Jangan Bercerai-Berai Karena Perbedaan

Perbedaan memang tidak mungkin tidak terjadi, selama manusia terus berfikir. Maka perbedaan tersebut dapat menjadi sebuah rahmat, apabila dengan perbedaan tersebut, akan menumbuhkan rasa saling hormat-menghormati dan menghargai. Namun perbedaan akan menjadi adzab, apabila dalam diri kita tertanam sebuah virus bernama fanatic sempit.

Pelajaran Dari Romo Carolus

Charles Patrick Edwards Burrows,OMI adalah nama kecil sang peraih penghargaan tersebut. Ia adalah seorang Pastor di Paroki St Stephanus Cilacap. Setelah kedatangannya di Indonesia pada tahun 1973, ia tertarik untuk mengabdikan diri kepada masyarakat di Kampung Laut Kabupaten Cilacap.

Rintihku

Aku menatap dalam lara Kembali menitikkan air mata Ia tak berdosa Namun aku tega menjatuhkannya Butir putih itu Menghujam deras menghancurkan hidupku Remuk sudah hati menatap cahya Mu Yang terang, namun dihatiku kau gelap Tertutup nafsuku, egoisku, dan dosaku.

Tapak-Tapak Suci, Sebuah Kisah Perjalanan Pemuda Desa

“ Bukalah surat ini ketika kau berada di antara dua pulau, saat kau terombang ambing di tengah lautan, dan saat itu kau akan merasakan betapa aku menyayangimu”..

La Tahzan, Saudaraku!

La Tahzan, Saudaraku. Kecelakaan yang menimpa saudara kita penumpang Shukoi Superjet 100 memang sangatlah tragis. Kita semua bersedih. Namun jangan kita terlarut dalam kesedihan. Yakin bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa telah merencanakan hal dibalik itu semua.

Senin, 27 Agustus 2012

Catatan Dari Menggala

Semua serba salah. Entah mengapa setiap aku mendengar keluhnya, aku selalu ingin menjerit. Ingin kuhempaskan semua beban di dada ini, dan berlari secepat angin. Pergi meninggalkan semuanya, dan berlari terus mencari cahaya yang sampai saat ini tak jua kutemukan. Aku sudah lelah.

Kuawali kisah ini kawan, saat aku duduk tersimpuh di depan orang tuaku. Tak banyak yang mereka katakan padaku, karena aku sudah tahu apa yang ingin mereka katakan. Kulihat Ibu duduk termenung memandang tumpukan kayu yang mulai habis dimakan rayap. Kayu-kayu itu adalah bahan baku untuk mendirikan rumah kami, yang sampai saat ini belum jua pindah dari tempatnya. Seharusnya, kayu-kayu itu sudah berubah menjadi tiang penyangga rumah kami, ataupun menjadi ornamen-ornamen indah penghias istana kami.

Sementara ayahku, hanya diam membisu. Seolah dia tidak mau pusing. Walau aku tahu, ia juga sudah sangat capek dengan keadaan seperti ini. Namun ia mencoba tak memperlihatkan padaku, walau aku tahu semuanya dengan jelas.

Tak jauh dari tempat ayahku duduk, kulihat adik-adikku duduk bersama. Sambil memegang buku yang telah usang, mereka mencoba melafalkan kata demi kata dari buku itu. Meski pandangan yang buram karena hanya di terangi oleh cahaya lampu minyak tanah. Tak ada listrik dirumah kami, namun semangat mereka membuat aku semakin terharu.

Tuhan!!! sampai kapan aku harus memandang keadaan seperti ini?.....


Aku selalu saja menjerit sekuat tenaga, sambil terkadang meneteskan air mata. Serasa beban semua keluarga ini bergantung padaku. Sementara aku tak dapat memberikan apa-apa. Harapan itu musnah, impian tinggi itu kian samar. Aku hancur.

Sementara aku tak dapat berbuat apa-apa. Ingin sekali berlari, dan menghindar dari semua ini. Beban ini terasa berat. Namun mereka pasti akan tambah kecewa jika aku berlari. Lalu siapa lagi yang akan mereka banggakan?. Dengan pendidikan tinggi yang telah kuraih, setidaknya ada sedikit kebanggaan dari diri mereka, bahwa aku kini menjadi orang yang sukses, meski bukan materi. Namun lagi-lagi, semua itu membuat beban hidupku semakin berat.

Dalam diam,,,kudengar suara adzan di masjid, disusul bunyi lonceng di Gereja, juga Asap dupa yang semerbak mewangi menusuk hidungku. Tanpa kusadari aku lunglai tak berdaya. Suara dan aroma yang ditimbulkan oleh mereka, mencoba menyadarkanku. Membawaku kepada pemandangan yang aneh tapi nyata. Tentang seekor Cicak yang sedang mencari makan. Cicak tidak punya sayap, dia tidak dapat terbang, sementara semua makanan yang ia makan memiliki sayap. Namun mengapa ia dapat makan? mengapa mereka tidak kelaparan?..

Itulah bukti kebesaran Tuhan,,Allah yang maha kuasa. Ia tak akan pernah meninggalkan dan membiarkan makhluknya hidup sendiri dalam kesusahan. Setiap ciptaannya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hanya saja tinggal bagaimana kita mencoba mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. bukankah ia sudah bersabda, bahwa barang siapa mensyukuri nikmatku, maka akan kutambahkan nikmat kepadanya, dan barangsiapa yang kufur akan nikmatku,,niscaya siksaku amat pedih.


Aku menangis dalam doa,,dalam penyesalan.
Betapa sombong dan angkuh diri ini,,,
Maafkan aku Tuhan,,
Berikan kemudahan kepada hambamu,
Itu sudah.


*catatan dari Menggala, 1433 H


Senin, 06 Agustus 2012

Sajak Untuk Putri Tidurku


Aku memanggilmu dalam diam
Lewat kata yang tak terucap

Kuawali bait ini dengan sebuah kata
Dari sang kekasih tuhan
Yang cintanya tak pernah tertandingi oleh makhluk
Termasuk Nabi

Katanya,

“Aku mencintai-Mu dengan dua macam Cinta,
Cinta rindu dan Cinta karena Engkau layak dicinta,
Dengan Cinta rindu,
kusibukan diriku dengan mengingat-ingat-Mu selalu,
Dan bukan selain-Mu.
Sedangkan Cinta karena Engkau layak dicinta,
di sanalah Kau menyingkap hijab-Mu,
agar aku dapat memandangmu”

Aku ingin seperti empunya kata indah itu,
Adalah Rabi’ah Adawiyah, sang kekasih Tuhan
Seperti itulah aku ingin mencintaimu

Sadarkah, bahwa tuhan telah menakdirkan kita bersama
Setelah sekian lama,
Kau hadir disampingku,
Namun seolah tak nampak

Dulu, Aku ada didekatmu,
Ada tawa dan canda,
Namun tak ada rasa

Kita telah saksikan, betapa badai itu kejam,
Kita juga telah sama rasakan,
Betapa empedu itu pahit
Tenggelam dalam lara,
Hingga sukma enggan kembali
Mereka yang telah mengoyak keindahan itu, selalu saja menghantui
Hingga timbul rasa dendam dan benci

Kemudian aku memanggilmu dalam diam
Lewat kata yang tak terucap

Pernahkah kau lihat, seorang musafir yang hamper mati pada hamparan gurun?
Atau kau juga pernah melihat, seekor ikan yang terdampar di bibir pantai?
Tubuh lunglai dengan tatapan mata sayu
Tak ada harapan untuk hidup, bahkan sedikitpun tak ada!

Jika tak pernah, Cukup lihat saja diriku
Maka kau akan menemukan jawabnya.

Tenggelam dalam kesendirian dan kehancuran yang mendalam
Hingga wajah ini tak mampu menatap indahnya rembulan
Detik demi detik, tak jua aku bangkit
Hingga kutemukan sebuah syair dari sang maestro jagad kata
Orang menyebutnya Khalil Gibran
Sambil berbisik ia berkata:

“Kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau sadari

Tahukah orang yang sebenarnya Gibran maksud?
Seseorang yang kini mengisi hidupku
Seseorang yang mampu membangkitkanku dari jurang kesengsaraan
Ia adalah secawan air, bagi musafir dan ikan yang hampir mati
Ia adalah Anugerah terindah yang tuhan turunkan untukku
Lalu dengan lantang,
Kusebut ia Putri Tidurku!

Dan sekarang,
Aku mulai berani memanggilmu
Dengan kata yang terucap


Kamis, 02 Agustus 2012

Opera Sabun di Olimpiade London

Banyak cara yang dapat dilakukan negeri ini dalam mempromosikan dirinya kepada kancah dunia. Salah satunya dari dunia olahraga. Dan momentum Olimpiade London 2012 yang sedang dihelat di Kota Ratu Elizabeth itu, menjadi tempat promosi yang bagus bagi bangsa ini.

 Dalam tradisi Olimpiade, siapa atlet yang menjadi juara, maka bendera Negaranya akan dikibarkan dan diiringi oleh lagu kebangsaan masing-masing Negara. Saat itulah, seluruh mata di penjuru dunia menyaksikan bagaimana bendera Negara kita dapat berkibar, dan lagu kebangsaan Indonesia raya berkumandang dengan gagahnya. Masih ingatkah kita, saat beberapa Pahlawan olahraga kita telah berhasil mengibarkan bendera Merah Putih dalam beberapa tournament internasional. Sebut saja Susi Susanti, Alan Budi Kusuma, dan atlet lain yang telah berhasil membuat bangga bangsa ini.

Namun kejadian beberapa tahun lalu itu, sepertinya tidak akan terulang pada momentum Olimpiade London 2012. Sampai hari ini, baru 2 torehan medali yang diperoleh oleh kontingen Indonesia. Medali tersebut adalah 1 perak dan 1 perunggu yang diperoleh oleh Lifter kita Triyatno dan Eko Yuli Irawan.

 Sementara cabang yang digadang-gadang mendapatkan medali emas, yakni Bulutangkis tak dapat menyumbangkan medali paling bergengsi itu. Satu persatu mereka berguguran di medan juang. Praktis hanya tinggal pasangan Ganda Campuran Liliyana Natsir/Tantowi Ahmad dan Ganda Putra Bona Septano/Mohamad Ahsan yang tinggal berjuang memperbutkan Perunggu.

Selain gagal mempersembahkan medali emas bagi negeri ini, terdapat kejadian yang cukup membuat bangsa ini tertunduk malu. Tepat pada Rabu (1/8), pasangan ganda putri Indonesia, Greysia Polli dan Meiliana Jauhari di diskualifikasi dari arena Olimpiade London 2012 karena dianggap melanggar kode etik (code of conduct ) Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pasal 4.5 dan 4.16. Mereka divonis karena tidak mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam bertanding untuk memperoleh kemenangan.

Selain pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polli dan Meiliana Jauhari, BWF juga memulangkan tiga pasangan lain, yakni Wang Xiaoli/Yu Yang (China), Kim Ha Na/Jung Kyung Eun dan Ha Jung Eun/Kim Min Jung (Korea). Keempat pasang pemain tersebut diduga melakukan tindakan yang menciderai Fair Play dan juga bertingkah laku menghina dan merusak reputasiBulutangkis.

Kejadian ini sontak menjadi sorotan dunia. Banyak kalangan terutama pecinta Bulutangkis mengecam peristiwa memalukan ini. Tindakan tidak fair play kedelapan orang tersebut membuat citra Bulutangkis menjadi sedikit tercoreng. Dan mereka khawatir, akibat ulah para oknum tersebut, Bulutangkis akan dihapus dari Olimpiade.

Belum Bermental Juara
Pecinta bulu tangkis dimanapun, baik yang menyaksikan pada layar televise maupun para penonton  di Wembley Arena, pasti akan merasa kecewa dengan penampilan para atlet yang bertanding waktu itu. Tak salah jika penonton mencemooh dengan kata-kata “boo” sebuah teriakan ejekan kepada kedua ganda campuran itu. Hal ini karena penampilan mereka dianggap jauh dari apa yang diharapkan untuk sebuah turnamen sebesar Olimpiade.

Kejadian ini cukup menyita perhatian public olahraga. Banyak komentar dari insane olahraga yang menganggap kejadian itu adalah kejadian paling memalukan. Fair play yang selama ini dijunjung, tidak lagi tampak pada para “oknum” itu. Mereka menodai keindahan olahraga.

Alasan yang melatarbelakangi peristiwa memalukan itu adalah untuk menghindari lawan yang lebih berat di final. Pasangan nomor satu dunia asal Cina, Wang Xiaoli/Yu Yang, berupaya untuk kalah saat melawan pasangan Korea Selatan, Jung Kyung-eun/Kim Ha-na, agar tidak menjadi juara grup karena tidak ingin bertemu pasangan asal Cina lainnya, Tian Qing/Zhao Yunlei, di semifinal. Sebagai pasangan nomor satu dunia, menjadi hal yang mengherankan jika mereka kalah dua set langsung dengan skor yang cukup telak. Dari permainanya saja dapat dilihat jika mereka “sengaja” mengalah.

Sementara hal itu juga terjadi pada pertandingan Indonesia dan Korea. Kedua pasangan berusaha mengalah agar menjadi runner up, untuk menghindari pasangan nomor satu dunia yang asal China Wang Xiaoli/Yu Yang. Sontak “Opera Sabun”ini mendapat ganjaran Kartu Hitam dari wasit dengan didiskualifikasikannya mereka  dari Olimpiade.

Disinilah letak dimana bangsa ini harus malu. Kehormatan bangsa menjadi tercoreng dengan sikap “mental tempe” ini. Seharusnya sebagai seorang atlet internasional, harus bertarung dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh kemenangan yang sejati. Bukan dengan sekandal yang memalukan itu. Mengutip pernyataan legenda Bulutangkis kita, Susi Susanti “Juara sejati Harus Siap Melawan Siapa Saja”. 

Mental seperti inilah yang seharusnya terbenam dalam jiwa para atlet kita. Sikap mental juara ini yang membuat bangsa ini dapat menengadahkan kepala, dengan bangga bersorak penuh doa. Siap menerima kekalahan dan kemenangan dengan dada terbusung karena telah berjuang dengan penuh semangat. Itulah sebenarnya juara sejati. 

Namun sesuatu yang telah terjadi tidak dapat terulang kembali. Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Kita patut menyesal dan kecewa dengan keterpurukan ini. Namun kita harus segera bangkit. Jangan pernah menyalahkan siapapun. Karena bukan saling menyalahkan yang dapat mengangkat kembali prestasi negeri ini.  Instrospeksi diri, juga segera melakukan tindakan kongkret untuk mengembalikan Indonesia sebagai macan Asia.  Itulah yang harus segera dilakukan.

Kekalahan yang menimpa para atlet kita di perhelatan akbar Olimpiade London, patut dijadikan bahan diskusi dan juga evaluasi. Pasti ada yang salah dan kurang. Namun sebagai masyarakat  yang selalu menghormati jasa para pahlawan ini, standing applause kepada mereka yang telah berjuang sekuat tenaga dengan cucuran keringat demi mengangkat derajat Bangsa Indonesia.  

Terimakasih, dan tetap berjuang pahlawanku!.