai dikenalkan dengan buku. Membiasakan anak dan keluarga untuk membaca adalah satu factor penting yang harus segera dilaksanakan. Orang tua harus gemar membaca buku terlebih dahulu, dengan seperti itu akan tumbuh ketertarikan anak membaca buku karena melihat orang tuanya membaca.
Lembaga sekolah dengan system akademiknya, dapat mengarahkan kepada anak didik tentang pentingnya budaya baca. Biarkan mereka berselancar dengan buku-buku yang mereka baca sesuai keinginan mereka. Dengan seperti itu, anak akan dapat menemukan sendiri tentang kebenaran dan berbagai pengetahuan yang kelak berguna bagi hidupnya. Walau demikian, pemantauan secara intensif wajib dilakukan, mengingat tidak sedikit buku yang “menyesatkan” yang kini gencar beredar di negeri ini.
Pemerintah pusat sebagai lembaga tertinggi juga harus mendukung dan berperan dalam upaya meningkatkan peradaban bangsa lewat budaya baca ini. Dengan memompa semangat para penulis agar menerbitkan buku-buku yang bermanfaat selalu digalakkan. Apresiasi terhadap penulis haruslah dijunjung tinggi, karena buku ada melalui proses kerja keras  para penulis. Selain itu, pemberian sarana kepada public juga harus diperhatikan. Minimnya fasilitas, sarana dan prasarana, menjadikan masyarakat seperti tidak memperoleh ruang untuk melaksanakan aktifitas bacanya.
Jika kita tengok Jepang, banyak orang membaca di taman, sarana transportasi, dan tempat umum lain yang begitu nyaman. Sementara di Negara kita, tempat-tempat nyaman belum disediakan oleh pemerintah. Taman yang seharusnya menjadi ruang public, dimanfaatkan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Sementara membaca di tempat umum, selalu di ganggu dengan kebisingan dan ketidaknyamanan di dalamnya. Di Negara maju, membaca di sarana transportasi seperti bus dan kereta api adalah hal yang wajar, tapi di sini, jangankan untuk membaca, untuk duduk saja tidak ada tempat.
Masih banyak hal yang harus diperbaiki bagi bangsa ini jika ingin menjadi bangsa yang memiliki budaya membaca buku tinggi. Namun jika tidak dimulai dari sekarang, maka impian menjadi bangsa yang maju tak pernah terwujud. Sudah waktunya bangsa ini menjadi bangsa yang gemar akan membaca buku. Kita harus optimis, bangsa Indonesia pasti bisa seperti bangsa Jepang, yang menjadikan membaca sebagai kebutuhan pokok.

2 komentar:

Saya sedang belajar membaca dan menulis. Memang betul di negeri ini para orang tua jarang yang mengajarkan anak untuk minat terhadap membaca.

kesadaran akan pentingnya menumbuhkan budaya baca dan tulis di negeri ini memang harus ditingkatkan. faktor yang sangat berperan untuk mewujudkan budaya tersebut memang berasal dari keluarga kita. terimakasih Catcil atas kunjungan serta komentarnya.

Posting Komentar