Senin, 29 Oktober 2012

Narasi Kecil Melawan Lupa

Judul Buku      : Melawan Lupa;Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali
Editor              : Agung Wardana & Roberto Hutabarat
Tahun Cetak    : 2012
Penerbit           : Taman 65 Press
Tebal               : 184 Halaman
Resentator       : Kenthip Pujakesuma


Leganya Hatiku mendengarnya, karena kegelisahanku terjawab sudah..
Namun aku tidak peduli dengan sejarah kakekku yang mungkin beringas saat itu…
Aku berpikir kala itu hanya ada dua pilihan yang sangat dilematis
….Membunuh atau Dibunuh….
Mungkin saja kakekku memilih untuk membunuh
Namun, di akhir hayatnya justru dia yang harus mati terbunuh

Penggalan puisi berjudul ??? karya Indra Kusuma ini adalah salah satu dari tulisan tentang kengerian gerakan G 30 S PKI yang terjadi di Bali. Tulisan tulisan itu tertuang dalam sebuah buku berjudul Melawan Lupa; Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali. Buku setebal 184 halaman terbitan Taman 65 Press ini merupakan salah satu dari sekian banyak buku yang mencoba menguak kembali peristiwa masa kelam masa lalu.

Peristiwa G 30 S PKI adalah salah satu Peristiwa kelam yang saat ini hampir dilupakan oleh bangsa Indonesia. Bangsa ini memang dikenal sebagai bangsa pelupa, lupa atas dosa masa lalu, lupa atas kejadian penyimpangan masa lalu dan melupakan peristiwa kelam masa lalu.

 Buku berjudul Melawan lupa, Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali ini memang mengupas secara mendetail tentang peristiwa G 30 S PKI yang terjadi 65 tahun silam. Didalamnya terdapat cerita-cerita tentang bagaimana keberingasan sejarah kelam bangsa Indonesia waktu itu. Beragam peristiwa diceritakan oleh anggota Komunitas Taman 65 Bali yang merupakan keluarga dari peristiwa Gestok tersebut. Tidak hanya keluarga korban saja, melainkan dari keluarga Tameng.

Buku ini mencoba mengingatkan kembali kepada pembaca, untuk tidak menerima begitu saja pernyataan yang ditulis dalam buku sejarah yang beredar selama ini. Anggapan bahwa sejarah yang bergulir saat ini merupakan penipuan oleh pemerintah pada waktu itu. Saat itu tidak ada seorang pun berani menentangnya, karena mempertanyakan tragedy 65 saja sudah dianggap melecehkan “sejarah resmi” bikinan Negara. Bangsa ini digiring dalam sebuah ingatan yang mistis tentang kepalsuan tersebut dengan cara penataran P4, kurikulum sekolah, museum, dan film yang wajib ditonton oleh setiap warga Indonesia.

 Tindakan pendiaman atau membuat orang lupa, menjadi tindakan sistematis yang dilakukan oleh penguasa waktu itu. Hal ini dimulai ketika para pelajar di sekolah diharuskan untuk menerima “asupan” dari penguasa akan sejarah yang berjalan di Indonesia. Upaya untuk meluruskan cara penulisan catatan atau sejarah inilah yang di giatkan oleh para penulis buku Menolak Lupa;. Narasi-Narasi Komunitas Taman 65 Bali. Misalnya tentang kekerasan atau pembantaian politik G30 S PKI. Sejarahnya hanya tersedia versi penguasa lengkap dengan versi pembenarannya. Perlu ada upaya untuk menggali, mengkaji dan menulis ulang perjalanan sejarah Negara, bangsa dan masyarakat negeri ini.

Buku setebal 184 halaman ini cukup jelas menggambarkan sejarah versi komunitas taman 65 Bali. Meski buku ini tidaklah dapat mewakili kompleksitas sejarah kekerasan politik 1965-1966 dan melakukan simplifikasi atas dinamika taman 65 berserta nilai nilai yang hidup dalam berkomunitas. Namun penulis berusaha untuk menyajikan pemikiran dan refleksi atas hubungan personal mereka dengan sejarah. Untuk itulah, tulisan buku ini dapat dikatakan sebagai narasi kecil untuk membongkar sejarah yang saat ini sudah dianggap mapan. Harapannya bertujuan untuk membongkar narasi sejarah yang sepertinya dengan sengaja membungkam kebenaran sejarah untuk me-lupa-kan ingatan masyarakat tentang kekejaman waktu itu.

1 komentar:

Karena para pemimpin kita sekarang ini sebagian juga terlibat dg pembantaian rakyat tahun 65, dan punya uang banyak karena ikut menikmati 32 tahun kekuasaan suharto, dan dg uangnya tersebut bisa mengatur opini di masyarakat.

Posting Komentar