Rabu, 24 Oktober 2012

Jalan Terjal Menuju Tanah Suci

Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(Qs. al-Hajj/22:78)

 Ayat di atas sepertinya tidak berlaku saat ini. Di musim haji tahun 2012 ini, puluhan ribu umat Islam mengalami kesusahan dan kesempitan untuk menjalankan perintah agama, yakni berangkat ibadah Haji.

Hartati (65), warga Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak ini masih saja mengenakan pakaian Hajinya, meski gagal berangkat ke tanah suci. Hartati adalah salah satu korban betapa bobroknya penyelenggaraan haji di Indonesia. Ia tidaklah sendirian, puluhan ribu calon jemaah haji juga mengalami nasib yang sama dengan Hartati. Tidak hanya gagal berangkat haji, ada juga diantara calon jemaah yang ditipu oleh biro-biro haji “nakal” dengan membawa lari uang mereka.

Hartati masih saja termenung. Sesekali, air mata menetes berlinang membasahi bumi. Dalam dunia khayalnya, saat ini ia bersama ribuan orang yang lain, sedang khusyuk mengikuti segala ritual pelaksanaan Haji di Tanah suci. Tangannya sedang meraba dan mencium Hajar Aswad yang ada di dinding Ka’bah. Sementara matanya, memandang keagungan Tuhan dengan berbagai keindahan kota Makkah dan Madinah serta indahnya peninggalan para Nabi. Namun semua yang telah lama ia impikan itu sirna sudah ketika Hartati tersadar bahwa kenyatannya sekarang ia masih duduk di rumahnya.

Malu dan sedih, mungkin itulah yang dirasakan oleh Hartati dan mereka yang mengalami nasib yang sama. Setelah sekian tahun menabung untuk keberangkatan ke Tanah Suci Mekah, setelah uang terkumpul, namun gagal berangkat. Penantian yang lama menjadi sia-sia. Dan yang paling menyedihkan lagi, uang yang mereka kumpulkan untuk berangkat Haji tersebut,ada juga yang raib dibawa kabur oleh biro haji yang nakal. Astaghfirullah, meminjam istilah Gus Mus, semua itu merupakan penderitaan yang benar-benar sempurna!.

Belum rampung kekecewaan dan kesedihan yang dihadapi, mereka calon haji yang gagal berangkat tersebut juga harus menanggung malu. Malu pasti menghantui, setelah keberangkatannya ke tanah suci, sudah tersebar luas ke seluruh masyarakat penjuru kampung namun pada akhirnya tidak terealisasi.  Ucapan miring dan cemoohan pasti akan keluar dari mulut tetangga yang kurang berempati terhadap mereka. Bias saja, mereka dijuluki Haji “gatot” kepanjangan dari Haji yang gagal total.

Kasus demi kasus dalam pelaksanaan ibadah Haji Indonesia terjadi setiap tahun. Beragam kasus selalu saja muncul di permukaan sesaat atau sebelum ibadah tahunan itu dilaksanakan. Mulai dari kasus penipuan oleh biro travel Haji, penundaan keberangkatan, hingga sarana dan prasarana yang belum memuaskan menjadi PR bagi pemerintah.

Buruknya penanganan kebijakan dan manajemen Haji di Indonesia membuat ribuan orang harus menghapus mimpi menuju tanah suci. Tak jarang dari mereka menjadi stress dan gila karena sudah habis semua barang berharga dijual untuk dana keberangkatan ibadah haji.

Sepertinya, pihak Kementerian Agama yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan haji di Indonesia, belum juga belajar dari berbagai masalah yang selalu dihadapi. Karena setiap tahun, masalah yang muncul hamper sebagian besar sama dengan pelaksanaan haji di tahun yang sudah lalu. Jika mereka mau membuka hati, pasti kejadian serupa tak akan terulang lagi.

Semoga Kementerian Agama terutama Dirjen Haji dan Umrah mau berbenah dan segera menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Penindakan yang tegas terhadap Biro Haji yang tidak amanah harus segera dilakukan. Diberlakukannya sejenis akreditasi kepada Biro Haji adalah hal mutlak untuk meminimalisir penipuan berkedok haji. Selain tindakan eksternal, Dirjen Haji dan Umrah juga harus melakukan pembenahan internal instansi, untuk menghapus praktik korupsi yang sudah berkembang pesat di sana.

Jika hal ini tidak segera dilakukan, maka setiap tahun Instansi ini akan menjadi sorotan dan cemooh banyak orang. Indikasi korupsi yang terjadi sekarang, sudah cukup membuat malu dan gerah umat Islam di Indonesia. Bagaimana tidak, mereka yang ada di Dirjen Haji dan Umrah memiliki embel-embel haji di depan namanya, namun menipu calon haji. Hal yang ironis dan sepertinya sudah terbiasa terjadi di Negara gagal ini. Subhanallah, semoga mereka segera diberikan kesadaran. Amin.






0 komentar:

Posting Komentar