Jangan Bercerai-Berai Karena Perbedaan

Perbedaan memang tidak mungkin tidak terjadi, selama manusia terus berfikir. Maka perbedaan tersebut dapat menjadi sebuah rahmat, apabila dengan perbedaan tersebut, akan menumbuhkan rasa saling hormat-menghormati dan menghargai. Namun perbedaan akan menjadi adzab, apabila dalam diri kita tertanam sebuah virus bernama fanatic sempit.

Pelajaran Dari Romo Carolus

Charles Patrick Edwards Burrows,OMI adalah nama kecil sang peraih penghargaan tersebut. Ia adalah seorang Pastor di Paroki St Stephanus Cilacap. Setelah kedatangannya di Indonesia pada tahun 1973, ia tertarik untuk mengabdikan diri kepada masyarakat di Kampung Laut Kabupaten Cilacap.

Rintihku

Aku menatap dalam lara Kembali menitikkan air mata Ia tak berdosa Namun aku tega menjatuhkannya Butir putih itu Menghujam deras menghancurkan hidupku Remuk sudah hati menatap cahya Mu Yang terang, namun dihatiku kau gelap Tertutup nafsuku, egoisku, dan dosaku.

Tapak-Tapak Suci, Sebuah Kisah Perjalanan Pemuda Desa

“ Bukalah surat ini ketika kau berada di antara dua pulau, saat kau terombang ambing di tengah lautan, dan saat itu kau akan merasakan betapa aku menyayangimu”..

La Tahzan, Saudaraku!

La Tahzan, Saudaraku. Kecelakaan yang menimpa saudara kita penumpang Shukoi Superjet 100 memang sangatlah tragis. Kita semua bersedih. Namun jangan kita terlarut dalam kesedihan. Yakin bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa telah merencanakan hal dibalik itu semua.

Rabu, 30 Januari 2013

Di Tepi Danau Ini, Aku Duduk dan Menangis

Aku merindukanmu
Di tepi danau ini, aku duduk dan menangis

Pancaran cahya mentari pagi ini,
Tak jua menghangatkan tubuhku
Batu kecil di dasar danau ini,
Adalah bulir air mata kerinduanku
Yang telah mengeras

Mencintamu adalah siksa bagiku,
Meski siksa itu terasa indah,
Sungguh,
Percayalah,
Siksa itu sangatlah indah!

Aku rela terluka
Menahan rindu yang selama ini menyayat dada
Karena aku memang pantas
Mendapatkan siksa,
Demi cintamu

Aku merindukanmu
Di tepi danau ini, aku duduk dan menangis

Saat kau datang dengan cinta ini,
Tak sedikitpun aku melihat sisi gelap darinya
Cintamu telah menuntunku lalui kegelapan
Cintamu telah menyelamatkanku
Dan membawaku kembali ke mimpiku

Aku ingin menjadi orang bijak
Bijak karena mencintaimu
Aku tak ingin menjadi orang yang bodoh
Bodoh karena aku mengira
Bisa memahami cintamu

Seberapapun aku berusaha
Aku tak dapat memahaminya
Yang ku bisa
Hanya merasakannya….

Sungguh,
Betapa kuat dan besar cinta
Yang kau berikan padaku….
Sekali lagi,
Aku merindukanmu kasih,

Di tepi danau ini, aku duduk dan menangis



*(Semarang, 30 Januari 2013)
Nyanyian rindu yang teramat sangat, teruntuk kekasihku....
Bersama angin, sambutlah kerinduanku ini.....

Minggu, 27 Januari 2013

Kisah Burung Camar

Inilah kisahku sebagai seekor burung Camar
Terbang ditengah derunya angin
Berkelana mengintai dunia
Arungi luas samudera
Tak bertepi,

Kudapati seonggok tubuh di tengah gelombang samudra
Ku ikuti kemana ia akan berlabuh
Terombang-ambing bak seonggok kotoran tak berharga
Pasrah tak tahu arah
Menghantam karang setinggi semeru
Kemudian sampai ke tepian
Sudah hancur tak berarti

Aku tahu,
Dulu Tubuh ini tegap
Dengan dada yang membusung
Kini,
Hanya tinggal tulang belulang yang tersisa
dililit selaput kulit tipis tak berharga

Apakah ia seorang tentara,
Presiden,
Menteri,
Atau hanya gembel yang mati mengenaskan
Dengan cara bunuh diri?
Hanya tubuh itu yang dapat menjawab pertanyaanku

Inilah kisahku sebagai burung Camar
Yang mendapati sebuah pelajaran hidup sederhana
Bahwa sebenarnya tubuh indah
Tak akan berguna
Saat nyawa telah lepas tinggalkan raga

Untuk apa kau bersolek
Untuk siapa kau berhias
Jika hanya untuk mempercantik tubuhmu

Padahal,
Tubuhmu tak akan abadi

Soleklah hatimu
Hiaslah perilakumu
Maka kau akan menemukan keabadian darinya.

Selasa, 08 Januari 2013

Ngangkang, Lebih Enak Lho!

Gaung genderang gender yang diteriakkan oleh tokoh Feminisme sekaliber Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet, tak jua terasa di bumi Kartini. Pandangan sebelah mata terhadap perempuan masih saja dijumpai di negeri ini. Banyak kebijakan-kebijakan publik yang dinilai melukai semangat persamaan gender.

 Banyak kasus ketidaksetaraan gender terjadi di negeri ini menimpa kau hawa. Ironisnya, tak sedikit yang menilai bahwa kasus yang menimpa wanita disebabkan oleh tingkah lakunya sendiri. Bagai jatuh tertimpa tangga. Wanita di negeri ini selalu disalahkan atas setiap peristiwa yang menimpanya.

 Masih ingatkah tentang kasus pemerkosaan di angkutan umum yang terjadi di salah satu kota besar di Indonesia?. Apa yang terjadi saat itu, dikala si wanita korban tindakan asusila meminta perlindungan dan penegakan hukum setinggi-tingginya kepada pemerintah, ia malah disalahkan. Dengan enteng sang gubernur waktu itu mengatakan bahwa penggunaan rok mini oleh perempuan dalam angkutan umum menjadi penyebab awal keinginan sejumlah oknum untuk melakukan tindakan asusila.

 Begitulah wanita, sosok yang selalu didiskriminasi. Mulai sosoknya yang dijadikan objek iklan, kemolekan dan lekuk tubuhnya dipampang di ruang public, hingga kasus wanita yang selalu saja kalah bila berhadapan dengan laki-laki. Ada keluarga yang bercerai, yang disalahkan pasti perempuan. Tidak punya keturunan, wanita yang menjadi korban. Begitu dan selalu begitu yang terjadi.

 Kasus terbaru adalah surat edaran walikota Lhokseumawe, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Suaidi Yahya, tentang pelarangan perempuan mengangkang saat di bonceng. Surat edaran tersebut diberlakukan pada seluruh perempuan di Lhoksumawe tak pandang bulu. Dari anak-anak, remaja putri, hingga ibu serta nenek di Lhoksumawe dilarang ngangkang saat di bonceng.

 Alih-alih menjaga kesopanan dan harkat martabat wanita seperti yang menjadi tujuan dari peraturan itu, kebijakan ini mendapat cemooh dan menimbulkan pro kontra. Banyak kalangan yang menilai penerapan kebijakan ini terlalu premature. Kebijakan yang terlalu dipaksakan tanpa melihat efek yang akan ditimbulkan.

 Melupakan hak dasar


Salah satu hak dasar manusia adalah hak untuk mendapatkan keselamatan dan kenyamanan. Pemaksaan kebijakan wanita tidak boleh ngangkang saat dibonceng tentu menafikkan hak dasar tentang keselamatan sekaligus kenyamanan. Menurut beberapa pakar transportasi, membonceng wanita dengan posisi miring, akan menjadikan kendaraan terutama sepeda motor menjadi tidak seimbang. Kelebihan berat di sebelah sisi kendaraan, mengakibatkan sepeda motor mudah oleng, dan mengalami kecelakaan.

 Kita bayangkan saja, jika seluruh wanita harus dibonceng dengan posisi miring, berapa korban yang akan ditimbulkan akibat kecelakaan di jalan?. Tidak jarang seseorang yang dibonceng, mengantuk. Dengan posisi miring, seseorang akan mudah terjatuh karena tidak memiliki keseimbangan yang baik. Dan ketika seseorang jatuh di jalan yang padat kendaraan, pasti menimbulkan kecelakaan karambol yang akan menimbulkan korban lainnya.

 Selain factor keselamatan, factor kenyamanan juga harus diperhatikan. Selain wanita yang dibonceng, para pria atau siapapun pengendara akan lebih nyaman bila yang dibonceng mengangkang. Kendaraan akan lebih stabil apabila yang dibonceng mengangkang, dibanding yang dibonceng duduk miring. Bagi wanita, dibonceng dengan posisi mengangkang pasti lebih enak dan nyaman. Selain tumpuan kaki yang lebih kuat karena menggunakan dua buah kaki, keseimbangan juga akan terjaga.

 Kebijakan larangan ngangkang saat dibonceng bagi wanita tentu menafikkan factor kenyamanan dan keselamatan wanita sendiri. Berdalih demi melindungi marwah perempuan, mewujudkan kesopanan, dan juga sebagai representasi dari budaya aceh yang berlatar belakang Syariat Islam, larangan ngangkang saat dibonceng bagi wanita telah menciderai hak dasar bagi manusia itu sendiri.

 Bukan syariat Islam

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Amidhan, mengatakan, dalam Syariat Islam, tidak ada aturan yang secara jelas membahas perempuan duduk ngangkang. Prinsip dasar Syariat Islam adalah membawa kemasalahatan atau membawa kesejahteraan bagi masyarakat, bukan sebaliknya membawa keresahan. Jika wanita dibonceng dengan posisi miring dapat menimbulkan banyak terjadi kecelakaan, hal itu berarti larangan membonceng ngangkang menimbulkan keresahan.

 Inilah yang harus dibenahi jika pemerintah Lhoksumawe mengeluarkan larangan itu berdasarkan ingin menegakkan Syariat Islam. Syariat islam tidak pernah membebani umatnya. Jika peraturan itu didasari adat istiadat serta budaya di Aceh, bisa dimaklumi.

 Namun, dalam mengeluarkan sebuah peraturan, tentu tidak akan melepaskan dari sisi historis dan juga sosiologis masyarakatnya. Mari kita mencoba mengenang sejarah, baik dalam Islam maupun sejarah Aceh. Dalam Islam, diceritakan bahwa Siti Aisyah r.a (Istri Nabi Muhammad SAW), dan perempuan lainnya waktu menunggang kuda ataupun onta saat berperang, pasti duduk dengan mengangkang. Mereka tidak mungkin duduk miring, jika duduk dengan posisi miring, mereka tidak akan bisa mengendalikan kuda ataupun onta yang ditungganginya.

 Dari sisi sosiologis dan juga historis Aceh, kita mengenal dan mengerti bahwa Cut Nyak Dhien, Cut Mutia dan beberapa pahlawan perempuan Aceh dahulu, menunggang kuda saat berperang juga pasti duduk dengan posisi mengangkang. Kita bayangkan saja, apabila pahlawan Nasional Aceh tersebut menunggang kuda dengan cara duduk miring saat berperang, tentu akan menjadi lucu dan tidak berwibawa. Selain itu, hal sebodoh itu pasti tidak akan terjadi.

 Lalu, apakah duduknya Siti Aisyah, Cut Nyak Dhien dan Cut Mutia yang mengangkang saat menunggang kuda dianggap tidak sopan? Dari sisi mana peraturan tersebut di buat, karena dari sisi historis dan juga sosiologis tidak nyambung?.

 Disinilah letak permasalahan tentang larangan duduk ngangkang yang akan diterapkan di Lhoksumawe. Sopan itu relative. Perempuan memang tidak sopan, jika duduk ngangkang saat dibonceng sepeda motor, dengan celana atau rok mini, sehingga auratnya terlihat. Selain itu, perempuan juga dianggap tidak sopan apabila ia mengangkang dan memeluk pria yang memboncengnya dengan erat, padahal mereka belum muhrim.

 Mengangkang akan dirasa sangat sopan, bila duduk dengan sewajarnya. Perempuan yang membawa barang atau anak kecil, akan lebih nyaman duduk mengangkang daripada miring. Selain itu, bagi yang sudah muhrim, tentu tidak ada masalah bagi mereka untuk duduk ngangkang. Karena diyakini atau tidak, dibonceng dengan posisi ngangkang, akan lebih enak dan nyaman, baik bagi pengemudi maupun penumpang. Tak percaya? Tanya saja pada mereka.

Minggu, 06 Januari 2013

Bola Salju Pelelangan Selaput Dara

Adalah Catarina Migliorini, gadis berusia 20 tahun asal Brasil yang menjadi bahan pembicaraan di tahun baru 2013 ini. Ia menggemparkan dunia dengan melelang keperawanannya seharga US$ 780 ribu (atau sekitar Rp 7,4 miliar). Anehya, seorang pria asal jepang bernama Natsu bersedia membeli keperawanan Catarina tersebut.

Menurut beberapa sumber, upaya Catarina Migliorini menjual keperawanannya untuk membangun rumah bagi keluarga-keluarga miskin di negara bagian Santa Catarina, Brasil. Missi itu ia lakukan karena Catarina telah berkecimpung dalam proyek ini selama kurang lebih 2 tahun. Dalam waktu sekejap saja, Catarina telah menjadi wanita dengan uang berlimpah.


Kemudahan Catarina mendapatkan uang dengan cara instan ini, diikuti pula oleh seorang gadis brasil lain bernama Rebbeca Bernardo. Gadis cantik asal Kota Sapeacu, Negara Bagian Bahia, Brasil ini mengikuti jejak seniornya, Catarina Migliorini untuk menjual keperawanannya. Dengan media internet, Rebecca menawarkan keperawanannya kepada laki-laki yang mampu memberikannya uang banyak. Diketahui sudah ada penawaran sekitar Rp. 337 juta, namun bukan tidak mungkin, angka itu akan bertambah mengingat Rebecca memiliki paras yang menawan.


Berbeda dengan Catarina, gadis cantik berusia 18 Tahun ini mengaku menjual selaput daranya untuk mengobati sang ibu yang sedang tergolek sakit. Ibu Rebecca diberitakan menderita penyakit sroke yang parah. Namun alasan ini segera dapat ditampik, karena ada pihak yang mengaku siap memberikan biaya pengobatan ibu Rebecca, namun ditolak. Ia mengatakan bahwa ia juga sebenarnya membutuhkan uang untuk hidupnya ke depan.


Sebuah Keputus-asaan


Ada peristiwa yang patut kita cermati dari kasus penjualan keperawanan ini. Kasus ini ditakutkan akan menjadi bola salju, yang akan menggelinding ke bawah dan semakin besar. Akan banyak gadis-gadis yang terinspirasi dari “kesuksesan” Catarina dan Rebecca. Alih-alih kebutuhan ekonomi, mereka akan dengan mudah menjual dan menjajakan keperawanan mereka ke orang lain.


Factor ekonomi menjadi alasan klasik. Meski kadang, globalisasi lah yang menjadi momok yang menyeramkan. Seperti yang dikatakan oleh M.Waters, bahwa globalisasi akan memperkecil halangan – halangan yang bersifat geografis pada tatanan sosial dan budaya dan setiap orang semakin sadar bahwa mereka semakin dekat satu sama lain. Dari kedekatan itulah, timbul kesamaan dan keserataan pola hidup dan budaya yang membuat seseorang akan mudah meniru gaya hidup orang lain. 


Dari globalisasi akan muncul sebuah sikap hidup konsumerisme dan mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara. Seseorang akan mudah melakukan apa saja untuk menjadi seperti idola mereka. Bergaya hidup mewah, meski bukan dari keluarga punya. Inilah yang menjadi penyebab seseorang melakukan pelbagai hal untuk mendapatkan keinginannya, termasuk harus melelang selaput dara.


Ditengah kehidupan yang semakin sulit, orang akan mudah sekali mengalami keputus-asaan. Bisa jadi, apa yang dilakukan dua gadis Brasil ini, merupakan sebuah keputusasaan. Putus asa karena terhimpit kemiskinan, putus asa karena terpuruk oleh system yang salah, sehingga hidup yang lebih baik tak jua di dapat.


Kasus Catarina da Rebecca besar sekali peluangnya terjadi di Indonesia. Sebetulnya sudah banyak sekali kasus yang sama terjadi di Indonesia, meski dalam bentuk yang sedikit berbeda. Bukan secara terang-terangan melelang keperawanannya kepada public via Youtube, di Indonesia kasus seperti ini dilakukan di bawah tangan. Berembel-embel nikah sirri, atau kawin kontrak, gadis cantik di negeri ini menjual keperawanan mereka. Bukan rahasia umum lagi, bahwa orang yang mau dinikah sirri oleh pejabat atau orang berduit, hanya mengincar kemegahan hidup dengan harta yang berlimpah. 


Banyak artis, perempuan cantik bahkan anak-anak dibawah umur yang rela di nikah secara sirri ataupun kontrak oleh pejabat dan orang kaya di negeri ini. Tujuan mereka hanya satu, memperolah uang banyak sehingga dapat hidup dengan gaya hidup mewah. Semua dilakukan meski harus menjadi budak dari laki-laki berduit. Dari kasus ini, adakah perbedaan dengan kasus penjualan keperawanan oleh Catarina dan Rebecca?. 


Kasus yang dilakukan Catarina dan Rebecca serta kasus lain yang serupa harus segera diantisipasi. Bukan hanya uang dan hidup mewah yang akan didapat oleh mereka yang senang mengambil jalan pintas, termasuk menjual keperawanan. Banyak bahaya yang akan diderita. Selain secara sosiologis terhadap masyarakat yang akan menurunkan citra dirinya, secara kesehatanpun bahaya akan datang mengancam. Penyebaran penyakit kelamin seperti HIV/AIDS, sipilis, raja singa, dan penyakit lainnya pun menjadi resiko yang suatu saat dapat menjangkitinya.


Pencegahan terhadap praktik-praktik tindakan amoral seperti ini harus dicegah sedini mungkin. Mulai dari keluarga kecil, yang meliputi anak-anak. Penanaman nilai-nilai agama yang selama ini dianggap efektif, semakin ditekankan. Juga penanaman moral dengan pancasila dan norma hidup lainnya juga penting ditekankan. Jangan sampai, ada saudara kita yang melakukan hal-hal yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma, yang akan menjadikan nama baik keluarga tercoreng. 


Selain itu, sudah sepantasnya kita mencegah perbuatan mungkar yang terjadi di dunia ini. Meskipun tidak bisa dengan kekuatan, bisa dengan kata-kata bijak kita. Jika dengan kata-kata pun kita tidak bisa,dapat juga dilakukan dengan hati. Artinya kita meneguhkan kepada hati kita untuk tidak melakukan kemungkaran itu.