Jangan Bercerai-Berai Karena Perbedaan

Perbedaan memang tidak mungkin tidak terjadi, selama manusia terus berfikir. Maka perbedaan tersebut dapat menjadi sebuah rahmat, apabila dengan perbedaan tersebut, akan menumbuhkan rasa saling hormat-menghormati dan menghargai. Namun perbedaan akan menjadi adzab, apabila dalam diri kita tertanam sebuah virus bernama fanatic sempit.

Pelajaran Dari Romo Carolus

Charles Patrick Edwards Burrows,OMI adalah nama kecil sang peraih penghargaan tersebut. Ia adalah seorang Pastor di Paroki St Stephanus Cilacap. Setelah kedatangannya di Indonesia pada tahun 1973, ia tertarik untuk mengabdikan diri kepada masyarakat di Kampung Laut Kabupaten Cilacap.

Rintihku

Aku menatap dalam lara Kembali menitikkan air mata Ia tak berdosa Namun aku tega menjatuhkannya Butir putih itu Menghujam deras menghancurkan hidupku Remuk sudah hati menatap cahya Mu Yang terang, namun dihatiku kau gelap Tertutup nafsuku, egoisku, dan dosaku.

Tapak-Tapak Suci, Sebuah Kisah Perjalanan Pemuda Desa

“ Bukalah surat ini ketika kau berada di antara dua pulau, saat kau terombang ambing di tengah lautan, dan saat itu kau akan merasakan betapa aku menyayangimu”..

La Tahzan, Saudaraku!

La Tahzan, Saudaraku. Kecelakaan yang menimpa saudara kita penumpang Shukoi Superjet 100 memang sangatlah tragis. Kita semua bersedih. Namun jangan kita terlarut dalam kesedihan. Yakin bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa telah merencanakan hal dibalik itu semua.

Kamis, 07 Juni 2012

“Kerajaan” Baru Bernama Indonesia


Masih hangat di benak kita, bahkan nyaris menjadi sorotan banyak media di Indonesia tentang wacana pencalonan Ani Yudhoyono (sekarang ibu Negara) menjadi Capres 2014. Hal ini menjadi  menarik dan seolah semakin menegaskan bahwa demokrasi di Indonesia kini mulai terkikis. Nilai-nilai demokrasi kini digantikan dengan nilai-nilai dinasti. Sistem kerajaan terutama dalam pemilihan pemimpin menjadi semakin ketara.
Bukan hanya kasus Ani Yudhoyono, di berbagai daerah Indonesia banyak sekali yang telah mengibarkan panji-panji dinasti kerajaan. Banyak kepala daerah yang memimpin adalah anak atau keturunan dari penguasa. Bapaknya Gubernur, sementara istrinya menjadi Bupati, anaknya menjadi Walikota dan banyak lagi contoh lainnya. Kasus dinasti yang semakin merajalela di kalangan birokrasi di Negara kita semakin mengkhawatirkan.
Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengatakan bahwa tidak mungkin ada sistem monarkhi yang bertabrakan dengan konstitusi dan nilai demokrasi. Ungkapan tersebut terlontar saat pidato yang menyinggung keistimewaan daerah Istimewa Yogyakarta beberapa bulan terakhir.
            Pernyataan presiden itu tidaklah menengok sebenarnya yang terjadi di Indonesia. Bukan hanya Yogyakarta yang notabene adalah kerajaan yang menjadikan keturunannya sebagai raja, di pemerintahan Indonesia juga banyak  yang menggunakan hal itu. Seperti sebuah dinasti, dimana seluruh jabatan tinggi dan strategis dijabat oleh keluarga besar dari sang pemimpin.
            Pada Harian Kompas edisi Rabu (12/1/2011) dinyatakan bahwa dinasti politik di Indonesia kian menguat. Oligarki dan dinasti politik diperkirakan semakin menguat dan semakin banyak di tahun 2011 dan seterusnya. Hal ini dikarenakan di tahun 2010 saja oligarki yang  terjadi di jajaran pejabat publik Indonesia mencapai 40 %.
            “Dinasti politik di tahun ini akan terjadi lebih banyak, anggota DPD dan DPRD akan diisi oleh kalangan muda yang bila diusut mereka adalah anak atau keluarga dari pejabat seperti gubernur, walikota, bupati, dll” ujar Kristiadi. peneliti senior Center For Strategic And International Studies (CSIS) yang saya kutip dalam Kompas.
            Seperti contoh, dinasti politik yang berkuasa adalah keluarga dinasti Ratu Atut Choisyah (Gubernur Banten 2002-2007/2007-2012). Keluarga dinasti ini memiliki setidaknya 9 orang yang memimpin di masing masing “kerajaannya”, seperti dirinya sendiri yang memimpin Banten, suami menjadi anggota DPR, anak menjadi anggota DPD, menantu menjadi anggota DPRD Kota Serang, adik menjadi anggota DPRD Banten, Adik tiri menjadi wakil wali kota Serang, ibu tiri menjadi anggota DPRD Kab. Pandeglang, Ibu tirinya yang satu lagi menjadi anggota DPRD kota Serang, dan adik ipar menjadi calon Walikota Tangerang pada pemilihan yang akan datang.
            Selain keluarga dinasti Ratu Atut Choisyah tersebut, masih banyak lagi dinasti dinasti  yang lain. Dari gambaran pernyataan di atas, sebenarnya kedemokrasian Indonesia dipertanyakan. Dari penelitian yang dilakukan CSIS itu, setidaknya menjadi tamparan bagi pemerintah negeri ini. Ternyata bukanlah Yogyakarta yang diduga dapat merongrong kedaulatan demokratis NKRI, melainkan institusi yang ada di negeri ini telah dikuasai oleh dinasti-dinasti politik. Dinasti politik akan menghancurkan demokrasi, karena akses demokrasi menjadi pertarungan yang tidak adil, hanya orang yang mempunyai kekuasaan dan modal yang dapat menjadi pemimpin.
            Tidak salah jika mereka yang memiliki akses untuk menjadi pemimpin, memiliki kemudahan dalam proses pencalonan, karena memiliki keluarga yang telah “sukses’ menjadi pejabat terlebih dahulu. Hal ini lebih memudahkan mereka dalam hal politik uang dan juga kekuasaan.
            Memang, di zaman sekarang ini, semua orang seolah tergila-gila untuk menjadi pemimpin. Ada banyak alasan mengapa orang ingin menjadi pemimpin. Menurut D’Sousa, hasrat yang mendasar hingga membuat seseorang ingin menjadi pemimpin adalah untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, gengsi, tantangan, kepenuhan diri, pengakuan, rasa hormat, mengedalikan dan memberi arah. Dan D’Sousa merangkum alasan-alasan itu ke dalam tiga kategori: (1) untuk mendapatkan kekuasaan; (2) untuk mendapatkan kendali (menjadi yang berwenang); dan (3) untuk menjadi yang dilayani.  (http://swaramanadonews.com/?p=4340).
Alas an yang dilontarkan oleh D’Sousa di atas cukup beralasan, teori tersebut apabila dibenturkan dengan teori Abraham Maslow tentang kebutuhan harga diri, yaitu kondisi yang membuat orang merasa puas akan dirinya, bangga dan merasa dihargai dan juga kebutuhan perwujudan diri, yaitu kebutuhan untuk terus berkembang dan berubah, serta berusaha ke arah tujuan masa depan benar-benar  menjadi sebuah kesatuan. Banyak orang yang sudah merasa terpenuhi kebutuhan dasarnya, menginginkan sesuatu yang lebih yang oleh Maslow disebut dengan kebutuhan harga diri. Rasa bangga dan puas akan dirinya sehingga dihargai oleh orang lain, adalah dengan menjadi seorang pemimpin.
Kedinastian politik di Indonesia harus dicegah. Hal ini dikarenakan akan dapat menimbulkan permasalah yang terjadi terhadap perpolitikan di negeri ini. Apabila sistem itu tetap saja dilaksanakan, dikhawatirkan akan menambah merosotnya negeri ini kedalam sebutan sebagai negara gagal. Hal ini tidak berlebihan, karena proses dinasti, tidak menutup kemungkinan akan ada calon pejabat yang tidak berkopenten dibidangnya, atau sama sekali tidak memiliki skill menjadi seorang pemimpin. Namun karena tuntutan dinasti, maka harus dipaksakan bagaimanapun caranya.
            Undang undang pemilihan umum harus direvisi. Terjadinya kedinastian ditubuh republik harus ditekan dengan segenap peraturan yang berlaku. Memang tidak ada yang melarang anggota keluarga menjadi pejabat, namun apabila hal ini dibiarkan saja, maka hanya dari kalangan yang mempunyai kekuasaan itulah yang mendapatkan akses menjadi pejabat. Sementara di luar sana, masih banyak generasi yang lebih berkopenten yang dapat menjadi pemimpin. Sayang akses mereka tertutup hanya karena mereka bukan anak pejabat. Kekurangan modal dan tidak ada yang mendukung menjadikan kemampuan yang besar itu tidak dapat direalisasikan.
           


Memuliakan Tamu Dalam Perspektif Hadist


I.              Pendahuluan
Memuliakan tamu adalah kewajiban semua muslim bertamu itu merupakan ajaran Islam, kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih. Sebagian ulama mewajibkan menghormati tamu tetapi sebagian besar dari mereka berpendapat hanya merupakan bagian dari akhlaq yang terpuji.
Lalu bagaimanakah kita harus menyambut tamu seperti yang di ajarkan oleh nabi kita muhammad SAW. Mari kita diskusikan bersama.

II.            Latar belakang
Sudah dijelaskan di atas bahwa memuliakan tamu adalah kewajiban bagi kaum muslim, namun kenyataannya banyak orang islam tidak menghormati tamu yang datang ke rumahnya, faktor egois atau yang lainnya mempengaruhi. Padahal Nabi sendiri tidak mengajarkan itu, malah nabi mengajarkan kita untuk menghormati  dan memuliakan tamu yang berkunjung kepada kita karena itu adalah hal yang dapat mempererat persatuan ummat. Oleh karena itu mari kita belajar dari nabi untuk memuliakan tamu.

III.           Rumusan masalah
1.    Hadist tentang memuliakan tamu
2.    Makna yang terkandung
3.    Kualitas hadist
4.    Asbabul wurud hadist
5.    Korelasi dengan ayat al-Quran
6.    Korelasi dengan masa sekarang

IV.          Pembahasan
1. Hadist tentang memuliakan tamu
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيراً أو ليصمت , ومن كان يومن بالله واليوم الاخر فليكرم جاره , ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. H.R Bukhari no. 6018, Muslim no. 47
dalam hadist lain dijelaskan oleh imam Tirmidzi yang artinya
“ sesungguhnya para malaikat tetap mendoakan seseorang selama hidangan makanannya masih terhampar ( yakni untuk tamunya ). HR Tirmidzi.
2. Makna yang terkandung
Kalimat “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat”, maksudnya adalah barang siapa beriman dengan keimanan yang sempurna, yang (keimanan nya itu) menyelamatkan nya dari adzab Allah dan membawanya mendapatkan ridha Allah, “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” karena orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya tentu dia takut kepada ancaman-Nya, mengharapkan pahala-Nya, bersungguh-sungguh melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Yang terpenting dari semuanya itu ialah mengendalikan gerak-gerik seluruh anggota badan nya karena kelak dia akan dimintai tanggung jawab atas perbuatan semua anggota badannya, sebagaimana tersebut pada firman Allah :
 وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا ﴿36﴾
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya”. (QS. Al Isra’ : 36)
Sebagian ulama berkata: “Seluruh adab yang baik itu bersumber pada empat Hadits, antara lain adalah Hadits “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. Sebagian ulama memaknakan Hadits ini dengan pengertian; “Apabila seseorang ingin berkata, maka jika yang ia katakan itu baik lagi benar, dia diberi pahala. Oleh karena itu, ia mengatakan hal yang baik itu. Jika tidak, hendaklah dia menahan diri, baik perkataan itu hukumnya haram, makruh, atau mubah”. Dalam hal ini maka perkataan yang mubah diperintahkan untuk ditinggalkan atau dianjurkan untuk dijauhi Karena takut terjerumus kepada yang haram atau makruh dan seringkali hal semacam inilah yang banyak terjadi pada manusia.
Kalimat “hendaklah ia memuliakan tetangganya…………maka hendaklah ia memuliakan tamunya” , menyatakan adanya hak tetangga dan tamu, keharusan berlaku baik kepada mereka dan menjauhi perilaku yang tidak baik terhadap mereka. Allah telah menetapkan di dalam Al Qur’an keharusan berbuat baik kepada tetangga dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Jibril selalu menasehati diriku tentang urusan tetangga, sampai-sampai aku beranggapan bahwa tetangga itu dapat mewarisi harta tetangganya”.
Pengarang kitab Al Ifshah mengatakan : “Hadits ini mengandung hukum, hendaklah kita berkeyakinan bahwa menghormati tamu itu suatu ibadah yang tidak boleh dikurangi nilai ibadahnya, apakah tamunya itu orang kaya atau yang lain. Juga anjuran untuk menjamu tamunya dengan apa saja yang ada pada dirinya walaupun sedikit. Menghormati tamu itu dilakukan dengan cara segera menyambutnya dengan wajah senang, perkataan yang baik, dan menghidangkan makanan. Hendaklah ia segera memberi pelayanan yang mudah dilakukannya tanpa memaksakan diri”. Pengarang juga menyebutkan perkataan dalam menyambut tamu.[1]
Selanjutnya ia berkata : Adapun sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” , menunjukkan bahwa perkatan yang baik itu lebih utama daripada diam, dan diam itu lebih utama daripada berkata buruk. Demikian itu karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya menggunakan kata-kata “hendaklah untuk berkata benar” di dahulukan dari perkataan “diam”. Berkata baik dalam Hadits ini mencakup menyampaikan ajaran Allah dan rasul-Nya dan memberikan pengajaran kepada kaum muslim, amar ma’ruf dan nahi mungkar berdasarkan ilmu, mendamaikan orang yang berselisih, berkata yang baik kepada orang lain. Dan yang terbaik dari semuanya itu adalah menyampaikan perkataan yang benar di hadapan orang yang ditakuti kekejamannya atau diharapkan pemberiannya.

 3. Kualitas hadist
Mengenai hadist ini, jika ditinjau dari kualitas hadist, sudah tentu bisa dikatakan hadist shohih, karena diriwayatkan oleh imam Bukhori dan imam muslim. Mengapa dapat kami katakan demikian? Karena dikalangan ummat islam sudah sangat familiar dikenal bahwa hadist yang masuk dalam hadist yang diriwayatkan oleh imam bukhori dan imam muslim adalah hadist shohih, karena telah melalui proses penyaringan yang sangat ketat.
Pada hadist yang diriwayatkan oleh imam turmudzi, bisa dikatakan bahwa hadist ini shohih, ditinjau dari segi  bahwa ia adalah perawi pada masa ulama hadist mutaqodimin, yakni setara dengan perawi hadist yang terkenal seperti imam bukhori dan muslim, juga yang lainnya. Selain itu juga ia pernah berguru pada imam tersebut.[2]
Atau bisa juga disebut hadist hasan, karena pada riwayat lain dikatakan bahwa pada pasal hadist hasan, Disebutkan bahwa sunan al-tirmidzi adalah induknya hadist hasan.[3]
4. Asbabul Wurud Hadist
Ketika Allah melihat salah satu bentuk, dimana Allah Swt memperlihatkan kepada hamba-hamba Nya bahwa Allah melihat semua perbuatan yang terkecil sekalipun. Maka disaat itu datanglah tamu kepada Sang Nabi saw dan Sang Nabi saw tidak bisa menjamunya karena tidak ada makanan. Rasul tanya pada istrinya “punya makanan apa kita untuk menjamu tamu ini?”, istri Nabi saw menjawab “tidak ada, yang ada cuma air”. Maka Rasul berkata “siapa yang mau menjamu tamuku ini?”  Satu orang anshar langsung mengacungkan tangan “aku yang menjamu tamumu ya Rasulullah”. Kemudian sahabat itu membawa tamu rasul itu  ke rumahnya, sampai dirumah mengetuk pintu dengan keras hingga istrinya bangun. “Kenapa suamiku? kau tampak terburu-buru”. akrimiy dhaifa Rasulillah, kita dapat kemuliaan tamunya Rasulullah. Ayoo.. muliakan, keluarkan semua yang kita miliki daripada pangan dan makanan, semua keluarkan. Ini tamu Rasulullah bukan tamu kita, datang kepada Rasul, Rasul saw tidak bisa menyambutnya. Rasul tanya “siapa yang bisa menyambutnya?”, aku buru - buru tunjuk tangan, ini kemuliaan besar bagi kita.” Istrinya berkata “suamiku, makanannya hanya untuk 1 orang. Tidak ada makanan lagi, itu pun untuk anak- anak kita. 2 orang anak- anak kita hanya akan makan makanan untuk 1 orang, kau ini bagaimana menyanggupi undangan tamu Rasul? kau tidak bertanya lebih dulu? apakah kita punya kambing, punya ayam, punya beras, punya roti, jangan main terima sembarangan!” Maka suaminya sudah terlanjur menyanggupi “sudah kalau begitu anak kita tidurkan cepat- cepat, matikan lampu agar anaknya tidur”. “belum makan, suruh tidur jangan suruh makan malam, biar saja”.
Di tidurkan anaknya tanpa makan. Lalu tinggal makanan yang 1 piring untuk 1 orang, “ini bagaimana? tamunya tidak mau makan kalau hanya ditaruh 1 piring kalau shohibul bait (tuan rumah) tidak ikut makan karena cuma 1 piring makanannya”. Suaminya berkata “nanti sebelum kau keluarkan piringnya, lampu ini kau betulkan lalu saat makan tiup agar mati pelitanya, jadi pura- pura lampu mati. Taruh piring, silahkan makan dan kita taruh piring kosong di depan kita, tamu makan kita tidak usah makan tapi seakan “ akan makan dan tidak kelihatan lampunya gelap”.
Maka tamunya tidak tahu cerita lampunya mati, pelitanya rusak, tamunya makan dengan tenangnya, nyenyak dalam tidurnya, pagi-pagi shalat subuh kembali kepada Rasul saw “Alhamdulillah ya Rasulullah aku dijamu dengan makanan dan tidur dengan tenang”. Rasul berkata “Allah semalam sangat ridho kepada shohibul bait (tuan rumah) yang menjamumu itu” (shahih Bukhari).
Allah tersenyum, bukan Allah itu seperti manusia bisa tersenyum tapi maksudnya Allah sangat sayang dan sangat gembira. Dengan perbuatan itu Allah sangat terharu, bukan terharu karena tamunya saja tapi juga karena shohibul bait berucap. akrimiy dhaifa Rasulillahmuliakan tamu Rasulullah. Ini yang membuat Allah terharu, untuk tamunya Rasulullah rela anaknya tidak makan, tidur semalaman dalam keadaan lapar untuk memuliakan tamunya Rasulullah saw.[4]
c. Bandingannya dengan ayat atau hadist lain
      Dalam al-Quran surat Adz-Dzariyat: 24 – 27, Allah telah berfirman
      هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ ﴿24﴾ إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ ﴿25﴾ فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ ﴿26﴾ فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ ﴿27﴾
Sudah sampaikah padamu cerita tentang tamu Ibrahim yang dimuliakan? Ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaman." Ibrahim menjawab: "Salamun, (kalian) adalah orang-orang yang tidak dikenal." Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya lalu dibawanya daging bakar dari anak sapi yang gemuk dan dihidangkannya kepada mereka, Ibrahim berkata: "Tidakkah kalian makan?"   
Syaikh Salim Al-Hilali hafidhahullah menerangkan panjang lebar firman Allah di atas dalam kitabnya Bahjatun Nadhirin. Ia mengatakan: "Ini adalah kisah tentang malaikat-malaikat yang mulia. Mereka mendatangi Ibrahim `alaihis salam untuk menyampaikan berita gembira tentang kelahiran Ishaq dan anaknya Ya`qub. Mereka lantas mengucapkan salam dan Ibrahim pun menjawabnya dengan sebaik-baiknya. Beliau tidak mengenali mereka sebab mereka datang dalam bentuk pemuda tampan, beliau sangka mereka adalah tamu-tamu sehingga beliau berkeinginan menjamu mereka dan memang beliaulah yang pertama kali menjamu tamu. Beliau menyelinap dengan sembunyi-sembunyi dan dengan segera beliau datang dengan membawa daging panggang dari sapi yang gemuk. Itulah makanan terbaik yang dimiliki yang beliau panggang di atas batu panggang. Kemudian beliau mendekatkannya kepada mereka dan mempersilahkan dengan ungkapan yang lembut dan penghormatan yang bagus: ‘Tidakkah kalian makan?’
Dalam ayat-ayat ini terkandung adab menjamu tamu. Beliau (Ibrahim ‘alaihis salam) datang dengan segera membawa makanan tanpa mereka (para tamu) sadari dan tanpa mengharap sebelumnya karena ungkapan (tuan rumah): ‘Kami akan menghidangkan makan’, tetapi dengan cepat dan sembunyi-sembunyi, beliau menjamu tamunya dengan seutama-utama apa yang beliau dapati dari hartanya lalu beliau dekatkan dengan cara yang baik di hadapan mereka. Tidak dengan meletakkannya lalu berkata: "Silahkan mendekat!"  Tidak pula dengan perintah yang memberatkan pendengar dalam sighat jazm, tetapi beliau mengucapkan: "Tidakkah kalian makan?"
Ungkapan ini sama dengan ungkapan kita hari ini: "Bila anda ingin memuliakan, berbuat baik dan bersedekah maka silahkan lakukan." (Bahjatun Nadhirin:2/28 ).    

V.           Kesimpulan
Dalam kesimpulan, kami mencoba menarik sebuah analisa bahwa memuliakan tamu adalah hal yang dianjurkan oleh setiap muslim, ini dapat kita tarik dari asbabul wurud hadist yang telah kami ceritakan, walaupun kita tidak mempunyai apa-apa, namun kita harus tetap memuliakan tamu yang hadir di rumah kita.
Selain itu juga, sandaran kita untuk memuliakan tamu sudah di tentukan pada hadist dan juga al-Quran, dimana kita harus mengikuti itu sebagai pedoman bagi setiap muslim.

VI.          Penutup
Demikian makalah ini kami buat, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga bermanfaat. Amin

VII.         Daftar pustaka
Najieh, Ahmad 323 Hadist Dan Syair Untuk Bekal Dakwah, Jakarta: Pustaka Amani,

Sutarmadi, Akhmad, Dr. H .al Imam al-Tiridzi, Peranannya Dalam Pengembangan Hadist Dan Fiqh, jakarta: logos.1998.

Www.geocities.com/dmgto/mabhats201/tamu.htm - 22k

http/Syarah hadist arba’in an-Nawawihadits ke-15 berkata baik atau lebih baik diam, serta memuliakan tamu


[1]http// syarah hadist arba’in an-nawawi hadits ke-15 berkata baik atau lebih baik diam, serta memuliakan tamu        

[2] Ahmad najieh, 323 hadist dan syair untuk bekal dakwah, jakarta: pustaka amani, hal 107
[3] Dr. h. akhmad sutarmadi, Al Imam Al-Tiridzi, Peranannya Dalam Pengembangan Hadist Dan Fiqh, jakarta: logos.1998. hal 61
[4]www.geocities.com/dmgto/mabhats201/tamu.htm - 22k

Hanya Kejujuran


Bermuram durja di lajur mega
Setitik cinta tak bersuara
Siang tinggalkan hari
Malam yang menemani
Merajut lara merasuk sukma
Itulah yang selama ini kurasa

Kau dapat kurasa
Tapi tidak ku jama
Berselimut sepi
Dingin malam merasuk sunyi

Aku tak berharap kau milikku
Hanya seutas kejujuran yang ku inginkan
Yang dapat menghancurkan kekalutan

Beralaskan mimpi, ku jalani hari
Berharap kau kan kembali

Semarang, 7 Juni 2012
Doaku, tentang harapan dan keikhlasan

Hapus Pasal Pencemaran Nama Baik!!!!



                Lagi ga ada ide buat nulis, si akang teh mencoba membuka tulisan-tulisan lama. Akang nemuin nih tulisan tentang curhatan usil akang. Begini ceritanya, pada tanggal 15 oktober 2009 kemarin,  Suasananya dingin banget ya, ga seperti biasanya. Enaknya ngopi sambil baca Koran. Kan udah sering akang teh ga begini. Dulu mah waktu susah, ga sempet akang santai. Tiap hari Cuma mikirin perut akang sama anak-anak, mikirin apa yang harus dimakan sekarang. Pokoknya mah selalu pusing. Untung akang teh dapat rejeki nomplok, jadi sekarang bias sedikit santai. Mumpung sekarang santai, akang mau baca Koran sambil minum kopi ah.
                Wah berita di Koran sama kaya dulu. Semua tentang kebaikan dan sedikit sekali yang berisi kritikan. Awas lho,,,kalo mengkritik hati-hati, tar salah-salah malah jadi tersangka. Kan sekarang sudah tidak bisa lagi bicara ini itu, tar malah salah terus berakhir di penjara lagi. Uffffhg jadi repot.
                Kalo kita sedikit kembali ke sejarah masa lalu tuh, kita teh tahu kalo Semua orang memiliki hak untuk berbicara, ini dimulai sejak jatuhnya pemerintahan Otoriter Orde Baru. Ada Undang Undang sendiri yang mengatur akan hal itu. Seperti dalam pasal yang menyatakan tentang hak untuk berbicara di depan umum. Bahwa setiap warga Negara berhak untuk mengeluarkan pendapat di depan umum dan hak untuk berbicara.
Namun apa yang terjadi sekarang, jika pasal itu harus ditarungkan dengan pasal pencemaran nama baik? Tentu hak berbicara menjadi sempit dan bias dalam pemaknaannya. Kritik dan keluhan dianggap mencemarkan nama baik. Padahal kritikan dan saran yang kita berikan itu sifatnya untuk membangun, namun salah diartikan. Seperti yang ini terjadi beberapa waktu lalu yang menimpa aktivis antikorupsi, Emerson Yuntho dan Illian Deta Arta Sari. Aktivis yang tergabung dalam Indonesia Corruption Watch (ICW) ini menjadi tersangka kasus pencemaran nama baik oleh Kejaksaan Agung. Padahal mereka Cuma mempertanyakan dan mengkritik atas dana hasil korupsi yang didapatkan dari koruptor tidak sepenuhnya kembali ke Negara. Lalu ke kantong siapa yah,,,kalo kekantong akang mah akang mau.
Akibat kasus demi kasus yang berkaitan dengan pencemaran nama baik ini, Indonesia tidak ada lagi yang memonitoring. Gerak lembaga yang dijadikan kontrol sosial menjadi sempit, mahasiswa ga bisa demo, padahal dulu saat akang jadi mahasiswa, sering sekali akang teh ikut demo. Akang sering mengalami nasib yang sangat parah, sampai di penjara juga. Tapi teh itu dulu, sekarang mah mahasiswa lebih baik pacaran saja di kos, kuliah semaunya, pokoknya pragmatis banget deh. Nah dunia sekarang berbeda, kebebasan berbicara di sunat jadi yang baik baik saja, yang buruk teh disimpan di hati dalam dalam. Sekarang  semua yang keluar dari mulut adalah coklat, padahal aslinya tai kucing.
Kasus Prita Mulyasari adalah contoh lain dimana hak berbicara masyarakat dibungkam oleh cengkraman pasal pencemaran nama baik. Kriminalisasi itu menunjukkan bahwa pemerintah saat ini meriru pola represif, antikritik dan otoriter seperti bagaimana Orde Baru. Kriminalisasi dan penggunaan kekuatan Negara untuk membungkam kerja masyarakat menggunakan pasal pencemaran nama baik adalah ancaman terhadap demokrasi, kata Rusdi, yang akang kutip dari Kompas,15 oktober 2009.
Ah,,,,akang teh jadi bingung, mau  dikemanakan lagi hidup ini. Sudah hidup tak tenang, di kisruhi sama orang lain. Ga kaya pemerintah, sekarang teh bisa tidur nyenyak. Gimana enggak atuh,,,sekarang kan  semua sudah ada di dalam genggaman tangan, tak ada oposisi, tak ada yang mengganggu pemerintahan. Sekali ada yang mengkritik, munculin aja tuh senjata pasal pencemaran nama baik. Beres sudah. Terus  mahasiswa disuap dengan beasiswa, rakyat disuap dengan BLT. Beres kehidupan. Padahal euy….kita Cuma diakalin ajah…biar mulut kita ga banyak omong.

Catatan Kang Andika Usil

Susahnya Jadi Tarzan


Suara adzan sayup-sayup terdengar dari masjid. Subuh sudah menjelma dalam hari. Ku raih sarung dan pecisku bergegas menuju masjid. Kebetulan hari ini aku mendapat tugas piket adzan dari pak Kiyai. Tanpa cuci muka ku kumandangkan lafal-lafal adzan dengan merdunya, setelah itu ku basuh mukaku dengan segarnya air wudhu.
Tak lama kemudian sahabat-sahabatku datang. Wajah yang masih muram menjadi berseri ketika dibasuh dengan air wudhu. Wajah-wajah mereka seperti bersinar memancarkan aura ketenangan.
Hari ini hari Minggu, biasanya setelah selesai sholat subuh, kami mengaji kitab. Tapi hari ini adalah hari libur bagi kami, yah libur dari mengaji dan juga libur sekolah. Kami merencanakan menghabiskan hari ini dengan bersuka cita.
“Mau kemana kita hari ini teman?.” kata Kusnadi
“ Bagaimana kalau kita hari ini memancing belut saja” ucap Hendro
“Wah ide bagus itu” sahut kami bersamaan
Memang desa kami adalah desa pertanian. Sepanjang mata memandang terbentang sawah-sawah yang hijau. Kebetulan waktu tanam padi telah usai. Dan biasanya saat seperti itu belut banyak yang kelaparan. Dan pancing-pancing kami siap untuk menjadikannya mereka mangsa.
Persiapan sudah kami lakukan. Mulai dari pancing sampai umpannya. Alat yang kami gunakan cukup unik. Uniknya kail pancing yang kami gunakan terbuat dari jarum peniti. Dan senar yang kami gunakan dengan senar yang di bentuk sedemikian rupa sehingga membentuk seperti rambut kepangan teman perempuan kami.
Sesampainya di sawah kami langsung mencari lubang-lubang yang ada di sepanjang pematang sawah. Dengan kesabaran kami memasukkan kail kami berharap akan mendapat mangsa. Tiba tiba
“Plek….plek..” suara seperti benda yang dipukul di pematang sawah. Kulihat Kusnadi telah berhasil menangkap seekor belut. Tapi sayang belutnya masih sangat kecil. Tak apalah, yang penting kami mendapatkan mangsa yang nantinya akan kami bakar di tepi sungai.
“Hore,,,,aku dapat” teriak Kusnadi. Dan teriakan itu membuat hatiku panas karena sampai detik ini pun umpan yang aku gunakan tak di embus oleh belut.
“Ah…suntuk ni, cari permainan lain yuk” ujarku
Hendro hanya tersenyum, ia sepertinya sudah mengenal watak ku yang tak bisa bersabar dan selalu cemburu bila seseorang mendapatkan sesuatu sedangkan aku tidak.
“Yah…sabar dong pren,,,,kata pak guru, memancing itu salah satu cara untuk melatih kesabaran kita” Kusnadi mulai menceramahiku. Tapi tak mempan.
Akhirnya kami memutuskan untuk mandi di sungai. Kebetulan tadi malam turun hujan, sehingga sungai menjadi banjir. Dan saat seperti itulah yang dinanti oleh kami. Tanpa komando kami lepaskan pakaian dan langsung menceburkan diri di sungai.
Kami bercanda dengan senangnya, tanpa kami sadari bahwa tindakan kami telah membuat sebuah kesalahan. Kami tidak sadar kalau kami telah menginjak injak tanaman padi milik pak Amir. Sehingga tanaman padi yang baru berumur beberapa hari itu menjadi rusak.
Gimana kalau kita mengikuti arus ini sampai ke bawah” ajak ku kepada teman teman
“ Ok!, siapa yang paling cepat, ia pemenangnya” sahut Hendro
Sontak kami menghanyutkan tubuh kami menuju muara sungai yang letaknya sekitar satu kilo itu. Dengan jerami yang kami gunakan sebagai perahu. Hanyut lepas mengikuti arus sungai yang dalam. Sesekali kami melihat hewan hewan yang berkeliaran di sungai. Aku memegang ranting pohon maja yang ada di tepi sungai. Pohon yang buahnya bulat seperti semangka itu kini sedang berbuah. Kami biasanya menggunakannya sebagai bola saat bermain bola kaki. Tiba tiba Hendro menjerit
“Awas…..”katanya
Aku tak menghiraukan teriakan Hendro. Aku bingung apa yang sedang diteriakinya itu. Kusnadi mengikuti arah yang ditunjuk oleh Hendro.
“Andika, awas di atasmu” jeritnya. Kulihat di atas pohon yang aku pegang. Ternyata seekor ular besar sedang bergelantungan di atasku. Aku terkejut dan melepaskan pegangan ku. Dan akibatnya aku tenggelam dan terbawa arus. Entah sudah seberapa banyak air yang masuk ke dalam perutku. Aku tersedak hingga aku menepi dan memuntahkan semua air yang ada di perut. Tapi anehnya kedua temanku malah tertawa mengejek aku. “Ah dasar teman teman tak setia kawan” pikir ku.
Saat Hendro dan Kusnadi menertawakan ku, di sisi lain kami tidak menyadari bahwa tindakan kami mengacak acak tanaman padi pak Amir akan mendapat balasan. Pak Amir yang marah karena melihat tanamannya rusak karena ulah kami langsung naik darah. Ia mencari siapa gerangan yang merusak tanaman padinya. Namun tidak di temukan karena kami sedang berada di muara sungai. Ia hanya  menemukan pakaian-pakaian kami yang kami tinggalkan di tepi sungai.
“ Dasar anak-anak tidak tahu aturan, biar tahu rasa mereka” marahnya, sambil membawa pulang pakaian kami. Dan saat kami kembali ke tempat pakaian kami, kami kebingungan mencari dimana pakaian kami.
“Kus, tadi kamu taruh dimana bajuku” Tanya Hendro
“Ia Kus, jangan di sembunyikan dong” tambah ku
Kusnadi hanya diam, ia merasa di pojokkan,
“Aku juga tidak tahu” jawabnya
“Alah bohong kamu, tadi kamu kan yang menaruh baju kita”
“Ia, tapi tadi aku taruh di bawah pohon ini, tapi sekarang ko’ ga ada yah” bantahnya.
Kami kebingungan mencari dimana pakaian kami. Ini adalah kejadian pertama selama kami mandi di sungai ini. kami mencari di bawah pohon, di semak semak, sampai di bawah tumpukan jerami. Namun tidak kami temukan.
“ Kalau ga ada pakaian, bagaimana kita pulang” Tanya Hendro
Kami baru sadar kalau kami sekarang benar benar telanjang bulat. Kami kebingungan bagaimana caranya untuk pulang. Dan saat genting itu, Kusnadi, anak yang selama ini kami jadikan bahan pesuruh ternyata memiliki ide yang sangat cemerlang.
“Kita jadi Tarzan aja” ungkapnya
“Apa?” jawab ku singkat
“ Yah,,  kita akan jadi Tarzan. Biarkan alam yang membimbing kita, kita gunakan alam ini untuk memenuhi kebutuhan kita. Seperti tarzan” tegasnya
Kami hanya terpaku. Masih belum terpikir apa yang ingin dilakukan oleh teman kami satu ini. tanpa piker panjang, ia ambil daun daun dan juga semak semak yang ada di tepi sungai. Kemudian ia menarik rumput yang menjalar dan mengikatkannya ke tubuhnya. Hebat !!! pikirku, ia sekarang bukanlah Kusnadi teman kami, namun menjelma menjadi Tarzan. Lalu dengan lantang ia meneriakkan teriakan khas manusia hutan ini
“Auoooooo…..auoooooo….auooooo” teriaknya persis seperti Tarzan di film film kartun. Mau tidak mau kamipun mengikutinya. Menutupi bagian yang paling rahasia dengan daun daun dan mengikatnya dengan rumput jalar. Dan jadilah kami tiga Tarzan. Lalu kami pulang dengan perasaan malu karena sepanjang jalan kami menjadi perhatian warga.